Kamis, 03 Desember 2020

Grab Gojek Diisukan 'Kawin', Siapa yang Bakal Dominan?

 Beredar isu bakal adanya merger antara dua perusahaan aplikasi transportasi raksasa Grab dan Gojek. Isu itu muncul setelah merebak kabar SoftBank sebagai pemegang saham mayoritas Grab sedang tertekan.

Lalu seberapa besar kemungkinan Grab dan Gojek 'kawin'?


Menurut Business Development Advisor Bursa Efek Indonesia (BEI), Poltak Hotradero hal itu akan sulit dilakukan. Sebab keduanya adalah perusahaan aplikasi transportasi besar yang ada di Indonesia dan saling bersaing. Jika mereka berdua kawin akan diduga sebagai bentuk monopoli.


"Secara regulasi akan sulit karena akan mudah dipandang sebagai bentuk monopoli," ujarnya Selasa (22/9/2020).


Kedua, lanjut Poltak, kedua perusahaan itu memiliki filosofi dan kultur yang berbeda. Baik dari sisi bentuk pendanaan maupun strategi ekspansinya.


"Merger hanya akan menyulitkan konsolidasi bisnis," tambahnya.


Selain itu untuk hitung-hitungan valuasi akan lebih sulit lagi. Sebab jantung Gojek saat ini adalah GoPay, sedangkan GoRide maupun GoFood adalah satelitnya. Jantung itu yang tidak dimiliki Grab.


"Grab sudah kadung bakar duit banyak banget sebelum Pandemi, sampai ikutan promosi nama stasiun MRT. Sesuatu yang tidak mungkin dilakukan Gojek," terang Poltak.

https://tendabiru21.net/movies/original-sin/


Situasi semakin rumit lantaran adanya komitmen Grab terkait akuisisi saham Uber di Asia beberapa waktu lalu. Menurut informasi Poltak, dalam prospektus IPO Uber, Uber memiliki hak untuk menukarkan 23,2% kepemilikan sahamnya di Grab dengan uang tunai jika Grab tidak melangsungkan IPO hingga 25 Maret 2023.


3 Info Terkini soal Wacara Grab 'Kawin' dengan Gojek


Isu penggabungan atau merger Gojek dan Grab kembali berhembus. Dua perusahaan rintisan terbesar di Asia Tenggara ini dikabarkan telah melakukan pembicaraan untuk penggabungan usaha atas arahan dari pemegang saham, termasuk SoftBank.

Seperti dilansir dari Financial Times, langkah korporasi itu dibahas usai pendiri SoftBank Masayoshi Son memberikan restu atas rencana itu. Berikut hal-hal yang perlu diketahui soal wacana Grab 'kawin' dengan Gojek:


1. Respons Grab

Saat dikonfirmasi, juru bicara Grab enggan berkomentar. Sementara, pihak Gojek belum memberikan tanggapan terkait kabar tersebut.


"Kami tidak berkomentar mengenai spekulasi yang beredar," demikian pernyataan Grab yang diterima detikcom.


2. Dibahas 6 Bulan Lalu

Masih dikutip dari Financial Times, pembicaraan 'perkawinan' ini rupanya sudah dilakukan sejak enam bulan lalu. Namun, aksi korporasi ini terhalang oleh tentangan dari Softbank salah satu pemegang saham terbesar sebelumnya.


Pendiri Softbank, Masayoshi Son kala itu percaya layanan ride-hailing bisa menjadi monopoli di mana perusahaan yang paling banyak uang akan mendominasi pasar tertentu. Hal itu diungkap orang-orang dekat miliarder Jepang tersebut.


3. Nilainya Tembus Rp 1.000 T

Wacana penggabungan atau merger Grab-Gojek ini pernah mencuat di awal tahun lalu sejalan dengan mundurnya pendiri Gojek Nadiem Makarim yang diangkat menjadi menteri. Saat itu, sejumlah media asing menyoroti rumor tersebut dengan mengutip sumber. Bahkan, nilai atau valuasi perkawinan dua aplikator terbesar di Asia Tenggara ini juga sempat dihitung.


Tech in Asia misalnya yang mengutip The Information, pada 25 Februari 2020 lalu mengungkap kedua 'musuh bebuyutan' itu masih jauh dari kata sepakat untuk merger. Menurut pemberitaan Tech in Asia itu, perkawinan antara Grab dan Gojek ini masuk akal, bahkan sangat menguntungkan.


Dari perhitungan yang dilakukan Tech in Asia, perusahaan hasil merger itu bisa menghasilkan omzet hingga US$ 16,7 miliar (sekitar Rp 240 triliun) setahun dengan valuasi hingga US$ 72 miliar atau sekitar Rp 1.000 triliun (kurs Rp 14.500/US$) di 2025.

https://tendabiru21.net/movies/the-english-patient/

Awal Mula Berhembus Isu Gojek dan Grab 'Kawin'

 Isu bergabungnya atau merger dua perusahaan aplikasi transportasi, Gojek dan Grab mencuat lagi. Kedua perusahaan itu dikabarkan melakukan pembicaraan lanjutan untuk merger dan diisukan telah mencapai kesepakatan.

Menanggapi kabar yang saat itu beredar Gojek dan Grab kompak membantah berita merger.


"Kami tidak dapat menanggapi rumor yang beredar di pasar," kata Chief Corporate Affairs Gojek Nila Marita melalui keterangan tertulis yang diterima detikcom, Kamis (3/12/2020).


Nila menyampaikan bahwa fundamental bisnis Gojek semakin kuat bahkan di masa pandemi. Beberapa layanan mereka dijelaskannya telah mencatatkan kontribusi margin positif.


Pihak Grab melalui Communications Senior Manager Grab Indonesia Dewi Nuraini juga menyatakan bahwa kabar merger dengan Gojek hanyalah spekulasi pasar.


Bagaimana kronologi awal mula Gojek dan Grab dikabarkan akan 'kawin' atau merger. Berikut rangkuman dari berita yang pernah tampil di detikcom:


Isu beredar sejak 2019 dan awal 2020


Menurut catatan detikcom isu rencana merger dua perusahaan rintisan terbesar di Asia Tenggara ada sejak pendiri Gojek Nadiem Makarim mundur untuk jadi menteri pendidikan RI Oktober 2019.


Pada 25 Februari 2020 rumor itu ramai lagi. Beberapa media asing yang menulis kabar tersebut dengan mengutip sumber. Salah satunya Tech in Asia yang menulis kedua 'musuh bebuyutan' itu masih jauh dari kata sepakat untuk merger. Masih banyak yang harus dibahas lebih lanjut, seperti valuasi perusahaan dan lain-lain.

https://tendabiru21.net/movies/call-boy/


Menurut sumber tersebut, Grab sudah melaporkan ke para investornya jika Gojek minta 50% kepemilikan saham di perusahaan baru hasil 'perkawinan' dua unicorn tersebut. Sementara Grab ingin menguasai penuh perusahaan baru tersebut.


Bahkan Tech in Asia menghitung nilai jika Gojek dan Grab resmi merger. Berdasarkan perhitungan Tech in Asia, hasil merger Grab-Gojek bisa menghasilkan omzet hingga US$ 16,7 miliar (sekitar Rp 236 triliun) setahun dengan valuasi hingga US$ 72 miliar atau sekitar Rp 1.000 triliun (kurs Rp 14.092) di 2025.


Rumor muncul lagi pada September 2020

Selanjutnya, kabar merger Gojek dan Grab mencuat lagi pada September 2020. Saat itu menurut catatan detikcom per September 2020 pembahasan 'kawin' Gojek dan Grab telah dibahas 6 bulan lalu. Jika ditambah dari per Desember 2020 ini, wacana telah dibahas sejak 9 bulan lalu yakni antara Februari-Maret 2020.


Seperti dilansir dari Financial Times, pembahasan 9 bulan lalu terhalang oleh tentangan dari Softbank salah satu pemegang saham terbesar sebelumnya.


Pendiri Softbank, Masayoshi Son kala itu percaya layanan ride-hailing bisa menjadi monopoli di mana perusahaan yang paling banyak uang akan mendominasi pasar tertentu. Hal itu diungkap orang-orang dekat miliarder Jepang tersebut.


Di sisi lain saat itu, kemungkinan Grab dan Gojek untuk kawin sulit diprediksi. Menurut Business Development Advisor Bursa Efek Indonesia (BEI), Poltak Hotradero keduanya adalah perusahaan aplikasi transportasi besar yang ada di Indonesia dan saling bersaing. Jika mereka berdua kawin akan diduga sebagai bentuk monopoli.


Muncul Lagi Desember 2020


Kini kabar itu mencuat lagi, Gojek dan Grab dikabarkan telah mencapai kesepakatan untuk merger. Dua perusahaan startup terbesar di Asia Tenggara itu telah mempersempit perbedaan pendapat mereka, meskipun beberapa bagian dari perjanjian masih perlu dinegosiasikan.


Mengutip Bloomberg, detail akhir sedang dikerjakan di antara para pemimpin paling senior di setiap perusahaan dengan partisipasi Masayoshi Son dari SoftBank Group Corp., investor utama Grab.


Di bawah satu struktur dengan dukungan substansial, salah satu pendiri Grab Anthony Tan akan menjadi CEO dari entitas gabungan, sementara eksekutif Gojek akan menjalankan bisnis gabungan baru di Indonesia dengan merek Gojek.


Namun, perwakilan Grab, Gojek, dan SoftBank menolak berkomentar.


Berdasarkan sumber, pembicaraan masih lancar dan mungkin tidak menghasilkan transaksi. Investor telah mendorong mereka untuk menggabungkan kekuatan di seluruh Asia Tenggara untuk mengurangi pengeluaran dan menciptakan salah satu perusahaan terkuat.

https://tendabiru21.net/movies/perfume-the-story-of-a-murderer/