Kamis, 22 Mei 2014

Cara Menggunakan Parfum yang Benar

Menyemprotkan parfum di pergelangan tangan, kemudian saling diusapkan, adalah trik menggunakan parfum paling lumrah dan mendunia. Namun, ternyata ini adalah cara yang salah, karena dapat merusak partikel parfum, hingga membuat aroma parfum berubah.

Menurut Laurence, Brand Manager Asia-Pacific Paco Rabanne, mengatakan bahwa penggunaan parfum yang demikian, sudah terlanjur dikenal oleh seluruh warga dunia. Menyemprotkan parfum di bagian dalam pergelangan tangan sudah tepat, namun setelah itu disarankan sebaiknya jangan saling diusapkan.

“Setelah menyemprotkan parfum di kedua pergelangan tangan, jangan saling diusapkan, sudah biarkan saja parfum mengering. Karena gerakan mengusap ini, dapat merusak partikel serta molekul yang terkandung dalam parfum. Alhasil, aroma parfum berubah dan tidak tahan lama’’ terang Laurence, pada gelaran konferensi pers peluncuran Paco Rabanne di Hotel Four Season, beberapa waktu lalu.

Agar aroma asli parfum tetap utuh dan memendarkan wewangian pada sekitar Anda, semprotkanlan di area tubuh yang di mana pembuluh darah mengalir. “Selain bagian pergelangan tangan dan belakang telinga.

Area tubuh lain yang merupakan spot terbaik menyemprotkan parfum adalah, di bagian belakang ketiak, lengan, dan selangkangan,’’ imbuh Effendy Lim, Vice President Multi Wangi Alami, perusahaan yang menaungi parfum Paco Rabanne di Indonesia, saat berbincang dengan nya

Semprotkan parfum pada tubuh, bukan pakaian

Ini yang paling penting. Parfum sebaiknya tidak disemprotkan ke pakaian, tetapi ke tubuh. Terutama pada titik nadi bagian tubuh Anda seperti pergelangan tangan bagian dalam, belakang telinga, leher atau siku lengan Anda. Bagian tubuh ini merupakan bagian tubuh yang mengandung panas. Cairan parfum yang bercampur dengan minyak dan panas tubuh akan menghasilkan aroma yang optimal dan bertahan lama.

Kenakan parfum secukupnya

Dalam menggunakan parfum, sebaiknya cukup 2-3 kali semprot. Jika orang lain yang berjarak lebih dari 2 meter dapat mencium aroma parfum Anda, berarti Anda memakainya terlalu berlebihan.

Kenakan parfum sesuai dengan acara yang akan di hadiri.

Miliki dua parfum yang memiliki aroma berbeda. Parfum dengan aroma ringan dan segar cocok di kenakan pada siang hari, sedangkan parfum dengan aroma keras atau sedikit menyengat dapat di kenakan pada malam hari.

Selasa, 20 Mei 2014

4 Mitos Kanker yang Tidak Perlu Dipercayai

Tak ubahnya penyakit lain, kanker masih dipandang sangat menakutkan. Vonis kanker tak ubahnya hukuman mati bagi para penderitanya. Akibatnya beberapa penderita menyerah dan tak melakukan pengobatan yang tepat.

Memang tak dapat dipungkiri kanker adalah penyakit mematikan. Penyakit yang ditemukan pada 2008 ini telah membawa kematian bagi 7,8 juta dan merusak hidup 12,7 penduduk dunia. Meski begitu kanker bukannya tidak bisa dihindari. Penderita kanker bahkan bisa mengelola penyakitnya, bila melakukan pengobatan dan saran medis yang benar.

Masyarakat bisa melakukan pencegahan dan pengelolaan asal, tidak percaya pada 4 mitos umum yang beredar terkait kanker.

“Mitos ini seperti membatasi upaya untuk mencegah dan melawan kanker. Masyarakat tidak boleh mempercayai mitos jika ingin hidup sehat,” kata ahli onkologi dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Soehartati Gondhowiardjo, pada konferensi pers World Cancer Day di Jakarta, Senin (3/2/2014).

Empat mitos ini menjadi tema utama peringatan Hari Kanker Sedunia yang jatuh pada Selasa (4/2/2014). Berikut penjelasannya,

1. Tak perlu membicarakan kanker

Menurut Soehartati, sebagian masyarakat masih menganggap kanker adalah hal yang tabu. Anggapan tersebut menyebabkan penderita kanker masih mengalami diskriminasi dan stigma yang merugikan. Mitos ini jelas menghambat berbagai upaya pencegahan kanker, karena tak pernah dibicarakan dengan tuntas.

“Mitos ini jelas merugikan. Tanpa adanya kemauan berbicara dan keterbukaan upaya pencegahan, deteksi dini, dan penyebaran informasi sulit dilakukan. Masyarakat tak boleh lagi percaya mitos, sehingga bisa mencegah dan mengelola kanker dengan tepat,” kata Soehartati.

2. Kanker tak memiliki tanda dan gejala

Meski kanker tidak timbul dengan cepat namun penyakit ini jelas memiliki gejala. Gejala ini bisa sangat awal diketahui penderitanya bila rutin melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan ini sekaligus tindak awal mencegah dan mengelola kanker.

“Gejala tiap kanker bersifat khas dan hampir ada pada semua jenisnya. Penderita bisa mengetahui bila rutin dan teliti memperhatikan tubuhnya. Melalui deteksi dini, masyarakat bisa tahu gejala awal kanker sedini mungkin,” ujar Soehartati.

3. Tak ada yang bisa dilakukan

Mitos ini biasa menghinggapi penderita kanker maupun masyarakat umum. Anggapan kanker adalah penyakit yang menakutkan menimbulkan rasa menyerah dan pasrah. Akibatnya, tidak timbul upaya maksimal untuk mencegah dan mengelola kanker.

Hal tersebut tentu saja tidak benar. “Kita dapat mencegah dan mengelola kanker dari level individu, komunitas, dan pembuat kebijakan. Dengan upaya maksimal kanker tentu bisa ditangani dengan baik, terutama kanker payudara, serviks, dan nasofaring yang memiliki penderita terbanyak,” tutur Soehartati.

4. Tak punya hak dalam pengobatan kanker

Mitos ini timbul karena rasa menyerah menghadapi kanker. Akibatnya, timbul rasa pasrah dan tidak memaksimalkan upaya pengobatan. Padahal, upaya pengobatan harus dilakukan semaksimal mungkin untuk kesehatan pasien. Tentunya pengobatan yang tepat dan dilakukan ahlinya.

“Tiap orang berhak dan sejajar dalam upaya pengobatanan kanker. Upaya maksimal tentu berdampak positif bagi penderita. Penderita tidak boleh jatuh pada janji-janji sembarang pengobatan yang belum terbukti kualitas dan efek sampingnya (evidence base),” tandas Soehartati.