Sabtu, 26 Juni 2021

Kapan Harus Tes COVID-19? Begini Ketentuannya

 Di tengah lonjakan kasus COVID-19 saat ini, banyak orang yang khawatir dan mulai melakukan tes Corona untuk memastikan dirinya tidak terinfeksi. Tetapi, kapan harus tes COVID-19?

Kondisi pademi COVID-19 yang mulai meningkat membuat masyarakat semakin waspada dan melakukan berbagai pencegahan. Mulai dari menggunakan masker dobel, tetap berada di rumah, hingga melakukan tes COVID-19 seperti swab antigen secara berkala.

https://maymovie98.com/movies/face-to-face-2/


Tes swab antigen hingga PCR yang ada saat ini berfungsi memastikan secara akurat apakah seseorang terinfeksi COVID-19 atau tidak. Tetapi, kapan harus tes COVID-19 yang tepat?


1. Saat melakukan kontak erat dengan pasien COVID-19

Jika seseorang telah melakukan kontak erat dengan orang yang positif COVID-19, dianjurkan untuk segera melakukan tes COVID-19. Untuk mengetahui kapan harus tes COVID-19, idealnya bisa langsung melakukan tes PCR 3-5 hari pasca kotak itu terjadi.


"Idealnya (melakukan pemeriksaan) 3-5 hari setelah kontak erat dengan pasien positif, atau langsung ketika ada gejala," jelas dokter spesialis paru sekaligus pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI), dr Erlang Samoedro, SpP(K), yang dikutip dari CNN Indonesia, Sabtu (26/6/2021).


Dalam jangka waktu tersebut, seseorang sedang dalam masa inkubasi (jika memang terinfeksi). Jika terlalu awal melakukan tes bisa membuat hasil yang tidak akurat, sebab jumlah material genetik (CT Value) virusnya lebih sedikit sehingga tidak terdeteksi.


2. Muncul gejala saat isolasi mandiri

Menurut dokter spesialis penyakit dalam dr RA Adaninggar, SpPD, tes COVID-19 juga sebaiknya dilakukan saat gejala muncul, meski hasil PCR awal sempat negatif dan tengah menjalani isolasi mandiri selama 14 hari.


Itu karena mungkin pada hasil awal CT Value yang tinggi (lebih dari 38-40). Selain itu, gejala Corona bisa jadi baru muncul setelah masa inkubasi yang berlangsung selama 2-14 hari.


"Bila muncul gejala setelah isolasi mandiri selesai, dan masih dalam masa inkubasi virus 14 hari, segera tes swab PCR atau antigen ulang," kata dr Adaning.


3. Orang sakit yang akan menerima vaksin COVID-19

dr Adaning juga mengatakan tes COVID-19 bisa dilakukan pada orang sebelum vaksinasi, dengan kriteria khusus. Misalnya orang tersebut sedang sakit bergejala, diduga terinfeksi Corona, atau sempat melakukan kontak erat dengan pasien positif COVID-19.


"Pemeriksaan swab antigen atau PCR sebelum vaksinasi boleh dilakukan pada orang yang sedang sakit bergejala, diduga COVID-19, dan berstatus kontak erat," lanjutnya.


4. Saat akan bepergian

Selain sempat berkontak erat dengan pasien positif Corona, kapan harus tes COVID-19 lagi? Salah satunya adalah saat akan bepergian.


Meski tidak disarankan bepergian, jika memang ada kebutuhan mendesak akan diperbolehkan berbagai syarat ketat. Salah satu syaratnya adalah dengan melampirkan keterangan hasil negatif COVID-19, berdasarkan pemeriksaan tes antigen, PCR, atau GeNose.


Idealnya, tes COVID-19 tersebut harus dilakukan sehari sebelum bepergian dan juga sebelum kepulangan dari tempat yang dikunjungi. Disarankan untuk tes COVID-19 kembali setelah menjalani isolasi mandiri usai bepergian untuk memastikan kesehatan.

https://maymovie98.com/movies/vengeance-is-mine-4/

Ahli Khawatirkan Infeksi Jamur Hijau-Varian Delta, Risiko Kematian 3X Lipat

 Para ilmuwan memperingatkan bahwa infeksi jamur hijau yang belum lama terdeteksi ini berkaitan dengan varian Delta, yang disebut tiga kali berisiko menyebabkan kematian. Kasus pertama infeksi jamur hijau atau aspergillus ini terdeteksi di India pada minggu lalu.

Tetapi, para ahli khawatir banyak kasus infeksi jamur ini yang tidak terdeteksi. Para ilmuwan di Woon Chong dari Albany Medical Center di Negara Bagian New York menemukan bahwa aspergillus ini ditemukan pada 13,5 persen pasien, dengan infeksi COVID-19 parah yang dirawat di rumah sakit.


Dikutip dari The Sun, para ahli mengamati 19 penelitian di seluruh dunia. Mereka mendeteksi 1.421 pasien dengan infeksi jamur aspergillus atau aspergilosis paru berkaitan dengan virus Corona. Kondisi ini juga bisa disebut dengan istilah CAPA.


CAPA merupakan infeksi paru yang bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan benar. Ini bisa didiagnosis menggunakan sampel antigen paru dan saluran napas.


Para ahli mengatakan hampir setiap pasien yang sakit kritis akibat COVID-19 dan CAPA harus menggunakan ventilator. Tetapi, mereka juga menyoroti sebanyak 12,5 persen pasien itu juga menderita penyakit lain, seperti leukemia.


Artinya, orang dengan riwayat penyakit sebelumnya lebih berisiko mengalami masalah kesehatan ini. Meski begitu, para ahli tidak memberikan indikasi pasien CAPA bisa terlindungi dari COVID-19 atau tidak pasca divaksinasi.


Risiko kematian CAPA lebih tinggi dari COVID-19

Berdasarkan tinjauan para ahli di Institute of Medical Education and Research, Chandigarh, India, risiko kematian akibat CAPA 2,9 kali lebih tinggi dibandingkan pasien dengan infeksi COVID-19 yang parah.


Melihat itu, pakar aspergillosis di Universitas Manchester dan Kepala Eksekutif Dana Aksi Global untuk Infeksi Jamur, Prof David Denning, khawatir bahwa banyak kasus jamur hijau yang mungkin tidak terdeteksi di India. Menurutnya, hal ini cukup mengkhawatirkan.


"Kesadaran mengenai ancaman CAPA ini sudah disorot para ahli sejak tahun 2020 lalu. Tapi, nampaknya tidak ada kesiapan untuk mendiagnosisnya sejak pandemi Corona kian memburuk di India," kata Profesor David.


"Mengingat meluasnya penggunaan kortikosteroid dan sifat jamur hijau yang yang ada di mana-mana, mungkin ada puluhan ribu kasus. Aspergillosis yang tidak diobati hampir selalu berakibat fatal," lanjutnya.


Selain itu, berdasarkan tinjauan para ahli di Institute of Medical Education mengungkapkan pasien Corona dengan CAPA biasanya akan menjalani perawatan di RS lebih lama.


"Pasien dengan CAPA juga memiliki risiko kematian yang lebih tinggi, sehingga diagnosis dini dengan terapi yang cepat harus dipastikan," pungkasnya.

https://maymovie98.com/movies/eight-hundreds-march-to-beipo/


Kapan Harus Tes COVID-19? Begini Ketentuannya


Di tengah lonjakan kasus COVID-19 saat ini, banyak orang yang khawatir dan mulai melakukan tes Corona untuk memastikan dirinya tidak terinfeksi. Tetapi, kapan harus tes COVID-19?

Kondisi pademi COVID-19 yang mulai meningkat membuat masyarakat semakin waspada dan melakukan berbagai pencegahan. Mulai dari menggunakan masker dobel, tetap berada di rumah, hingga melakukan tes COVID-19 seperti swab antigen secara berkala.


Tes swab antigen hingga PCR yang ada saat ini berfungsi memastikan secara akurat apakah seseorang terinfeksi COVID-19 atau tidak. Tetapi, kapan harus tes COVID-19 yang tepat?


1. Saat melakukan kontak erat dengan pasien COVID-19

Jika seseorang telah melakukan kontak erat dengan orang yang positif COVID-19, dianjurkan untuk segera melakukan tes COVID-19. Untuk mengetahui kapan harus tes COVID-19, idealnya bisa langsung melakukan tes PCR 3-5 hari pasca kotak itu terjadi.


"Idealnya (melakukan pemeriksaan) 3-5 hari setelah kontak erat dengan pasien positif, atau langsung ketika ada gejala," jelas dokter spesialis paru sekaligus pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI), dr Erlang Samoedro, SpP(K), yang dikutip dari CNN Indonesia, Sabtu (26/6/2021).


Dalam jangka waktu tersebut, seseorang sedang dalam masa inkubasi (jika memang terinfeksi). Jika terlalu awal melakukan tes bisa membuat hasil yang tidak akurat, sebab jumlah material genetik (CT Value) virusnya lebih sedikit sehingga tidak terdeteksi.

https://maymovie98.com/movies/i-spit-on-your-grave/