Minggu, 01 Maret 2020

Pantura Punya Cerita

Tahukah kamu, sepanjang jalur Pantura punya tempat wisata dan kuliner yang sayang untuk dilewatkan. Berikut beberapa keseruan yang bisa ditemui di Pantura.
Jalur Pantai Utara merupakan jalur wajib yang harus dilalui dari Jakarta untuk menuju ke arah Cirebon, Brebes, Tegal, Pekalongan, Batang sampai ke Semarang sebelum dibukanya tol Trans Jawa.

Seiring dengan dibukanya jalan tol Trans Jawa, praktis sebagian besar kendaraan lebih memilih melewati jalan tol dibandingkan jalur Pantura karena alasan kepraktisan.

Tidak heran, sebab pengalaman saya normalnya untuk menuju Semarang dari Jakarta jika melewati jalur Pantura bisa menghabiskan waktu sekitar 8-9 jam perjalanan. Namun, bisa saja waktu yang diperlukan lebih lama. Apalagi jika tidak tahan dengan godaan untuk mampir di aneka tempat seru dan kuliner lezat yang terdapat di sepanjang jalur Pantura.

Berikut aneka keseruan dan tempat menarik yang bisa kamu temui di sepanjang jalur Pantura, yang tentu sajaƂ  tidak akan ditemui jika melewati tol :

1. Belanja Telur Asin di Brebes

Saat belum dibukanya tol Trans Jawa, kendaraan biasanya diarahkan untuk keluar di Brebes Exit. Tidak jauh untuk sedikit berbelok ke arah Kota Brebes yang terkenal sebagai penghasil telur asin terbaik. Salah satu yang menjadi langganan saya dan sudah berdiri sejak tahun 1984 adalah Toko Lina Pandi yang berada tidak jauh dari alun-alun kota Brebes. Telur asin yang dihasilkan sungguh berkualitas karena diproduksi dari bebek yang diberi pakan ternak berkualitas.

2. Sate Kambing Muda Tegal

Biasanya jika berangkat dari Jakarta pagi hari, maka akan tiba di kota Tegal saat jam makan siang. Sungguh tepat rasanya jika mampir sejenak untuk makan siang sambil menikmati sate kambing muda tegal yang terkenal akan kelezatannya. Salah satu penjual yang terkenal adalah restaurant Mendo Wendy. Sate kambing muda yang lembut, dinikmati bersama gulai kambing dan nasi panas, serta teh poci yang panas dan legit, sungguh perpaduan yang nikmat.

3. Singgah di SPBU MURI

Selepas makan siang, masih di kota Tegal, sebelum melanjutkan perjalanan, tidak ada salahnya untuk memeriksa kondisi kendaraan, sambil mengisi bensin di SPBU MURI. SPBU ini terkenal dengan jumlah toiletnya yang sangat banyak. Tidak hanya itu, terdapat berbagai fasilitas menarik yang sangat memanjakan pengunjung di SPBU ini, mulai dari kolam renang, penyewaan ranjang lipat di ruang AC yang nyaman, pijat refleksi dan pastinya terdapat juga toko oleh-oleh khas Tegal di SPBU ini.

4. Mampir di Museum Batik Pekalongan

Selepas badan kembali segar, dan melanjutkan perjalanan, setelah Tegal maka akan tiba di Pekalongan, kota yang sangat terkenal sebagai penghasil kain batik berkualitas. Selain terdapat grosir batik, terdapat juga museum batik di Pekalongan lho. Di museum ini kita bisa mempelajari mengenai aneka jenis batik yang terdapat di Indonesia. Selain itu, kamu juga bisa belajar membatik, mulai dari membatik dari canting, sampai menyelup kain batik dengan proses tradisional. Sangat menarik.

5. Bermain di Batang Dolphin Center

Selepas dari Pekalongan, maka kita akan tiba di kabupaten Batang. Kabupaten Batang memiliki aneka potensi wisata alam yang sangat menarik, mulai dari gua alam sampai pantai yang indah. Namun jika ingin berkunjung sejenak, kamu bisa singgah di Batang Dolphin Center, kawasan konservasi lumba-lumba yang terdapat di pantai Sigandu.

Tidak hanya lumba-lumba, aneka hewan pun juga bisa dijumpai disini, mulai dari kuda nil, gajah, zebra, llama, macan kumbang, bekantan, burung-burung eksotis dan masih banyak lagi. Batang Dolphin Center merupakan konservasi hewan yang dikelola oleh Taman Safari Indonesia. Jika datang di saat yang tepat, kamu bisa menikmati keseruan pementasan lumba-lumba dan aneka satwa, serta pertunjukan burung pemangsa.

Perjuangan Menggapai Puncak Kerinci

Gunung Kerinci di Jambi merupakan gunung yang difavoritkan para pendaki untuk ditaklukkan. Ini salah satu cerita perjalanan mencapai puncaknya.
Gunung Kerinci di Jambi bagi sebagian orang tentu menjadi tempat yang menyeramkan untuk didaki, mengingat gunung ini adalah gunung berapi tertinggi di Indonesia dengan ketinggian mencapai 3805 MDPL. Ditambah lagi kini sudah memasuki musim penghujan yang tentu banyak ancaman alam yang mengintai kapan pun, seperti longsor dan petir.

Namun hal itu tidak menyurutkan sejumlah pendaki untuk menikmati pergantian malam tahun baru 2019 di atap Sumatra tersebut. Bisa dikatakan mereka berusaha menolak rasa takut akan berbagai hal buruk yang kapan pun datang di musim hujan ini. Di sisi lain sebagai gunung yang tinggi, Kerinci memiliki medan yang cukup ekstrim dan khas yang tentunya tidak mudah ditaklukkan.

Namun ada Kuasa Tuhan di sini. Prediksi cuaca buruk dan dongeng horor musim hujan tak terbukti, karena cuaca begitu menyambut sejumlah pendaki. Berdasarkan pengamatan kami selama mengikuti pendakian Kerinci bersama sebuah komunitas pendaki asal Jakarta dan Lampung dari tanggal 31 Desember 2018 hingga 1 Januari 2019 langit memang tampak cerah dan hampir setiap pos pendakian terisi penuh sejumlah pendaki yang mendirikan tenda.

Tim kami sendiri mendirikan tenda di (Pos) Shelter 1 yang tentunya masih jauh dari puncak atau berkisar antara 6-7 jam perjalanan lagi. Sebelum menuju Shelter 1, para pendaki akan memasuki Pos Pintu Rimba, Pos 1 ( Bangku Panjang), Pos 2 (Batu Lumut), dan Pos 3 (Pondok Panorama).

Masing-masing pos memiliki trek yang bervariasi dan cenderung menanjak terjal dengan rata-rata tempuh 1 hingga 2 jam. Setelah Shelter 1 para pendaki akan melewati Shelter 2 dan Shelter 3 dengan medan yang dilalui begitu berat karena jalur begitu menanjak dan sempit. Sehingga dibutuhkan tenaga ekstra.

Nyatanya bagi para pecinta pendakian gunung, medan Kerinci yang berat tersebut tidak menjadi halangan yang berarti melainkan sebuah tantangan yang harus ditaklukkan dengan mempertimbangkan faktor keamanan juga pastinya. Tim Kami sendiri memutuskan untuk melakukan summit pada tengah malam pukul 1.00 WIB (1 Januari 2019).

Selama perjalanan tentu dihadapakan dengan rasa lelah dan letih yang tak karuan. Namun niatan yang tulus untuk mencapai puncak Kerinci tidak bisa dihilangkan dengan kata lelah, sehingga dengan cara apapun kami berusaha menguatkan diri dan tekad. Setelah berjam-jam melalui trek terjal dan sempit dengan hiasan akar-akaran yang besar ditambah lagi gelapnya malam yang membatasi langkah, kami pun mencapai Shelter 3 pukul 4.30 WIB.

Untuk selanjutnya kami harus melewati trek miring dan curam dengan hamparan batuan cadas tanpa pepohonan (batas vegetasi) sebelum mencapai puncak Kerinci dengan udara yang semakin menipis tentunya. Laju semakin berat namun tetap berusaha kuat, kami pun melewati Tugu Yudha dan sejumlah plakat pengingat untuk para pendaki yang menjadi korban ganasnya Kerinci yang tak pernah kembali pulang.

Sejumlah doa pun kami panjatkan untuk mereka agar diterima di sisi-Nya. Puncak semakin tampak, hanya saja tenaga semakin susah untuk diajak kompromi. Dengan langkah tergopoh-gopoh karena medan berbatu dan berkerikil yang tak kunjung usai dan asupan oksigen yang berkurang akhirnya kami mengucap syukur pada Tuhan Yang Maha Kuasa karena pada pukul 07.00 WIB kami mampu menginjakkan kaki di Atap Sumatra.

Tak lupa juga kami sampaikan terima kasih pada mereka yang turut memperlancar jalannya pendakian ini khususnya warga Kerinci yang rumahnya kami tempati, dan juga untuk sahabat-sahabat kami yang namanya tidak bisa kami sebutkan satu persatu.Kalian luar biasa.