Jumat, 06 Desember 2019

Sederet Skandal Garuda di Bawah Kepemimpinan Ari Askhara

Hubungan dua maskapai Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air seperti halnya ABG, penuh drama putus-nyambung. Hubungan dua maskapai mulanya mesra, hal itu ditandai dengan kerja sama operasi (KSO) pada 9 November 2018. Pada KSO itu, Garuda melalui anak usahanya Citilink mengambil alih operasional Sriwijaya dan NAM Air.

Komisaris Utama Garuda Indonesia Agus Santoso saat itu menjelaskan, salah satu alasan Garuda Indonesia mengambil alih operasional Sriwijaya karena Sriwijaya punya masalah keuangan.

Namun hubungan keduanya mulai retak ketika hampir setahun berjalan. Sriwijaya Air melakukan 'bersih-bersih' orang Garuda dalam jajaran direksinya. Pada 9 September 2019, Dewan Komisaris Sriwijaya memutuskan untuk memberhentikan 3 direksi termasuk Direktur Utama perusahaan. Ketiga orang tersebut adalah direksi yang diambil dari pejabat di Garuda Indonesia.

Kemudian hubungan kedua maskapai ini semakin memanas ketika GMF AeroAsia yang merupakan anak usaha Garuda Indonesia memutuskan hubungan kerja samanya dengan Sriwijaya Air. GMF AeroAsia sudah memutuskan pelayanannya terhadap Sriwijaya Air sejak 25 September 2019, lantaran maskapai Sriwijaya telah menunggak pembayaran hingga Rp 800 miliar.

Tidak hanya itu, pada tanggal yang sama, Citilink melayangkan gugatan kepada maskapai Sriwijaya Air di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Citilink menggugat Sriwijaya atas dugaan wanprestasi dalam perjanjian bisnis antara kedua maskapai ini.

Namun setelah itu hubungan sempat kembali membaik setelah komitmen kerja sama masih disepakati berlanjut.

Seolah baru kemarin rujuk, hubungan dua maskapai kembali memanas. Direktur Pemeliharaan & Layanan Garuda Indonesia, Iwan Joeniarto mengeluarkan pesan terkait hubungan kerja sama manajemen antara Sriwijaya Air dengan Garuda Indonesia melalui anak usahanya PT Citilink Indonesia.

Dalam pesan tersebut, dijelaskan bahwa karena keadaan dan beberapa hal yang belum diselesaikan oleh kedua pihak maka Sriwijaya Air melanjutkan bisnis sendiri. Hubungan antara Garuda Indonesia Group dan Sriwijaya Group akan dilanjutkan pada basis bisnis ke bisnis.

"Dengan demikian, Sriwijaya tidak akan lagi menjadi anggota Garuda Indonesia Group," bunyi pesan itu seperti dikutip detikcom, Kamis (7/11/2019).

Kabar ini bikin heboh. Jadwal penerbangan Sriwijaya Air juga jadi berantakan. Banyak penerbangannya delay bahkan berpotensi dibatalkan lantaran pesawatnya tidak lagi dilayani oleh Gapura Angkasa.

Kehebohan yang terjadi membuat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan turun tangan. Dia menggelar rapat dadakan dengan memanggil seluruh pihak terkait.

Bukan hanya pihak yang berseteru, rapat itu juga dihadiri oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Seusai rapat, Budi mengatakan, pelayanan Sriwijaya kembali normal esoknya.

Namun, tak lama kemudian dua maskapai memutuskan benar-benar cerai. Terkait itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, akan terus memantau operasi dari Sriwijaya khususnya yang mencakup aspek keamanan. Terlebih, dalam kerja sama sebelumnya Sriwijaya menggunakan fasilitas perawatan dari Garuda Grup.

Kamis, 05 Desember 2019

Pedagang Makanan Sedih Sepinya Pelanggan di Reuni 212

 Reuni 212 tahun 2019 ini digelar pada hari Senin, (2/12/2019). Berbeda dengan tahun lalu, reuni kali ini digelar di hari kerja dan waktunya pun sangat terbatas.

Hal tersebut berdampak kepada para pedagang makanan di reuni 212 hari ini. Salah satunya Maulana (25), pedagang kerak telur asal Pancoran, Jakarta Selatan.

"Pedagang semua pada menangis, pusing semua hari ini. Nggak sesuai harapan, sepi," kata Maulana di Monas, Jakarta Pusat, Senin (2/12/2019).

Ia yang menyiapkan 30 porsi untuk didagangkan pagi ini mengaku baru laku 7 porsi.

"Bawa hanya 30 porsi, lagi sepi. Ini dari jam 4 saya dagang baru kejual 7 porsi," papar dia.

Selain digelar di hari kerja, salah satu penyebab para pedagang mengeluh yakni karena pintu ke dalam Monas dari parkiran IRTI ditutup, sehingga massa reuni 212 tak melewati para pedagang di kawasan kuliner Monas.

"Masalahnya di pintu saja. Di sana ditutup, semua lewat gerbang utama. Jadi nggak lewat sini, nggak kedapatan kita," tutur Maulana.

Selain Maulana, Siti (25), pedagang nasi goreng juga mengaku sepi pelanggan. Bahkan, ia mengaku belum menjual seporsi pun hari ini.

"Belum ada yang beli, belum laku sepiring juga. Sepi sekali. Padahal saya nggak pulang dari semalam untuk reuni 212 ini," kata Siti.

Di samping Siti, juga ada seorang pedagang sop iga yang bernama Fatimah (42). Ia mengeluhkan dagangannya yang belum laku. Sebab, di luar pun para massa reuni 212 banyak yang membagikan makanan gratis.

"Pada gratis semua di luar. Bagi-bagi itu, kue-kue," jelas Fatimah.

Ia sendiri kesal melihat para pedagang liar yang menjajakan makanannya di luar kawasan Monas.

"Yang dagang di luar kan orang liar semua. Kita jadi nggak dapat," tutup Fatimah.

Dagang Peci di Reuni 212, Pedagang Ini Raup Omzet Jutaan Rupiah

Kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat dikerubungi para pedagang yang membuka lapak di Reuni 212 pagi ini. Gelaran akbar ini jadi ajang menggiurkan bagi para pedagang, salah satunya bagi pemuda asal Bandung, Rizky (29).

Rizky yang menjajakan dagangannya mulai dari peci, blangkon, baju muslim pria, dan juga slayer mengaku sudah raup omzet sekitar Rp 7 juta.

"Ya Alhamdulillah, sudah dapat kurang lebih Rp 7 juta," kata Rizky di Monas, Jakarta Pusat, Senin (2/12/2019).

Ia mulai menjajakan dagangannya sejak pukul 4.00 pagi. Ia membawa 700 produk untuk berdagang di Reuni 212 ini.

"Buka dari jam 4 pagi tadi. Bawa penutup kepala semuanya ya kira-kira 500-an. Kalau baju bawa 10 kodi, satu kodinya 20 potong," terang Rizky.

Meski begitu, ia mengakui bahwa penjualannya menurun jika dibandingkan dengan Reuni 212 tahun 2018. Kala itu, ia bisa meraup omzet hingga Rp 15 juta.

"Kalau tahun lalu itu Rp 15 juta sampai," ungkapnya.

Menurutnya, salah satu faktor menurunnya penjualan ia pagi ini karena memang massa Reuni 212 kali ini lebih sedikit jika dibandingkan tahun lalu. Pasalnya, tahun ini Reuni 212 diadakan pada hari Senin.

"Tapi lebih ramai tahun lalu dibandingkan tahun ini. Karena hari Senin, tahun lalu kan hari minggu. Jadi hari ini yang kerja ya masuk kerja, yang sekolah ya masuk sekolah," pungkas dia.