Seperti baru bubar acara, ternyata semalam ada pagelaran wayang golek di sana dan baru selesai. Kami langsung dibawa ke homestay yang sudah di tempatkan oleh tour guide Ciletuh. Kami tinggal di rumah warga. Selama di Ciletuh, kami sudah membeli paket penginapan, makan dan perjalanan Ciletuh.
Untuk penginapan, kami tinggal di rumah warga. Saya melihat bahwa ini merupakan cara terbaik dalam pemerataan ekonomi. Warga mendapat manfaat dari para pengunjung dengan menginap di rumah mereka.
Kami sendiri merasa senang karena bisa berbaur dengan warga itu sendiri dan mendapatkan berbagai cerita seputar Ciletuh dan perkembangannya dengan mereka. Kami langsung istirahat, karena besok pagi sudah harus mengikuti jadwal tour, yang sudah dimulai sejak jam 7 pagi.
1. Curug Awang
Setelah sarapan, kami diajak menuju ke Curug Awang. Kami diajak melipir ke belakang rumah yang kami tinggal di sana. Menelusuri pematang sawah yang saat itu sudah panen.
Terbayang kan? Pematang sawahnya sudah dipopok atau ditambal lumpur dari sawah. Seru dan bikin cari akal untuk mencari pematang yang sudah kering. Curug awang ini berada di Sungai Ciletuh, perbatasan administratif antara Desa Tamanjaya, Desa Cibenda, dan Desa Mekarsakti.
Situs geologi ini merupakan air terjun dengan ketinggian 50 meter yang terbentuk akibat struktur geologi berupa sesar normal sehingga ada blok atau bagian yang turun. Curug berarti air terjun, sementara Awang berarti posisi yang tinggi (awang-awang). Menurut referensi, batuan utama penyusunnya merupakan bagian dari formasi jampang anggota Cikarang berupa batuan sedimen berupa breksi polimik dan batupasir graywacke berbutir kasar sampai halus, yang menujukkan perlapisan yang tebal.
Batuan berumur miosen bawah - tengah (23-10 juta tahun yang lalu). Waktu itu, kami hanya melihat dari seberang sungai, karena aliran airnya lumayan deras. Kami berpoto ria dan menikmati air yang lumayan keruh kecoklatan. Tetapi kami bahagia dengan keindahan curug tersebut.
2. Curug Tengah
Sudah puas di Curug Awang, kami diajak menelusuri pematang sawah kembali. Dengan memutar karena pematangnya banyak yang sudah kena lumpur, kami memutar. Meski saya orang kampung, berjalan di pematang sawah yang kecil, lumayan bikin deg-degan, untungkami memilki guide yang sigap.
Setelah melewati banyak pematang sawah, akhirnya kami sampai di Curug Tengah. Curug ini berada di Sungai Ciletuh, perbatasan administratif antara Desa Tamanjaya, Desa Cibenda, dan Desa Mekarsakti. Situs geologi ini merupakan airterjun dengan ketinggian mencapai 7 meter yang terbentuk akibat struktur geologi berupa sesar normal sehingga ada blok atau bagian yang turun.
Air terjun ini merupakan air terjun terusan dari Curug Awang. Batuan utama penyusunnya merupakan bagian dari Formasi Jampang Anggota Cikarang berupa batuan sedimen berupa breksi polimik, batupasir graywacke berbutir kasar sampai halus, yang menujukkan perlapisan yang tebal. Batuan Berumur Miosen Bawah - Tengah (23-10 juta tahun yang lalu). Kami posisinya berada di atas curug, melihat pemandangan sekitar sungguh indah.
Subhanallah. Saya berasa di dunia dongeng. Tidak heran bila disebut amphiteater bila melihat keindahan bagai lukisan alam dengan para dewa naga terbang yang meliuk-liuk di sekitar lembah dan jurang. Di sini saya sangat terpukau, apalagi bila memandang jauh ke depan, ada banyak liukan lembah dan ngarai yang menjadi keajaiban alam semesta.
3. Panenjoan
Perjalanan selanjutnya menuju Panenjoan.Kami mengendarai mobil sejenis landrover yang disediakan oleh tour guide untuk menuju tiap titik wisata. Di Panenjoan, kami istirahat sambil melihat-lihat alam sekitar dari sudut pandang Panenjoan.