Seorang pilot maskapai Delta Airlines ditangkap pihak keamanan bandara. Pilot itu diduga dalam keadaan mabuk sebelum menerbangkan pesawat.
Dirangkum detikcom dari berbagai sumber, Senin (5/8/2019) peristiwa tersebut terjadi di Bandara Minneapolis-Saint Paul, Minnesota, AS. Pihak keamanan bandara, TSA (Transportation Security Administration) meringkus pilot berusia 37 tahun itu sebelum lepas landas.
Pihak TSA menemukan sebotol minuman beralkohol di koper milik pilot tersebut. Langsung saja, TSA dibantu keamanan bandara mengamankan pilotnya.
Sempat ditahan beberapa jam, pilot itu akhirnya dibebaskan. Selanjutnya, TSA tinggal menunggu hasil pemeriksaan toksikologi untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Yang pasti, sang pilot dibebastugaskan sementara waktu oleh pihak maskapai Delta Airlines. Asal tahu saja, Federal Aviation Administration (FAA) punya peraturan ketat mengenai minuman alkohol bagi pilot.
Disebutkan, batas minuman alkohol yang boleh dikonsumsi pilot hanya 0,04 persen sebelum naik pesawat. Selain itu, tidak boleh mengkonsumsi minuman alkohol dalam jangka waktu 8 jam sebelum lepas landas.
Kisah Pesawat Kecil Airbus Digadang Jadi Andalan di Masa Depan
Apa sih keunggulan si kecil cabe rawit dari Airbus A321XLR? Inilah kisah perjalanannya yang digadang jadi andalan di masa depan.
Seperti dilansir CNN, Minggu (4/8/2019), penerbangan jarak jauh pada hari ini masih dilayani pesawat besar berlorong ganda dan ruang kabin yang luas. Di masa depan, dunia aviasi diprediksi mirip dengan masa awalnya 60 tahun yang lalu menggunakan pesawat yang jauh lebih kecil.
Airbus bertaruh dalam hal itu. Keluarga pesawat A320-nya telah berevolusi selama 30 tahun terakhir dengan menambahkan model lebih besar dan lebih kecil yang semuanya mampu melintasi benua.
Airbus secara bertahap meningkatkan A321, seri pesawat satu lorong terbesarnya sejak pertama kali terbang pada tahun 1993. Pada tahun 2013 Airbus menambahkan "Sharklets" (modifikasi winglets di sayap), mesin baru pada tahun 2016 dan penambahan tangki bahan bakar pada tahun 2018.
Dalam Paris Air Show beberapa waktu lalu diluncurkan Airbus A321XLR yang terbaru. Ditambahkan XLR, adalah singkatan dari Extra Long Range.
Mampu menampung 175 hingga 200 penumpang, tata letak kabinnya bisa dibikin untuk tiga kelas: bisnis, ekonomi premium dan ekonomi. A321XLR dapat terbang sejauh 8.700 kilometer dan saat diisi penuh hingga 244 kursi penumpang, daya jelajahnya turun menjadi 7.400 kilometer.
A321XLR akan dapat menghubungkan kota-kota seperti Roma ke New York, London ke Delhi, dan Tokyo ke Sydney. Ini mengingatkan masa-masa awal perjalanan pesawat global.
"Di sini, saya pikir kita benar-benar berada dalam momen 'Kembali ke Masa Depan'," kata Henry Harteveldt, analis industri perjalanan dan pendiri Atmosphere Research Group.
Pada akhir 1950-an, para pelancong kagum dengan kecepatan dan kenyamanan pesawat Douglas DC-8s dan Boeing 707s. Pesawat itu jadi era baru penerbangan internasional, meski kadang-kadang pesawat itu tidak bisa langsung mencapai tujuan dan berhenti mengisi bahan bakar di tengah perjalanan hingga peningkatan selanjutnya.
Kemudian, 50 tahun yang lalu, pada tahun 1969 muncul pesawat jumbo Boeing 747. Bernama Queen of the Skies, pesawat ini mengubah dunia penerbangan selamanya.
Tidak berlangsung lama, maskapai menggeser pesawat berbadan lebar seperti 747 dan sejenisnya, seperti Douglas DC-10 dan Lockheed L-1011 TriStar dari perjalanan jarak jauh. Selama beberapa dekade, pesawat dengan dua lorong seperti Boeing 767 dan 777, dan Airbus A330, A350 dan A380 telah menjadi standar untuk perjalanan internasional.
Sementara itu, untuk jarak menengah ada pesawat lorong tunggal Boeing 757 sejak pertengahan 1980-an. Untuk rute trans-Atlantik, maskapai-maskapai masih mencari pesawat untuk memperbarui armada mereka.