Senin, 18 November 2019

Mitos-mitos Stroke Ini Menyesatkan Tapi Masih Saja Dipercaya

Saat ini penyakit stroke merupakan penyebab kematian nomor satu baik di dunia maupun di Indonesia. Stroke juga merupakan penyebab kecacatan nomor satu di dunia.

Namun dalam keseharian, masih banyak mitos-mitos yang beredar di masyarakat terkait penyakit stroke. Menurut dokter saraf dari rumah sakit Atma Jaya, Pluit, dr RR Josephine, SpS, mitos-mitos berikut seharusnya sudah ditinggalkan jauh-jauh karena terbukti menyesatkan:

1. Mitos: Menusuk jari dengan jarum bisa mencegah atau menyembuhkan stroke

Fakta: Pada intinya hal ini tidak benar. Tusuk jarum ini memang menstimulasi otak agar menimbulkan awareness pada otak. Namun Dr Josephine mengatakan, sterilisasi jarum menjadi isu utama ketika seseorang sembarangan menusuk jari pasien.

"Jangan sampai jarum yang digunakan kotor karena malah bisa infeksi tetanus. Lalu juga jangan sampai hal-hal ini dilakukan saat golden period dan memperhambat kita mencari pertolongan saat seseorang terkena stroke. Kalau nunggu nusuk-nusuk dulu baru cari bantuan ya ini bahaya bisa fatal," terangnya pada detikcom, Sabtu (16/11/2019).

2. Mitos: Dipijat, pasien stroke akan membaik

Fakta: Menurut dr Josephine, hal ini tidak sepenuhnya benar. Pijat-pijat memang baik untuk relaksasi, tapi tidak bisa untuk menyembuhkan.

3. Mitos: Keramas saat panas bisa kena stroke

Fakta: Hal ini juga kurang tepat. Menurut dr Josephine, kemungkinan bisa muncul stroke ini jika hal ini dilakukan terus-menerus dalam jangka waktu yang panjang. Tidak bisa sekali terjadi dan langsung stroke.

Ketika kepala panas dan terkena air dingin, terjadi ketidakseimbangan di daerah kulit kepala sehingga mempengaruhi pembuluh darah. Pembuluh darah bisa terjadi inflamasi atau peradangan jika terus menerus dilakukan. Ada kemungkinan munculnya plak di pembuluh darah menuju otak yang menyebabkan stroke.

"Jadi ya gak bisa langsung. Kalau jangka panjang terus-terusan ya mungkin," pungkasnya. https://bit.ly/2Op4ZK1

Geger Aksi Lempar Sperma di Tasikmalaya, Bagaimana Cara Hadapi Eskhibisionis?


Aksi cabul seorang pria di Tasikmalaya bikin gempar kaum perempuan. Bagaimana tidak, selain mempertontonkan perilaku seksual yang menjijikkan ia juga melemparkan cairan diduga sperma ke arah korban.


Kasus tersebut menimpa LR, dan dikisahkan oleh suaminya RF baru-baru ini. Saat tengah menunggu ojek online di Jl Letjen Mashudi, LR dihampiri seorang pria dengan motor matic dan jaket hitam.


Di depan korban, pria ini meraba dan memainkan alat kelaminnya sendiri. Tak lama, ia juga melempar cairan yang diduga sperma ke tubuh korban.


Perilaku mempertontonkan alat vital maupun aktivitas seksual ke orang asing merupakan salah satu indikasi ekshibisionisme, meski butuh pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikannya. Para ahli kejiwaan menggolongkan ekshibisionisme sebagai tipe kelainan seksual yang disebut paraphilia.


"Pelaku mendapat kepuasan dengan mempertontonkan alat kelaminnya di depan orang banyak," jelas seksolog Prof dr Wimpie Pangkahila, SpAnd dari Universitas Udayana, dalam wawancara dengan detikcom beberapa waktu lalu.


Korban pelemparan sperma oleh ekshibisionis di Tasikmalaya melapor ke polisi.Korban pelemparan sperma oleh ekshibisionis di Tasikmalaya melapor ke polisi. Foto: Deden Rahadian


Bagi korban, aksi seperti ini jelas meresahkan. Secara psikologis, perilaku ini menyebabkan rasa cemas dan tidak aman. Semakin korban panik dan ketakutan, biasanya pelaku makin kegirangan.


Lalu bagaimana cara menghadapinya? Tak mudah memang, namun psikolog klinis Felicia Illina Nainggolan menyebut pura-pura tidak peduli bisa 'menggagalkan' niat pelaku, sambil pelan-pelan menyingkir ke tampat yang lebih aman.


"Pelaku ekshibisionisme puas ketika melihat orang lain kaget, takut, cemas, atau jijik. Ekspresi ini akan membuat pelaku senang. Selain itu, segera alihkan posisi tubuh supaya tidak lagi menghadapi pelaku," jelasnya.


Seorang pembaca detikcom, Netty, membuktikan bahwa pelaku ekshibisionisme juga bisa panik ketika menghadapi respons tak terduga dari korban. Pada suatu kesempatan, ia bersama teman-temannya mempersiapkan diri berhadapan pelaku ekshibisionisme yang sering beraksi di suatu tempat.


"Sampai di dekat, bapak itu kembali si bapak membuka jas hujannya. Dan tanpa tedeng aling-aling kami semua mengeluarkan gunting besar dari dalam tas dan berteriak, 'Ayo sini biar kami gunting aja burungnya'," kisah Netty.


Tentu saja trik ini tidak selalu bisa diterapkan. Dalam situasi seperti ini, tidak ada yang tahu siapa yang lebih nekat. Nyatanya, ada yang tidak cuma mempertontonkan alat vital tapi juga melemparkan sperma, seperti yang terjadi di Tasikmalaya. Seram juga ya! https://bit.ly/2KwNOoq

Kamis, 14 Januari 2016

Sembilan Tanda Kekasih Anda Bukan Pasangan Ideal


Menjalin hubungan asmara bukan perkara mudah. Banyak hal harus dikompromikan. Tak jarang gesekan dan pertengkaran tetap terjadi dan tak terhindarkan.

Kala konflik mulai terasa tak berkesudahan, pertanyaan yang perlu kita ajukan ke diri kita adalah, inikah pasangan yang cocok untuk saya?

Simak sembilan poin berikut seperti yang disarikan dari Huffington Post. Jika lebih banyak hal yang mirip dengan kondisi pasangan Anda, ada kemungkinan kekasih Anda bukanlah pasangan ideal buat Anda.

1. Tidak melihat potensi dalam diri Anda

Menurut psikolog asal Washington D.C, Alicia H. Clark, semestinya pasangan Anda bisa melihat potensi atau keahlian Anda. Bukannya justru meminta Anda untuk mengikuti kemauannya untuk mengubah jati diri Anda agar sesuai dengan kriterianya. Alih-alih Anda menjadi pasangan tepatnya baginya, justru pasangan Anda lah yang tidak tepat bagi Anda.

2. Tidak berbagi rasa humor

Pasangan yang baik adalah yang bisa membantu membagi humornya meski bentuknya sederhana untuk menghibur saat Anda menjalani masa sulit. Menurut psikolog dari Universitas Northwestern, Alexandra H. Solomon, kalau hal tersebut tidak terjadi, maka tentu saja masa-masa sulit yang dialami pun akan terasa semakin berat dan itu berarti pasangan Anda bukan orang yang tepat.

3. Tidak menyelesaikan pertengkaran dengan adil.

Pertengkaran ibarat bumbu dalam hubungan, sesekali mungkin terjadi. Pasangan yang tepat menurut Marina Sbrochi, pakar hubungan sekaligus penulis "Stop Looking for a Husband", justru akan mencoba semampunya untuk menghindari adu mulut tersebut dengan bicara baik-baik.


4. Tidak bisa menjadi sahabat.

“Jika persahabatan Anda kuat, hubungan Anda akan dibangun pada pondasi yang sanggup untuk menghadapi masalah sehari hari seperti  mengantar anak ke sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah dan menghadapi situasi krisis,” kata Jennifer Barrow pelatih kesehatan asal Boston.

Jika  pasangan tidak dapat menjadi sosok sahabat bagi Anda, maka ia tidak dapat membantu Anda melewati masa-masa sulit dalam hidup.

5. Tidak dapat dipercaya

Selain bisa menjadi sahabat, Barrows menilai pasangan yang tepat juga harus dapat dipercaya. Karena kalau tidak, sama saja hubungan Anda tidak memiliki fondasi terpenting dalam sebuah hubungan.

Tapi, Anda pun harus melihat diri Anda sendiri apakah sudah berlaku jujur dalam suatu hubungan. Hal tersebut otomatis menunjukkan pula bahwa saling instrospeksi diri pun diperlukan.

6. Tidak mau membantu dalam urusan rumah tangga.

"Mencuci piring dan membereskan rumah adalah pekerjaan wanita dalam kehidupan rumah tangga" atau "Bekerja di luar rumah adalah kewajiban pria".

Stereotip tersebut tak lagi harus dihiraukan. Karena pasangan yang tepat menurut Marina Sbrochi tidak akan mempermasalahkan perkara pembagian kerja dalam kehidupan rumah tangga. “Saat ini hubungan pria dan wanita memberi kesempatan yang sama pada dunia untuk dilihat sebagai manusia yang setara, “ ujar Sbrochi.

7.  Lupa akan kesalahan yang pernah dilakukan dalam hubungan sebelumnya

Manusia memiliki kecenderungan untuk melakukan kebiasaan. Apa yang pernah dilakukan dalam hubungan sebelumnya berkaitan dengan hubungan berikutnya.

Alexandra H. Solomon beranggapan bahwa dalam sebuah hubungan, pasangan harus pandai mengevaluasi apa yang salah darinya dalam hubungan yang lama. Hal ini tentu saja dilakukan agar kesalahan yang pernah dilakukannya tidak akan terulang dalam hubungan yang sedang dijalani.

8. Tidak bertanggung jawab atas kesalahannya.

Pasangan yang tepat menurut Alicia H. Clark tidak akan akan lari dari kesalahan yang dibuatnya. Ia tentu akan mengakui kesalahannya, bukan justru mencari alasan dan mencoba menyalahkan Anda. Sehingga, hubungan pun dapat berjalan dengan lancar kembali. Berpikir secara dewasa pun menjadi kunci dalam hal ini.

9. Tidak mampu mengeluarkan sisi terbaik Anda.

Lebih lanjut, Clark menjelaskan bahwa pasangan yang tepat juga adalah yang mampu mengeluarkan sisi terbaik Anda. Misalnya, saat Anda sedang mengalami stres karena suatu hal, pasangan Anda tentu akan memberi dukungan agar setidaknya beban Anda berkurang. Dukungan yang dimaksud bisa jadi dilakukan dengan cara mengingatkan bahwa diri Anda itu berharga.

Namun, segalanya tentu kembali lagi pada Anda yang menjalani hubungan. Karena kenyamanan dalam suatu hubungan hanya dapat dirasakan dan diciptakan oleh mereka yang menjalaninya.