Rabu, 02 Desember 2020

Masuk 5 Besar, Kasus COVID-19 Indonesia Peringkat Berapa di Asia?

 Saat ini, jumlah kasus COVID-19 di dunia sudah mencapai angka 62.162.592 kasus. Sementara di Asia, jumlah kasusnya mencapai 16.871.967.

Indonesia kini mencatat sudah ada 543.975 kasus positif dan 454.879 kasus sembuh pada Selasa (1/12/2020). Selain itu, kasus meninggal sudah mencapai 17.081 kasus.


Berdasarkan laporan Worldometers, Indonesia masih masuk ke dalam 10 besar dengan jumlah kasus tertinggi di Asia. Di peringkat pertama, masih ada India dengan jumlah kasus COVID-19 mencapai lebih dari 9 juta kasus.


Berdasarkan laporan worldometers per Rabu (2/12/2020), berikut detail peringkat kasus COVID-19 di Asia.


1. India

Total kasus: 9.495.661

Meninggal: 138.090

Sembuh: 8.926.950


2. Iran

Total kasus: 975.951

Meninggal: 48.628

Sembuh: 677.963


3. Turkey

Total kasus: 668.957

Meninggal: 13.936

Sembuh: 409.320


4. Iraq

Total kasus: 554.767

Meninggal: 12.306

Sembuh: 484.570


5. Indonesia

Total Kasus: 543.975

Meninggal: 17.081

Sembuh: 454.879


6. Bangladesh

Total kasus: 467.225

Meninggal: 6.675

Sembuh: 383.224


7. Filipina

Total kasus: 432.925

Meninggal: 8.418

Sembuh: 398.782


8. Pakistan

Total kasus: 400.482

Meninggal: 8.091

Sembuh: 343.286


9. Arab Saudi

Total kasus: 357.623

Meninggal: 5.907

Sembuh: 347.176


10. Israel

Total kasus: 338.127

Meninggal: 2.877

Sembuh: 324.449

https://kamumovie28.com/movies/thank-you-cinta/


Studi Kembali Tegaskan Corona Bukan dari China, Kali Ini dari Mana?


Sebuah studi baru kembali mengungkap bahwa virus Corona yang diidentifikasi di Wuhan pada akhir Desember 2019, bukan pertama kali muncul di China.

Berdasarkan temuan terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Clinical Infectious Diseases, menunjukkan bahwa virus Corona COVID-19 ini sudah lebih dulu menginfeksi orang di Amerika Serikat (AS). Bahkan seminggu sebelum penyakit tersebut teridentifikasi di Wuhan, China.


"Infeksi SARS-CoV-2 mungkin telah ada di AS pada Desember 2019, lebih awal dari yang diketahui sebelumnya," kata para penulis studi yang dikutip dari laman NPR, Rabu (2/12/2020).


Adanya penemuan ini menambah bukti bahwa virus COVID-19 ini secara diam-diam sudah menyebar ke seluruh dunia, sebelum pejabat kesehatan dan publik menyadari keberadaannya. Ini juga menunjukkan keberadaan virus di AS yang mungkin tidak dimulai dari kasus pertama yang teridentifikasi pada bulan Januari lalu.


Hal ini muncul setelah Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menganalisis donor darah yang dikumpulkan oleh Palang Merah Amerika, dari penduduk di sembilan negara bagian.


Mereka menemukan bukti adanya antibodi virus Corona pada 106 dari 7.389 donor darah. CDC menganalisis darah yang dikumpulkan antara 13 Desember 2019 sampai 17 Januari 2020.


Adanya antibodi tersebut menunjukkan bahwa orang tersebut terpapar virus Corona, dan sistem imun tubuhnya memicu respon defensif.


Para peneliti menemukan antibodi virus Corona pada 39 sampel dari California, Oregon, dan Washington pada 13-16 Desember. Lalu, mereka juga menemukan antibodi pada 67 sampel dari Connecticut, Iowa, Massachusetts, Michigan, Rhode Island, dan Wisconsin pada awal Januari sebelum wabah ini menyebar ke berbagai negara.


"Temuan ini juga menyoroti nilai donor darah sebagai sumber untuk melakukan studi pengawasan SARS-CoV-2," kata peneliti.


Selain itu, para penulis penelitian juga bisa membantu untuk mengidentifikasi sumber daya dan intervensi kesehatan masyarakat terkait apa yang diperlukan untuk menghentikan penyakit serius dan kematian akibat COVID-19.

https://kamumovie28.com/movies/boundless-love/

Terungkap! Dokumen Rahasia soal Kesalahan China Terkait COVID-19 di Awal Wabah

 Bocornya dokumen internal milik China bertanda 'tetap rahasia' terungkap. Dokumen tersebut mengungkap beberapa data penanganan COVID-19 di China saat awal wabah merebak.

Salah satu yang jadi sorotan adalah beda angka kasus COVID-19 yang resmi dilaporkan dengan angka yang tertera dalam dokumen tersebut. Pada 10 Februari tercatat ada 5.918 kasus COVID-19, angka ini jauh berbeda, lebih tinggi dua kali lipat dari yang dilaporkan.


Dikutip dari CNN, tidak sinkronnya data kasus baru COVID-19 menunjukan pemerintah setempat yang tidak serius dan lalai dalam menangani wabah ini ketika pertama kali muncul. Fakta tersebut terus disembunyikan oleh pemerintah China.


Dokumen berisi 117 halaman disebut-sebut bocor dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Provinsi Hubei. Tak hanya mengungkap angka kasus baru yang dirahasiakan, dokumen tersebut juga membahas mengenai serangkaian penanganan COVID-19 yang dilakukan oleh pemerintah setempat.


Secara keseluruhan, dokumen tersebut merupakan kebocoran paling signifikan dari China sejak awal pandemi. Dari dokumen tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya keterlambatan penanganan wabah sejak awal oleh otoritas lokal.


Walaupun pemerintah Hubei, China, menjelaskan kasus COVID-19 di awal wabah secara efisien dan transparan, namun dokumen tersebut memberikan gambaran bahwa pejabat kesehatan lokal mengandalkan mekanisme pengujian dan pelaporan yang cacat.


Pada bulan awal Maret, dalam sebuah dokumen dijelaskan bahwa waktu rata-rata antara timbulnya gejala hingga diagnosis yang dikonfirmasi COVID-19 adalah 23,3 hari. Waktu ini secara signifikan dapat membantu memerangi COVID-19.


Pihak China berusaha membantah dokumen tersebut dengan dalih pihaknya dengan menyampaikan transparansi terkait wabah COVID-19.


"Jelas mereka melakukan kesalahan dan bukan hanya kesalahan yang terjadi ketika Anda berurusan dengan virus baru juga kesalahan birokrasi dan bermotif politik dalam cara mereka menanganinya," jelas Yanzhong Huang, seorang rekan senior untuk global kesehatan di Council on Foreign Relations.


Dokumen ini terungkap berbarengan dengan desakan dari Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk mengetahui asal usul munculnya wabah COVID-19. Dalam penuturan WHO, pihaknya mendapatkan akses penuh terhadap penyelidikan oleh pemerintah China.


Namun dalam perkembangannya, akses para ahli internasional soal catatan medial RS dan data kasus di Hubei, China, telah dibatasi. Dokumen internal ini diberikan kepada CNN oleh seseorang yang tidak ingin identitasnya terungkap. Ia hanya ingin mengungkapkan kebenaran di balik wabah ini.

https://kamumovie28.com/movies/pocong-the-origin/


Masuk 5 Besar, Kasus COVID-19 Indonesia Peringkat Berapa di Asia?


Saat ini, jumlah kasus COVID-19 di dunia sudah mencapai angka 62.162.592 kasus. Sementara di Asia, jumlah kasusnya mencapai 16.871.967.

Indonesia kini mencatat sudah ada 543.975 kasus positif dan 454.879 kasus sembuh pada Selasa (1/12/2020). Selain itu, kasus meninggal sudah mencapai 17.081 kasus.


Berdasarkan laporan Worldometers, Indonesia masih masuk ke dalam 10 besar dengan jumlah kasus tertinggi di Asia. Di peringkat pertama, masih ada India dengan jumlah kasus COVID-19 mencapai lebih dari 9 juta kasus.


Berdasarkan laporan worldometers per Rabu (2/12/2020), berikut detail peringkat kasus COVID-19 di Asia.


1. India

Total kasus: 9.495.661

Meninggal: 138.090

Sembuh: 8.926.950


2. Iran

Total kasus: 975.951

Meninggal: 48.628

Sembuh: 677.963


3. Turkey

Total kasus: 668.957

Meninggal: 13.936

Sembuh: 409.320


4. Iraq

Total kasus: 554.767

Meninggal: 12.306

Sembuh: 484.570


5. Indonesia

Total Kasus: 543.975

Meninggal: 17.081

Sembuh: 454.879


6. Bangladesh

Total kasus: 467.225

Meninggal: 6.675

Sembuh: 383.224


7. Filipina

Total kasus: 432.925

Meninggal: 8.418

Sembuh: 398.782


8. Pakistan

Total kasus: 400.482

Meninggal: 8.091

Sembuh: 343.286


9. Arab Saudi

Total kasus: 357.623

Meninggal: 5.907

Sembuh: 347.176


10. Israel

Total kasus: 338.127

Meninggal: 2.877

Sembuh: 324.449

https://kamumovie28.com/movies/thank-you-a-lot/