Kamis, 27 Februari 2020

Sungguh, Wae Rebo Bikin Rindu

 Meski perjalanannya begitu jauh, tapi Wae Rebo sungguh bikin rindu. Suasananya, anak-anaknya, budayanya dan keindahan alamnya juara!

Perjalanan mobil selama 5 jam, berjalan kaki selama 2 jam, dan menghabiskan waktu selama 14 jam di Wae Rebo, membuat saya sangat mensyukuri perjalanan ini. Tempat di mana kita hanya fokus pada suasana dan orang-orang di sekitar kita. Dan hal yang paling indah, menikmati bintang kejora dan Milky Way di Wae Rebo. Harmonisasi alam yang dijamin bikin kalian rindu setengah mati.

Nada alarm handphone membangunkan aku dari tidur yang sangat teramat lelap dan singkat. But, I was very excited today, because we were going to go to Wae Rebo. Sebuah perkampungan adat di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Siapa yang tidak kenal keindahan Wae Rebo, yang bahkan telah diakui dunia. Impressive!

Untuk menuju ke Wae Rebo, kalian harus menuju kota Labuan Bajo. Penerbangan dari Jakarta menuju kota Labuan Bajo ditempuh dalam waktu 2 jam 20 menit dengan perbedaan waktu 1 jam lebih cepat di Labuan Bajo. Saya membeli tiket penerbangan tersebut dan tiket hotel di Labuan Bajo dari aplikasi tiket.com, dijamin murah dan banyak promonya.

Sampai di Labuan Bajo, saya dan teman teman menyewa mobil untuk menuju Wae Rebo, tentunya kalau urusan sewa mobil, nggak perlu repot, tinggal satu aplikasi aja di tiket.com, #semuadatiketnya. Perjalanan menuju Wae Rebo seharusnya menempuh waktu kurang lebih 6-7 jam untuk sampai pada Desa Denge, tempat perhentian mobil terakhir. Tapi kali ini, kami mencoba jalur alternatif yaitu menggunakan jalur pesisir laut Flores dengan waktu tempuh 4-5 jam, lumayan lah yah menghemat waktu 2 jam.

Sampai di Desa Denge, kami beristirahat sejenak di homestay setempat, sambil menikmati kopi dan teh dan juga meluruskan kaki yang sedari tadi bertekuk minta ampun selama empat jam. Di homestay ini, kami sekalian mengadakan briefing singkat mengenai perjalanan ke atas menuju Wae Rebo.

Perjalanan yang akan ditempuh sejauh 7 km dengan berjalan kaki, dengan estimasi waktu sekitar 3 jam dari Desa Denge. Tapi jangan sedih dulu, sekarang, kalian dapat menggunakan ojek motor selama 10 menit untuk menempuh jarak 2 km awal, sehingga dapat menghemat waktu 1 jam, lumayan banget kan, harga ojek motor tersebut sebesar Rp 50.000.

Setelah menggunakan jasa ojek motor lokal, kami sampai di Pos Satu. Here we go, perjalanan dimulai. Sesungguhnya tidak ada yang mustahil buat kalian yang emang belum pernah trekking jalan kaki di gunung seperti ini, yang penting kalian harus tetap semangat.

Jalan setapak di sini gampang karena memang sudah ada jalurnya yang memang sudah dibuat, jadi kalian hanya tinggal menelusuri jalur tersebut aja, tapi tantangannya adalah jalurnya kebanyakan menanjak.

Kalo kamu mencium bau kopi, artinya perkebunan kopi telah dekat, dan itu menandakan bahwa tinggal 15 menit lagi perjalanan kamu menuju Rumah Kasih Ibu. Rumah Kasih Ibu adalah pintu gerbang menuju Desa Wae Rebo. Pimpinan rombongan diwajibkan membunyikan alat musik tabuh yang telah disediakan. Itu adalah adat istiadat bagi tamu yang akan memasuki wilayah Wae Rebo, yang artinya warga Wae Rebo akan mempersiapkan upacara adat penghormatan leluhur bagi tamu yang memasuki kawasan Wae Rebo.

Memasuki wilayah Desa Wae Rebo, kami diwajibkan mengikuti upacara adat penghormatan leluhur di rumah induk yaitu Rumah Gendang. Kami dilarang mengambil gambar melalui handphone ataupun kamera sebelum mengikuti upacara adat ini. Tenang ajah, upacara adatnya nggak ribet kok, Petuah di Wae Rebo hanya meminta izin kepada leluhur mereka Waeluu supaya mengizinkan para tamu untuk menginap di tanah Wae Rebo.

Terdapat tujuh rumah adat di desa Wae Rebo, satu diantara nya adalah Rumah Induk yaitu Rumah Gendang. Dinamakan rumah gendang karena di rumah induk ini sebagai rumah penyimpanan alat musik tradisional Wae Rebo yaitu Gendang dan Gong. Di rumah Induk ini terdapat 8 Kepala Keluarga yang mewakili 8 garis keturunan Wae Rebo.

Biaya menginap di Wae Rebo sebesar Rp 225.000, di mana biaya ini dipergunakan untuk kelestarian budaya dan masyarakat setempat. Semua tamu yang bermalam di Wae Rebo tidur di rumah ini secara berbarengan. Tempat tidur yang hanya beralaskan anyaman tikar, bantal dan selimut sudah di sediakan.

Walaupun hanya bermodalkan tikar, dijamin tidur kalian pasti nyeyak, karena telah menempuh perjalanan yang panjang, dan suasana sejuk di Wae Rebo yang bikin kalian pasti rindu. Fasilitas toilet di Wae Rebo bersih, ada kloset duduk, jadi tidak perlu khawatir.

Berbagai aktifitas pada siang dan sore hari di Wae Rebo, kalian bisa menikmati keindahan desa yang begitu tentram, aktivitas tradisional warga Wae Rebo, seperti menenun dan bertani kopi. Selain itu, di sini juga disiapkan arena bulu tangkis buat kamu bermain bersama warga sekitar dan tamu yang lainnya.

Rabu, 26 Februari 2020

Ke Thailand, Belum Lengkap Tanpa ke Wat Arun

Thailand di penuhi dengan berbagai candi dan kuil. Wat Arun adalah salah satu yang keindahannya tidak boleh kalian lewatkan. Welcome to the temple of Dawn.
Terletak di pinggir sungai Chao Phraya membuat Wat Arun menjadi destinasi wajib kalian saat berlibur ke Bangkok. Banyak orang yang menyebut Wat Arun ini dengan istilah 'Temple of Dawn' atau Candi sang Fajar. Di Thailand orang-orang menyebut kuil dengan istilah WAT sedangkan ARUN dari nama Aruna yaitu sang Dewa Fajar. Uniknya Wat Arun memang memiliki pemandangan yang spektakuler saat matahari terbit dan terbenam. Jadinya cocok sekali dengan nama Temple Of Dawn. Wat Arun ini dibangun pada masa kerajaan Ayutthaya.

Tidak seperti kebanyakan candi yang memiliki bentuk melebar, Wat Arun bentuknya lebih menjulang ke atas. Dengan ruas jalan yang cukup sempit jika kita menyusuri candinya. Lebar tangganya juga cukup sempit, seperti memaksa pengunjungnya untuk melangkah pelan dan berhati-hati. Saya sangat suka dengan relik ukiran yang ada di Wat Arun ini. Berbeda dengan candi lainnya yang memiliki warna gelap dan bebatuan, Wat Arun ini memiliki warna putih dan warna warni pastel. Porselen dan Keramik warna warni yang ada di wat Arun ini semuanya berasal dari Cina.

Bentuk design dari wat Arun yang menjulang ke atas ini memiliki arti tersendiri. Bentuk design Wat Arun yang menjulang ke atas ini adalah simbol duniawi dari kepercayaan Budha terhadap lapisan kehidupan menuju surga. Semakin ke atas semakin kecil lingkarannya, dan tidak setiap waktu dibuka untuk para pengunjung dapat menuju tingkat teratas.

Wat Arun dibuka jam 8:00 pagi hingga jam 17:30 sore. Harga tiket masuknya adalah 50 Baht. Untuk menuju ke Wat Arun paling mudah adalah menggunakan river boat. Pengalaman berjalan dengan river boat di sepanjang sungai Chao Phraya ini akan memberi sensasi keindahan yang berbeda. Apabila kalian datang untuk hunting foto  waktu terbaik untuk mengunjungi Wat Arun adalah saat pagi hari pukul 08:00 -11:00 atau sore hari pukul 16:00 sampai 17:30. Karena diantara jam tersebut mataharinya terlalu kuat dan mengakibatkan over exposure.

Liburan Lengkap di Bukit Berahu, Belitung

Bukit Berahu menjadi salah satu objek wisata yang unik dan menarik dari Belitung. Semuanya serba ada dan lengkap!
Siapa yang tak kenal Belitung? Kota yang menjadi latar utama film legendaris sepanjang masa karya Andrea Hinata, Laskar Pelangi, mendadak menjadi buah pembicaraan media karena keindahan pantainya yang bersih, airnya yang jernih dan batu granit besarnya yang mempesona. Dan setelah film tersebut, Belitung menjadi salah satu tujuan favorit bagi wisatawan baik domestik maupun Internasional.

Bukan hanya pantai, Belitung juga memiliki banyak tujuan wisata lainnya. Dan diantara banyaknya destinasi wisata, Bukit Berahu menjadi salah satunya.

Awalnya saya mengira, Bukit Berahu hanya merupakan sebuah bukit dengan pemandangan yang cantik, tapi ternyata saya mendapatkan banyak kepuasan dari uniknya Bukit Berahu ini.

Saya yang berasal dari Depok, Jawa Barat merasa sangat antusias ketika memiliki kesempatan untuk mengunjungi Belitung. Bukan hanya karena Belitung menjadi salah satu kota tujuan yang wajib dikunjungi wisatawan, tapi juga karena ini merupakan pertama kalinya saya melakukan perjalanan keluar Pulau Jawa dengan menggunakan pesawat.

Awalnya saya merasa khawatir bagaimana rasanya naik pesawat untuk pertama kalinya, namun teman-teman saya mengatakan bahwa hal tersebut justru menyenangkan. Akhirnya saya dibantu teman saya untuk memesan tiket pesawat melalui aplikasi tiket.com yang direkomendasikan banyak teman saya.

Aplikasi tiket.com memiliki tampilan yang mudah dimengerti penggunanya sehingga saya juga mampu memesan tiket pesawat dengan cepat. Begitu selesai memilih Bandara Tanjung Pandan dan waktu untuk pergi serta pulang, kita hanya perlu melakukan pembayaran, lalu kemudian informasi keberangkatan juga kepulangannya akan dikirim melalui email. Aplikasi tiket.com tidak hanya menyediakan jasa pemesanan tiket pesawat, tapi juga tiket kereta api, hotel, penyewaan mobil bahkan tiket event. Tidak heran jika #semuaadatiketnya melalui tiket.com ini.