Kamis, 27 Februari 2020

Tempat yang Luar Biasa Cantik di Raja Ampat Bernama Misool

Kecantikan Raja Ampat sebagai destinasi wisata sudah mendunia. Ada satu tempat di sana yang akan bikin jatuh cinta, Misool namanya.

Salah satu pulau di Raja Ampat yang tersohor dengan keindahan alamnya yaitu Pulau Misool. Menempuh perjalanan selama 4 jam dari Sorong, Misool menyuguhkan pesona Landscape dan bawah lautnya yang begitu indah. Perasaan rindu tersengit seketika saat menulis cerita ini kembali, rindu nya yang membuat setengah mati akan keindahan panorama yang begitu cantik dan menggoda untuk di selami.

Keindahan Raja Ampat sudah tersohor ke berbagai sudut penjuru dunia, menjadi primadona bagi traveller yang haus untuk menaklukan pesona keindahan bawah lautnya. Hal ini lah yang membuat jiwa penjelajah saya tertarik untuk mencicipi keindahan Raja Ampat. Raja Ampat berada di Provinsi Papua Barat, terdapat empat pulau terbesarnya yaitu Pulau Waigeo, Pulau Misool, Pulau Salawati dan Pulau Batanta.

Kota Sorong, Papua Barat menjadi gerbang pintu masuk ke Raja Ampat. Saat ini sudah banyak maskapai penerbangan yang mengadakan penerbangan langsung ataupun tidak langsung ke Sorong. Tiket pesawat saya dapatkan dari aplikasi Tiket.com, dimana saat itu sedang ada promo tiket pesawat. Selain tiket pesawat, saya juga memesan hotel melalui aplikasi tiket.com #semuaadatiketnya.

Jam 7 pagi kala itu, saya dan traveller lainnya yang mengikuti open trip 4 hari 3 malam ke Misool sudah berkumpul di Pelabuhan Rakyat Sorong. Kapal penumpang yang kami naik sangat nyaman, karena ada Ac dan fasilitas VIP, sehingga kalau kalian kurang tidur, bisa berisitirahat di dalam kapal tersebut. Perjalanan mengarungi lautan luas menuju Pulau Misool selama 4 jam, tepatnya di pelabuhan Kampung Yellu.

Selama empat hari kami tidur di Homestay yang bernama Yefgag, dari Yellu kami menaiki mini speed boat yang terbuat dari kayu selama 5 menit. Fasilitas yang dimiliki adalah kamar Ac dan Non AC, mendapatkan sarapan pagi, makan siang dan makan malam dan yang paling utama adalah pantai yang terdapat di depan Homestay. Pantai ini cantik sekali, kalian bisa menikmati Sun Set dan berenang serta snorkling. Pesona bawah lautnya juga tidak kalah dengan spot spot lainnya di Raja Ampat.

Selama 2 hari, kami mengunjungi berbagai spot menarik di Kepulauan Misool dengan menggunakan mini speed boat. Deburan ombak yang terhantam speed boat kami, menjadi iringan musik yang menentramkan hati selama perjalanan. Laut Biru dan berbagai bukit batu kecil menjadi pemandangan setiap detik kami. Sekali-kali kami melewati perairan yang dangkal dan terlihat keindahan bawah lautnya. Terumbu karang yang berjajar rapi, menjadi tempat ikan bersembunyi dan menari. Arrghh tersengit perasaan rindu saat menuliskan cerita ini kembali.

Selama di Misool kami mengunjungi berbagai spot-spot menarik seperti Goa Keramat, Goa Tengkorak, Telapak Tangan Sumbayo, Puncak Harfat, Yapap, Danau Ubur-Ubur, Pantai Namlol, Puncak Balbulol, dan yang paling indah adalah Karawapop atau yang biasa di sebut Telaga Love. Aktifitas yang kami lakukan adalah snorkling, foto-foto di tepi pantai, mendaki bukit untuk mencapai panorama terbaik dan yang paling penting adalah berbagi pengalaman dengan traveller lainnya tentang berbagai tempat yang telah dikunjungi.

Sungguh, Wae Rebo Bikin Rindu (2)

Untuk menuju ke Wae Rebo, kalian harus menuju kota Labuan Bajo. Penerbangan dari Jakarta menuju kota Labuan Bajo ditempuh dalam waktu 2 jam 20 menit dengan perbedaan waktu 1 jam lebih cepat di Labuan Bajo. Saya membeli tiket penerbangan tersebut dan tiket hotel di Labuan Bajo dari aplikasi tiket.com, dijamin murah dan banyak promonya.

Sampai di Labuan Bajo, saya dan teman teman menyewa mobil untuk menuju Wae Rebo, tentunya kalau urusan sewa mobil, nggak perlu repot, tinggal satu aplikasi aja di tiket.com, #semuadatiketnya. Perjalanan menuju Wae Rebo seharusnya menempuh waktu kurang lebih 6-7 jam untuk sampai pada Desa Denge, tempat perhentian mobil terakhir. Tapi kali ini, kami mencoba jalur alternatif yaitu menggunakan jalur pesisir laut Flores dengan waktu tempuh 4-5 jam, lumayan lah yah menghemat waktu 2 jam.

Sampai di Desa Denge, kami beristirahat sejenak di homestay setempat, sambil menikmati kopi dan teh dan juga meluruskan kaki yang sedari tadi bertekuk minta ampun selama empat jam. Di homestay ini, kami sekalian mengadakan briefing singkat mengenai perjalanan ke atas menuju Wae Rebo.

Perjalanan yang akan ditempuh sejauh 7 km dengan berjalan kaki, dengan estimasi waktu sekitar 3 jam dari Desa Denge. Tapi jangan sedih dulu, sekarang, kalian dapat menggunakan ojek motor selama 10 menit untuk menempuh jarak 2 km awal, sehingga dapat menghemat waktu 1 jam, lumayan banget kan, harga ojek motor tersebut sebesar Rp 50.000.

Setelah menggunakan jasa ojek motor lokal, kami sampai di Pos Satu. Here we go, perjalanan dimulai. Sesungguhnya tidak ada yang mustahil buat kalian yang emang belum pernah trekking jalan kaki di gunung seperti ini, yang penting kalian harus tetap semangat.

Jalan setapak di sini gampang karena memang sudah ada jalurnya yang memang sudah dibuat, jadi kalian hanya tinggal menelusuri jalur tersebut aja, tapi tantangannya adalah jalurnya kebanyakan menanjak.

Kalo kamu mencium bau kopi, artinya perkebunan kopi telah dekat, dan itu menandakan bahwa tinggal 15 menit lagi perjalanan kamu menuju Rumah Kasih Ibu. Rumah Kasih Ibu adalah pintu gerbang menuju Desa Wae Rebo. Pimpinan rombongan diwajibkan membunyikan alat musik tabuh yang telah disediakan. Itu adalah adat istiadat bagi tamu yang akan memasuki wilayah Wae Rebo, yang artinya warga Wae Rebo akan mempersiapkan upacara adat penghormatan leluhur bagi tamu yang memasuki kawasan Wae Rebo.

Memasuki wilayah Desa Wae Rebo, kami diwajibkan mengikuti upacara adat penghormatan leluhur di rumah induk yaitu Rumah Gendang. Kami dilarang mengambil gambar melalui handphone ataupun kamera sebelum mengikuti upacara adat ini. Tenang ajah, upacara adatnya nggak ribet kok, Petuah di Wae Rebo hanya meminta izin kepada leluhur mereka Waeluu supaya mengizinkan para tamu untuk menginap di tanah Wae Rebo.

Terdapat tujuh rumah adat di desa Wae Rebo, satu diantara nya adalah Rumah Induk yaitu Rumah Gendang. Dinamakan rumah gendang karena di rumah induk ini sebagai rumah penyimpanan alat musik tradisional Wae Rebo yaitu Gendang dan Gong. Di rumah Induk ini terdapat 8 Kepala Keluarga yang mewakili 8 garis keturunan Wae Rebo.

Biaya menginap di Wae Rebo sebesar Rp 225.000, di mana biaya ini dipergunakan untuk kelestarian budaya dan masyarakat setempat. Semua tamu yang bermalam di Wae Rebo tidur di rumah ini secara berbarengan. Tempat tidur yang hanya beralaskan anyaman tikar, bantal dan selimut sudah di sediakan.

Walaupun hanya bermodalkan tikar, dijamin tidur kalian pasti nyeyak, karena telah menempuh perjalanan yang panjang, dan suasana sejuk di Wae Rebo yang bikin kalian pasti rindu. Fasilitas toilet di Wae Rebo bersih, ada kloset duduk, jadi tidak perlu khawatir.

Berbagai aktifitas pada siang dan sore hari di Wae Rebo, kalian bisa menikmati keindahan desa yang begitu tentram, aktivitas tradisional warga Wae Rebo, seperti menenun dan bertani kopi. Selain itu, di sini juga disiapkan arena bulu tangkis buat kamu bermain bersama warga sekitar dan tamu yang lainnya.

Selain karena pesona keindahan desa Wae Rebo, alasan lain wisatawan datang ke sini karena ingin melihat Milky Way. Karena kemampuan fotografi saya yang masih dangkal, saya belum bisa menangkap momen Milky Way di Wae Rebo. Tapi jangan sedih, Google saja yah dengan keyword Milky Way di Wae Rebo, dijamin hasrat petualang kalian akan menggebu.

Luapan kebahagiaan dan kedamaian dalam hati, saya rasakan tiada taranya. Melihat suasana nyaman, damai, sejuk, terlebih lagi harmonisasi yang terpancar di antara karakter pribadi-pribadi yang berbeda di Wae Rebo.

Bukan hanya wisatawan lokal saja, dari mancanegara pun ada di Wae Rebo. Kami bertegur sapa dengan wisatawan dari Australia, Malaysia dan Eropa. Mengesankan bisa berbagi cerita kebahagiaan mengenai perjalanan menuju berbagai daerah di dunia, dan terlebih lagi berbagi cerita di Wae Rebo.