Sabtu, 04 Januari 2020

7 Keajaiban Alam di Geopark Ciletuh (2)

Seperti baru bubar acara, ternyata semalam ada pagelaran wayang golek di sana dan baru selesai. Kami langsung dibawa ke homestay yang sudah di tempatkan oleh tour guide Ciletuh. Kami tinggal di rumah warga. Selama di Ciletuh, kami sudah membeli paket penginapan, makan dan perjalanan Ciletuh.

Untuk penginapan, kami tinggal di rumah warga. Saya melihat bahwa ini merupakan cara terbaik dalam pemerataan ekonomi. Warga mendapat manfaat dari para pengunjung dengan menginap di rumah mereka.

Kami sendiri merasa senang karena bisa berbaur dengan warga itu sendiri dan mendapatkan berbagai cerita seputar Ciletuh dan perkembangannya dengan mereka. Kami langsung istirahat, karena besok pagi sudah harus mengikuti jadwal tour, yang sudah dimulai sejak jam 7 pagi.

1. Curug Awang

Setelah sarapan, kami diajak menuju ke Curug Awang. Kami diajak melipir ke belakang rumah yang kami tinggal di sana. Menelusuri pematang sawah yang saat itu sudah panen.

Terbayang kan? Pematang sawahnya sudah dipopok atau ditambal lumpur dari sawah. Seru dan bikin cari akal untuk mencari pematang yang sudah kering. Curug awang ini berada di Sungai Ciletuh, perbatasan administratif antara Desa Tamanjaya, Desa Cibenda, dan Desa Mekarsakti.

Situs geologi ini merupakan air terjun dengan ketinggian 50 meter yang terbentuk akibat struktur geologi berupa sesar normal sehingga ada blok atau bagian yang turun. Curug berarti air terjun, sementara Awang berarti posisi yang tinggi (awang-awang). Menurut referensi, batuan utama penyusunnya merupakan bagian dari formasi jampang anggota Cikarang berupa batuan sedimen berupa breksi polimik dan batupasir graywacke berbutir kasar sampai halus, yang menujukkan perlapisan yang tebal.

Batuan berumur miosen bawah - tengah (23-10 juta tahun yang lalu). Waktu itu, kami hanya melihat dari seberang sungai, karena aliran airnya lumayan deras. Kami berpoto ria dan menikmati air yang lumayan keruh kecoklatan. Tetapi kami bahagia dengan keindahan curug tersebut.

2. Curug Tengah

Sudah puas di Curug Awang, kami diajak menelusuri pematang sawah kembali. Dengan memutar karena pematangnya banyak yang sudah kena lumpur, kami memutar. Meski saya orang kampung, berjalan di pematang sawah yang kecil, lumayan bikin deg-degan, untungkami memilki guide yang sigap.

Setelah melewati banyak pematang sawah, akhirnya kami sampai di Curug Tengah. Curug ini berada di Sungai Ciletuh, perbatasan administratif antara Desa Tamanjaya, Desa Cibenda, dan Desa Mekarsakti. Situs geologi ini merupakan airterjun dengan ketinggian mencapai 7 meter yang terbentuk akibat struktur geologi berupa sesar normal sehingga ada blok atau bagian yang turun.

Air terjun ini merupakan air terjun terusan dari Curug Awang. Batuan utama penyusunnya merupakan bagian dari Formasi Jampang Anggota Cikarang berupa batuan sedimen berupa breksi polimik, batupasir graywacke berbutir kasar sampai halus, yang menujukkan perlapisan yang tebal. Batuan Berumur Miosen Bawah - Tengah (23-10 juta tahun yang lalu). Kami posisinya berada di atas curug, melihat pemandangan sekitar sungguh indah.

Subhanallah. Saya berasa di dunia dongeng. Tidak heran bila disebut amphiteater bila melihat keindahan bagai lukisan alam dengan para dewa naga terbang yang meliuk-liuk di sekitar lembah dan jurang. Di sini saya sangat terpukau, apalagi bila memandang jauh ke depan, ada banyak liukan lembah dan ngarai yang menjadi keajaiban alam semesta.

3. Panenjoan

Perjalanan selanjutnya menuju Panenjoan.Kami mengendarai mobil sejenis landrover yang disediakan oleh tour guide untuk menuju tiap titik wisata. Di Panenjoan, kami istirahat sambil melihat-lihat alam sekitar dari sudut pandang Panenjoan.

7 Keajaiban Alam di Geopark Ciletuh

Berkunjung ke Ciletuh, Sukabumi ada sensasi menikmati 7 keindahan alam secara bersamaan. Keragaman geologi, hayati dan budaya setempat, mempesona wisatawan.
Indah. Sungguh tidak bisa diucapkan dengan kata-kata ketika melihat air terjun dengan fenomena alam di sekitarnya. Saya melihatnya bak lukisan yang menjelma menjadi pandangan mata yang nyata.

Pantaslah ada yang bilang amphiteater, karena saya melihat keindahan Geopark Ciletuh sebagai keajaiban yang nyata dari alam. Alhamdulillah, saya pernah ke sana dan menikmati keindahannya, saya tidak menyangka akan seindah ini. Bermula karena ketertarikan pada sejarah, saya tertarik pada usia bumi beserta kontur daerah tersebut.

Berteman di media sosial dengan para ahli geologi, maka saya pun mendapat pengetahuan tentang Ciletuh. Disebutkan bahwa Ciletuh itu geopark dari palung terdalam laut. Kawasan Ciletuh memiliki keragaman geologi yang unik dan umurnya paling tua di Jawa Barat.

Kawasan ini merupakan hasil dari tumbukan dua lempeng yang berbeda, yaitu lempeng eurasia (lempeng benua) yang berkomposisi granit (asam), dan lempeng Indo-Australia (lempeng samudera) yang berkomposisi basal (basa), yang menghasilkan palung yang dalam, tempat dimana batuan sedimen laut dalam (pelagic sediment), batuan metamorfik (batuan ubahan), dan batuan beku basa hingga ultra basa terendapkan, sehingga sangat menarik untuk dipelajari.

Berbagai jenis batuan yang telah disebutkan di atas bercampur dan terangkat di permukaan dinamakan sebagai batuan bancuh (batuan campur aduk) atau dikenal sebagai Melange yang merupakan kelompok batuan tertua (Pra Tersier) yang tersingkap di permukaan daratan Pulau Jawa dengan umur berkisar 65 juta tahun.

Keunikan lainnya adalah seluruh singkapan batuan berada di dalam suatu lembah besar menyerupai amfiteater berbentuk tapal kuda yang terbuka ke arah Samudra Hindia yang terjadi oleh proses tektonik berupa runtuhan. Selain itu, beberapa air terjun, gua laut dan pulau kecil yang kaya akan pemaknaan geologi juga menghiasi kawasan ini.

Wow, kalimat tersebut itulah yang membuat saya tertarik dan langsung saja mengajak teman jalan untuk pergi ke sana. Saya membayangkan dasar laut yang muncul ke permukaan, indah dan ajaib.

Maka, sebulan setelah melihat tentang Ciletuh, kami bersiap menuju ke sana. Perjalanan pertama saya ke sana sekitar tahun 2013, sebelum penetapan Ciletuh menjadi Geopark. Ya, untuk menjaga kelestarian alamnya, Ciletuh baru saja memulai suatu usaha konservasi berkelanjutan melalui konsep Taman Bumi (Geopark). Geopark Ciletuh telah diresmikan menjadi Geopark nasional pada tanggal 22 Desember 2015.

Perjalanan menuju Ciletuh dilakukan dengan menelusuri dari Pantai Pelabuhan Ratu. Saya bersama 4 teman lainnya mengendarai mobil pribadi. Saat itu menggunakan dua mobil dengan menelusuri jalur pantai Pelabuhan Ratu.

Teman saya mengordinasi dalam pendaftaran perjalanan. Perjalanan pertama saya ke Ciletuh sekitar tahun 2013.

Saat itu, jalan belum beraspal seperti sekarang. Perjalanan yang menjadi tantangan sekaligus membuat deg-degan, karena suasana malam yang menjadi pilihan saat menuju ke Ciletuh. Sepi, Kami beristirahat di warung yang sudah tutup untuk sekedar berbaring meluruskan badan.

Jalanan masih berdebu dan banyak lubang. Sekarang, jalanan ke sana sudah di hotmix atau beraspal bagus.

Kami beristirahat beberapa kali karena supir butuh istirahat. Waktu terasa lama dan Panjang. Untuk menuju ke sana, saya sempat beberapa kali bertanya ke penduduk ketika kami singgah di warung. Menjelang janari leutik atau sekitar jam 3 pagi, kami sampai tujuan di dekat Bale Desa.