Hampir semua karya seni yang ditampilkan di lantai utama ini menggambarkan perjuangan dan kegigihan masyarakat China dalam memperjuangkan kedaulatan bangsanya. Patung dan lukisan karakter manusia bertubuh tegap dengan pose-pose yang heroik cukup untuk melukiskan karakter masyarakat China yang memiliki nasionalisme tinggi terhadap bangsanya sendiri.
Pada semester kedua tahun 2019, ruang pamer utama lantai 1 NMC menggelar pameran bertema nasionalisme guna menyambut 70 tahun berdirinya Republik Rakyat China yang jatuh pada 1 Oktober 2019. Ruang pamer ini memamerkan bendera nasional China dengan ukuran yang besar, stempel-stempel kenegaraan, film dokumenter, poster-poster propanganda serta barang-barang bertema nasionalisme China.Â
Keris Sukarno dan Patung Bali SBY
Pada bulan September 2019, bagian ruang pamer temporer NMC sedang memamerkan kaligrafi China dan perkembangannya hingga saat ini, pameran patung-patung kuno dari benua Afrika, pameran cinderamata koleksi negara pemberian dari negara lain, pameran seni seni rupa karya pegrafis China, pameran naskah kuna China yang ditulis dalam bilah-bilah bambu, dan pameran kontemporer bertema Van Gogh.
Salah satu pameran temporer yang cukup menarik adalah mengenai pameran cinderamata koleksi pemerintah China pemberian dari negara lain. Berbagai cindermata tersebut biasanya diberikan oleh kepala negara dari berbagai negara di dunia ketika melakukan kunjungan kenegaraan ke China. Jumlahnya mencapai 611 koleksi dengan berbagai ukuran, bahan, bentuk, dan cirikhas dari negara yang memberikan mulai dari lukisan, patung, senjata, kain, bordir, mozaik, kristal, emas, keramik dan sebagainya yang dikumpulkan sejak tahun 1949.
Koleksi yang mengejutkan adalah adanya 2 koleksi cinderamata dari Indonesia. Yang pertama berupa keris yang diberikan oleh Presiden Sukarno kepada Kamerad Liu Shaoqi pada April 1963. Keris gaya Bali berwarna emas dengan aksen batu-batuan berwarna putih, ungu, dan hijau tersebut sangat indah dan masih terlihat cukup terawat meski telah dihadiahkan lebih dari 50 tahun lalu.
Koleksi yang kedua berupa patung kayu dari Bali sebagai cinderamata dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang diberikan kepada Kamerad Hu Jintao pada April 2005. Patung karakter manusia laki-laki dan perempuan dengan pakaian adat Bali tersebut berwarna coklat tua dengan tingkat craftmanship khas seniman Bali tersebut meski berukuran tidak begitu besar namun cukup prestisius dan sangat berkarakter Indonesia.
Secara keseluruhan konsep kuratorial, tata letak, dan bobot pameran yang diselenggarakan di NMC sudah sangat baik. Hanya saja dari sisi informasi seperti papan deskripsi dan pengantar kadangkala 'tidak ramah' bagi pengunjung warga negara asing yang tidak paham bahasa dan tulisan China.
Banyak deskripsi karya atau koleksi yang hanya ditulis dengan aksara China tanpa teks latin dengan Bahasa Inggris. Hal ini sangat menyulitkan pengunjung untuk memahami sebuah koleksi yang dipamerkan. Entah mengapa museum kelas dunia setingkat NMC tidak mengakomodair kebutuhan untuk pengunjung asing? Atau hal ini memang untuk menunjukkan nasionalisme mereka terhadap bahasa dan tulisan negerinya sendiri?
Sebagai bahan awal untuk belajar sejarah dan budaya China, kiranya National Museum of China cukup untuk memberi pengantar bagaimana negara ini bangkit dan berkembang menjadi salah satu negara dengan perkembangan ekonomi dan budaya yang sangat kuat di dunia saat ini, paling tidak kurun masa 70 tahun terakhir.