Rabu, 11 Desember 2019

Beda Negara, Beda Juga Aturan di Toiletnya

Setiap negara punya aturan sendiri dalam menggunakan toilet umum. Sebelum bepergian ke luar negeri, ada baiknya traveler memperhatikan aturan tersebut.

Sebagaimana dilansir dari Travel+Leisure, Jumat (6/12/2019), negara-negara di dunia punya bentuk dan aturan unik mengenai toilet. Berikut ini beberapa informasi yang bisa traveler pertimbangkan ketika hendak menggunakan toilet di luar negeri.

1. Membayar tarif toilet

Aturan ini sebenarnya mirip dengan beberapa toilet umum di Indonesia dimana kita harus membayar tarif toilet. Tempat yang memberlakukan aturan ini adalah beberapa kota di Eropa seperti London, Paris, dan Amsterdam.

Di sana memang tidak tercantum berapa tarif yang harus dibayar namun orang terbiasa memberi uang sebagai ganti tisu toilet yang telah digunakan atau tip untuk petugas bersih-bersih di toilet. Biasanya orang-orang akan membayar sebesar USD 0,5 sampai 1 atau sekitar Rp 7-14 ribu.

2. Menggunakan kloset jongkok

Rupanya tidak cuma di Indonesia saja kita masih menemukan kloset jongkok, sejumlah negara Asia lainnya seperti Singapura, Thailand, dan Taiwan juga menggunakan kloset ini. Kloset jongkok yang dinilai lebih sehat dan alami bagi tubuh menjadi alasan beberapa negara masih menggunakannya. Kloset jongkok yang lebih modern telah dilengkapi dengan pedal untuk membilas kotoran, namun tak ada salahnya juga untuk menggunakan air dari ember untuk membilasnya.

3. Membawa tisu toilet sendiri

Jika traveler berkunjung ke China dan Korea, sebaiknya membawa tisu toilet sendiri karena tidak semua toilet di sana menyediakan tisu atau stoknya yang tidak cukup untuk publik. Lebih baik membawa tisu kemasan yang mudah dibawa-bawa guna mengantisipasi kondisi yang kurang nyaman ketika menggunakan toilet.

4. Menggunakan bidet

Toilet di sejumlah negara menggunakan bidet yang berfungsi untuk membersihkan area genital usai menggunakan kloset. Bidet ini biasanya digunakan di Prancis namun negara lain seperti Italia, Jepang, Argentina, hingga Venezuela juga sudah banyak menggunakannya. Bidet ini ada banyak jenisnya, ada yang terpisah dengan kloset namun ada pula yang sudah menjadi satu. Di Jepang misalnya, teknologi kloset memungkinkan pengguna untuk bilas dan mengeringkan area genital menggunakan bidet sehingga tidak perlu lagi menggunakan tisu toilet.

5. Jangan buang tisu ke kloset

Kebiasaan membuang tisu di kloset umumnya dilakukan masyarakat Amerika karena di negara mereka, kloset telah memiliki teknologi untuk menghancurkan tisu. Berbeda dengan negara lainnya yang belum memiliki teknologi ini, tisu habis pakai harus dibuang di tempat sampah yang sudah disediakan.

6. Ketahui sebutan toilet di setiap negara

Tiap negara tentu memiliki sebutan sendiri untuk toilet. Nah, sebelum traveling ke luar negeri, sebaiknya kita mengetahui sebutan toilet di setiap negara. Contohnya, negara seperti Prancis, Jerman, atau Belanda menyebut toilet sebagai 'water closet' atau 'toilette'. Sementara itu, di Australia, toilet disebut juga sebagai 'dunny'. Lain halnya di Inggris yang disebut 'loo' atau di Jepang yang disebut 'ben-jo'.

Aturan Terbaru Airbnb untuk Tamu Nakal

Airbnb mengambil tindakan untuk melarang pengadaan pesta dan hukuman untuk tamu nakal yang menyewa akomodasi melalui situs itu.

Airbnb telah lama dikeluhkan dengan berbagai tingkah buruk yang dilakukan penyewa akomodasi. Puncaknya adalah pada saat Oktober lalu terjadi kasus penembakan yang menewaskan 5 orang di sebuah pesta Halloween. Kejadian naas itu terjadi di sebuah penginapan di Orinda, San Francisco.

Perusahaan itu pada Kamis (5/12) kemarin, akhirnya mengambil tindakan dengan melarang segala bentuk undangan pesta terbuka, termasuk yang diiklankan di sosial media. Airbnb melarang pesta yang diadakan di apartemen atau kondominium. Sebagaimana dilansir dari Associated Press, Senin (9/12/2019), Airbnb memberikan pengecualian untuk acara pesta yang dilakukan pihak profesional atau boutique hotel.

"Tujuan kami melalui kebijakan baru ini adalah mengatasi tamu yang bertindak tidak bertanggung jawab dan mengganggu tetangga," kata perwakilan Airbnb.

Saat ini Airbnb sedang melakukan proses identifikasi secara global pada akomodasi yang kemungkinan akan terkena aturan pelarangan pengadaan pesta ini, termasuk sejumlah akomodasi yang ada di Los Angeles, Pantai Miami, London, dan Montreal. Pihaknya juga menghimbau para pemilik akomodasi untuk mematuhi aturan tersebut.

Selain pelarangan pesta, mulai awal 2020 mendatang para tamu akan diperingatkan jika membuat keramaian berlebihan, tidak tercatat secara sah sebagai tamu, parkir yang tidak sah, atau kekacauan lainnya yang dilaporkan oleh tuan rumah maupun tetangga. Konsekuensi dari pelanggaran itu adalah penangguhan dan penghapusan akun.

CEO Airbnb, Brian Chesky mengatakan kebijakan ini ia ambil usai kejadian penembakan di Orinda yang setelah diselidiki rupanya pemilik akomodasi itu tidak mengetahui penyelenggaraan pesta yang melibatkan lebih dari 100 tamu.

Di sisi lain, Airbnb Watch yaitu sebuah organisasi yang bertujuan melindungi traveler dari akomodasi ilegal yang dijalankan situs seperti Airbnb, mengatakan kalau respon Airbnb ini terkesan terlambat. Organisasi ini juga menyarankan Airbnb untuk membatasi sewa untuk akomodasi yang juga menjadi tempat tinggal pemilik.

Berbeda dengan Airbnb Watch, Asisten Profesor Departemen Perhotelan dan Manajemen Pariwisata di College of Charleston School of Business, Daniel Guttentag, mengatakan kebijakan baru itu menunjukkan niat tulus Airbnb untuk memberantas aktivitas bermasalah yang dilakukan tamu. Menurutnya aturan itu juga bisa membantu melindungi Airbnb dari tanggung jawab jika sebuah kegiatan seperti pesta berakhir dengan ricuh.

"Tantangan untuk Airbnb adalah menegakkan aturan-aturan itu karena skalanya yang besar akan menyulitkannya," kata Guttentag.

Airbnb sendiri memiliki lebih dari 7 juta akomodasi di dunia yang terdaftar dalam situs itu.

Guttentag mengatakan mungkin juga sulit bagi Airbnb untuk menentukan tindakan seperti apa yang 'terlalu berlebihan' dan memastikan bahwa orang yang melaporkan masalah ini tidak mencoba untuk menutup persewaan.

Saat ini Airbnb tengah berada dalam tekanan untuk mendapatkan kepercayaan dari traveler, masyarakat, dan anggota parlemen untuk rencana mereka yang akan menawarkan saham perusahaan itu ke bursa saham publik.

Selain sejumlah kebijakan tadi, Airbnb juga mengatakan bahwa pihaknya membuat hotline khusus untuk walikota dan pejabat kota yang memiliki pertanyaan tentang kebijakan mereka.