Senin, 04 Januari 2016

4 Faktor yang Buat Pria Tak Layak Dijadikan Kekasih


Ketertarikan terhadap lawan jenis terkadang datang di saat dan pada orang yang tidak terduga. Ya, kita memang tidak bisa memilih untuk jatuh cinta kepada orang tertentu namun keputusan untuk melanjutkan hubungan asmara tetap ada di tangan sendiri. Namun seringkali hubungan asmara hanya berlangsung seumur jagung karena ternyata ada ketidakcocokan saat menjalaninya. Atau, sebenarnya itu hanya rasa penasaran, bukan cinta yang sebenarnya.

Pertanyaannya, bagaimana cara mengetahui sejak awal bahwa si dia bukan orang yang tepat? Agar lebih waspada dan tidak terlanjur dibutakan cinta, ini beberapa faktor yang bisa dilihat untuk mendeteksi pria yang sebaiknya tidak perlu dijadikan kekasih. 

1. Insting Wanita Terkadang Kuat
Terkadang kita tidak mengikuti intuisi karena merasa si pria yang dekat dengan Anda saat ini merupakan orang yang tepat. Kata hati tetap perlu 'didengarkan'. Tak usah terburu-buru menuju ke hubungan yang berlabel pacaran. Lihat saja dulu bagaimana sikap, sifat dan tutur katanya. Jika intuisi Anda semakin kuat mengatakan bahwa dia bukan orang yang tepat, sebaiknya jangan dipaksakan.


2. Perilaku yang Tidak Konsisten
Sesekali sikapnya sangat romantis, namun terkadang bisa menjadi orang yang kasar. Waspadalah dengan pria yang tidak konsisten dengan perilakunya. Pria bisa dipercaya dari sikap dan kata-katanya, namun ketika kedua hal tersebut bertolak belakang, pertimbangkan kembali untuk menjalin hubungan dengannya.

3. Perhatikan Arah Pembicaraan
Jika si dia sering menghindari tentang pembahasan finansial, pekerjaan atau komitmen, Anda patut menaruh curiga. Jangan-jangan ada sesuatu yang sedang disembunyikan olehnya. Ikuti poin yang pertama, yakni mengikuti intuisi Anda.

4. Topik Obrolan Hanya Tentang Satu Pihak
Ini menjadi cara termudah untuk mengetahui bahwa dia mungkin bukan pilihan terbaik untuk Anda. Mengapa? Pria yang terlalu fokus pada dirinya sendiri menandakan ia punya egoisme yang tinggi dan biasanya sulit untuk berkomitmen. Ciri-cirinya adalah mereka kerap membicarakan kelebihan dirinya dan narsis.

Sumber : Perubahan

Senin, 21 Desember 2015

Cara Cegah Kanker Serviks Sebelum Stadium Lanjut


Kanker serviks atau kanker mulut rahim menjadi salah satu kanker yang paling sering mengintai perempuan Indonesia, setelah kanker payudara. Sebanyak 20 ribu kanker serviks terdeteksi setiap tahunnya dan sebagian besar berujung kematian.

Dokter Spesialis Ginekologi dan Ontologi Andriana Kumala mengatakan, kebanyakan pasien yang datang ke dokter sudah memasuki stadium lanjut dan kemungkinan tidak bisa dioperasi lagi. Hal tersebut terjadi karena kurangnya kesadaran para perempuan untuk memeriksakan alat vitalnya.

Kanker serviks terjadi akibat infeksi dari Human Papillomavirus (HPV). Virus ini menginfeksi sel epitel kulit dan membran mukosa (selaput lendir), seperti pada alat kelamin, mulut, dan di beberapa bagian tubuh lainnya. HPV bisa bertumbuh menjadi ganas dan akhirnya menyebabkan kanker.

Untuk itu, sudah seharusnya setiap orang melakukan pemeriksaan tubuh dari HPV karena virus ini bisa menyerang siapa saja dan di mana saja. HPV juga mudah menular, apalagi lewat hubungan seksual. Sehingga prevalensinya terhadap seseorang yang sudah pernah melakukan aktivitas seksual menjadi lebih tinggi.

Tapi, sebenarnya infeksi HPV yang bisa menyebabkan kanker, salah satunya kanker serviks pada perempuan, ini bisa dicegah. Atau setidaknya bisa ditangani sebelum terlambat.

Baca juga : Perubahan Hidup

Andriana mengatakan ada dua cara yang bisa dilakukan untuk mencegah HPV mengganas. Pertama adalah dengan pencegahan primer dan kedua adalah pencegahan sekunder.

"Yang primer ini dengan melakukan vaksin HPV. Vaksin ini ditemukan sekitar tahun 2008 dan sudah diteliti aman dan efektif. Mendapatkan rekomendasi dari ACIP (Advisory Committee on Immunozation Practices) dan AAP (American Academy of Pediatrics)," kata Andriana dalam temu media di RS Bethsaida, Tangerang, Kamis (17/12).

Vaksin tersebut dianjurkan untuk diberikan pada umur remaja, sekitar 11-12 tahun. Atau paling dini diberikan pada usia sembilan tahun. Ini untuk memastikan kalau kemungkinan mereka terjangkit sangat kecil karena belum pernah berhubungan seksual.

Tapi, bukan berarti orang yang sudah pernah berhubungan seksual tidak bisa diberikan vaksin. Mereka bisa mendapatkan vaksin namun dengan persyaratan khusus.

"Kalau sudah menikah boleh dikasih vaksin dengan syarat screening. Kalau hasilnya bagus, negatif untuk lesi-lesi pre-cancer, baru divaksin. Tapi kita harus konseling dulu karena kalau sudah pernah seks kemungkinan HPV," ujar Andriana.

Cara pencegahan yang kedua adalah dengan melakukan pemeriksaan. Ada tiga jenis tes yang bisa dilakukan yaitu pap smear, Inspeksi Visual Asam (IVA), dan HPV test.

"Pap smear dilakukan dengan mengambil sampel dengan cara mengusap leher rahim, lalu dioleskan ke gelas objek, dikirim ke laboratorium dan nanti hasilnya bisa dilihat," kata Andriana.

Berbeda dengan pap smear, IVA dilakukan lebih sederhana dan tanpa uji laboratorium. Harganya pun lebih murah. Dokter hanya tinggal melihat langsung perubahan warna pada leher rahim yang telah diteteskan asam asetat 3-5 persen.

"Dibaca langsung saat itu juga dengan posisi pasien seperti melahirkan. Kalau putih berarti ada HPV."

Sementara itu, untuk HPV test menggunakan DNA dan prosesnya lebih rumit lagi. Harganya pun lebih mahal sehingga pemeriksaan ini jarang dipakai.

Pemeriksaan untuk pencegahan kanker serviks dianjurkan setiap tiga tahun sekali untuk perempuan usia 21-30 tahun. Untuk usia 30-60 bisa dilakukan lima tahun sekali dengan beberapa kali pap smear.

Sumber : Mengubah Hidup