Minggu, 02 Mei 2021

Dokter Aktif di Medsos? Fatwa MKEK IDI: Pisahkan Akun Edukasi-Pertemanan

 Perilaku para dokter di media sosial jadi sorotan belakangan ini. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia (MKEK) sampai harus membuat fatwa untuk mengatur agar tidak ada lagi yang kebablasan.

Terbaru, seorang dokter magang Kevin Samuel menuai kecaman gara-gara konten kontroversial di TikTok. Video yang menampilkan ekspresi 'mesum' tersebut dianggap melecehkan perempuan dan bikin resah ibu-ibu hamil yang hendak periksa kandungan.


Pada 30 April 2021, MKEK resmi mengeluarkan fatwa untuk para dokter yang aktif di media sosial. Fatwa tersebut memuat 13 poin, termasuk anjuran dalam menyampaikan materi edukasi.


"Pada penggunaan media sosial dengan tujuan mmeberikan edukasi kesehatan bagi masyarakat, sebaiknya dibuat dalam akun terpisah dengan akun pertemanan supaya fokus pada tujuan," tulis fatwa tersebut.


"Bula akun yang sama juga digunakan untuk pertemanan, maka dokter harus memahami dan mengelola ekspektasi masyarakat terhadap profesi kedokteran," lanjut poin ke-8.


Fatwa MKEK IDI juga menganjurkan untuk mengendalikan diri saat berdebat di media sosial. Dalam berdebat, dokter dilarang membalas dengan keburukan dan harus menjaga marwah luhur profesi kedokteran.


Terhadap sejawat yang dinilai membuat kekeliruan, dokter dianjurkan untuk mengingatkan melalui 'japri' alias jalur pribadi. Apabila dokter tersebut tidak bersedia diingatkan dan memperbaiki perilaku aktivitasnya di media sosial, maka dokter dapat melaporkan kepada MKEK.


"Fatwa etik kedokteran ini mengikat seluruh dokter di Indonesia," tegas MKEK IDI.

https://tendabiru21.net/movies/the-gentlemen/


Makin Meledak-ledak! India Cetak Rekor 400 Ribu Lebih Kasus Harian COVID-19


Terjangan 'tsunami' COVID-19 di India makin menjadi-jadi, rekor terkini 401.993 kasus baru dicatatkan pada Sabtu (1/5/2021). Rekor ini pecah setelah 10 hari berturut-turut angkanya ada di kisaran 300 ribu.

Dikutip dari Reuters, jumlah kematian pada hari tersebut tercatat 3.523 kasus sehingga totalnya menjadi 211.853 kasus.


Akibat ledakan kasus COVID-19 pada gelombang kedua pandemi di India, rumah sakit mulai kewalahan. Obat-obatan serta suplai oksigen makin langka dan jadi rebutan.


Kelangkaan oksigen juga dialami Batra Hospital di New Delhi. Media lokal melaporkan 8 orang termasuk seorang dokter meninggal setelah rumah sakit ini kehabisan oksigen.


Sementara itu, stok vaksin COVID-19 juga mengalami penurunan sehingga antrean terjadi di mana-mana.


Kasus Tes Antigen Bekas Bikin Resah, Begini Cara Mengenalinya


Temuan alat tes swab antigen bekas yang dipakai ulang bikin resah, bukan saja karena bikin hasil tes tidak akurat tetapi juga bisa menularkan virus Corona. Dokter membagikan cara praktis untuk mengenalinya.

Pertama, pastikan kemasan alat swab masih ada dalam kemasan dan tersegel dengan baik. Menurut dr Hadian Widyatmojo, SpPK dari Primaya Hospital Karawang, pasien bisa meminta petugas untuk menunjukkan kemasan sebelum dibuka.


"Anda bisa mencurigai jika tidak melihat alat swab tersebut dibuka dari tempatnya di depan Anda," kata dr Hadian dalam keterangannya untuk wartawan.


Masih soal kemasan, dr Dwi Fajaryani, SpPK menyarankan untuk memperhatikan perlekatan. Jika kemasan dilekatkan dengan lem atau double tape, kemungkinan alat tersebut adalah alat antigen bekas pakai.


"Pastikan alat swab tersebut masih baru dan perhatikan perlekatan kemasannya harus dalam keadaan sempurna seperti dari pabrik," jelas dr Dwi.


Selain kemasan, wujud alat swab itu sendiri juga bisa membedakan antara alat antigen baru dan alat antigen bekas. Alat tes yang baru memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


Permukaan swab stick berwarna putih bersih

Masih mulus atau tidak tampak bergerigi

Tidak beraroma.

Soal masa kedaluwarsa, dr Hadian menyebut tiap merek berbeda-beda. Yang harus dipastikan, alat tersebut punya izin edar.


"Umumnya sebuah alat swab bisa bertahan bertahun tahun dari masa produksinya," jelas dr Hadian.

https://tendabiru21.net/movies/fate-stay-night-heavens-feel-iii-spring-song/


Perlu Tahu, Ini Penyebab Sering Ngantuk Saat Puasa

 Saat beraktivitas sambil menjalankan ibadah puasa tentunya sering kali banyak yang merasa lemas dan mengantuk. Apalagi, selama berpuasa kita harus menghindari asupan kafein yang biasa dikonsumsi di pagi hari untuk mendongkrak energi.

Kerap kali, rasa kantuk berat yang terus muncul saat beraktivitas tersebut membuat was-was karena disalahartikan sebagai tanda-tanda penyakit diabetes. Padahal, salah satu penyebab mengantuk di siang hari saat berpuasa disebabkan oleh pola tidur yang berubah.


Pasalnya, selama bulan Ramadhan umat Muslim memang dianjurkan untuk bangun sebelum waktu subuh untuk sahur, terlebih bagi para ibu yang harus bangun lebih awal dari anggota keluarga lainnya lantaran harus menyiapkan makanan sahur.


"Kalau puasa mungkin karena perubahan pola (tidur), ya. Karena kita sahur kan, apalagi yang harus menyiapkan (makanan), sehingga bangunnya harus lebih awal. Tapi kalau terkait dengan penyakit diabetes sih hanya pada mereka yang tidak terkendali gulanya dan belum ketahuan dia diabetes," kata dr Suharko Soebardi, SpPD-KEMD dalam acara webinar JEC Eye Talks, Selasa (27/4/2021).


Kurangnya istirahat selama bulan Ramadhan memang membuat tubuh menjadi kurang fit di siang hari saat harus beraktivitas. Selain itu, tubuh yang kurang bugar karena jarang berolahraga selama berpuasa juga menjadi penyebab lain seseorang mudah merasa ngantuk.


Sebab, olahraga memiliki peran penting untuk meningkatkan kebugaran dan energi tubuh. Rutin olahraga juga bisa meningkatkan kualitas tidur di malam hari. Hanya saja, selama bulan Ramadhan banyak sekali yang melewatkan olahraga karena merasa lemas.


"Prinsipnya kan kecukupan istirahat, ya. Orang yang tidak cukup istirahatnya, nanti akan tidak fit, ya. Nah, itu lah tanda-tanda orang yang ngantukan," imbuhnya.


"Kemudian terkait juga dengan kebugaran. Jadi dengan orang yang fit dengan olahraga, maka pada saat dibutuhkan (energi saat beraktivitas) itu lebih fokus. Dan pada saat kita tidur, langsung bisa tidur. Jadi efisien sekali, ya," lanjut dr Suharko.

https://tendabiru21.net/movies/fantasy-girls/


Dokter Aktif di Medsos? Fatwa MKEK IDI: Pisahkan Akun Edukasi-Pertemanan


Perilaku para dokter di media sosial jadi sorotan belakangan ini. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia (MKEK) sampai harus membuat fatwa untuk mengatur agar tidak ada lagi yang kebablasan.

Terbaru, seorang dokter magang Kevin Samuel menuai kecaman gara-gara konten kontroversial di TikTok. Video yang menampilkan ekspresi 'mesum' tersebut dianggap melecehkan perempuan dan bikin resah ibu-ibu hamil yang hendak periksa kandungan.


Pada 30 April 2021, MKEK resmi mengeluarkan fatwa untuk para dokter yang aktif di media sosial. Fatwa tersebut memuat 13 poin, termasuk anjuran dalam menyampaikan materi edukasi.


"Pada penggunaan media sosial dengan tujuan mmeberikan edukasi kesehatan bagi masyarakat, sebaiknya dibuat dalam akun terpisah dengan akun pertemanan supaya fokus pada tujuan," tulis fatwa tersebut.


"Bula akun yang sama juga digunakan untuk pertemanan, maka dokter harus memahami dan mengelola ekspektasi masyarakat terhadap profesi kedokteran," lanjut poin ke-8.


Fatwa MKEK IDI juga menganjurkan untuk mengendalikan diri saat berdebat di media sosial. Dalam berdebat, dokter dilarang membalas dengan keburukan dan harus menjaga marwah luhur profesi kedokteran.


Terhadap sejawat yang dinilai membuat kekeliruan, dokter dianjurkan untuk mengingatkan melalui 'japri' alias jalur pribadi. Apabila dokter tersebut tidak bersedia diingatkan dan memperbaiki perilaku aktivitasnya di media sosial, maka dokter dapat melaporkan kepada MKEK.


"Fatwa etik kedokteran ini mengikat seluruh dokter di Indonesia," tegas MKEK IDI.

https://tendabiru21.net/movies/365-days-2/