Sabtu, 04 Januari 2020

7 Keajaiban Alam di Geopark Ciletuh

Berkunjung ke Ciletuh, Sukabumi ada sensasi menikmati 7 keindahan alam secara bersamaan. Keragaman geologi, hayati dan budaya setempat, mempesona wisatawan.
Indah. Sungguh tidak bisa diucapkan dengan kata-kata ketika melihat air terjun dengan fenomena alam di sekitarnya. Saya melihatnya bak lukisan yang menjelma menjadi pandangan mata yang nyata.

Pantaslah ada yang bilang amphiteater, karena saya melihat keindahan Geopark Ciletuh sebagai keajaiban yang nyata dari alam. Alhamdulillah, saya pernah ke sana dan menikmati keindahannya, saya tidak menyangka akan seindah ini. Bermula karena ketertarikan pada sejarah, saya tertarik pada usia bumi beserta kontur daerah tersebut.

Berteman di media sosial dengan para ahli geologi, maka saya pun mendapat pengetahuan tentang Ciletuh. Disebutkan bahwa Ciletuh itu geopark dari palung terdalam laut. Kawasan Ciletuh memiliki keragaman geologi yang unik dan umurnya paling tua di Jawa Barat.

Kawasan ini merupakan hasil dari tumbukan dua lempeng yang berbeda, yaitu lempeng eurasia (lempeng benua) yang berkomposisi granit (asam), dan lempeng Indo-Australia (lempeng samudera) yang berkomposisi basal (basa), yang menghasilkan palung yang dalam, tempat dimana batuan sedimen laut dalam (pelagic sediment), batuan metamorfik (batuan ubahan), dan batuan beku basa hingga ultra basa terendapkan, sehingga sangat menarik untuk dipelajari.

Berbagai jenis batuan yang telah disebutkan di atas bercampur dan terangkat di permukaan dinamakan sebagai batuan bancuh (batuan campur aduk) atau dikenal sebagai Melange yang merupakan kelompok batuan tertua (Pra Tersier) yang tersingkap di permukaan daratan Pulau Jawa dengan umur berkisar 65 juta tahun.

Keunikan lainnya adalah seluruh singkapan batuan berada di dalam suatu lembah besar menyerupai amfiteater berbentuk tapal kuda yang terbuka ke arah Samudra Hindia yang terjadi oleh proses tektonik berupa runtuhan. Selain itu, beberapa air terjun, gua laut dan pulau kecil yang kaya akan pemaknaan geologi juga menghiasi kawasan ini.

Wow, kalimat tersebut itulah yang membuat saya tertarik dan langsung saja mengajak teman jalan untuk pergi ke sana. Saya membayangkan dasar laut yang muncul ke permukaan, indah dan ajaib.

Maka, sebulan setelah melihat tentang Ciletuh, kami bersiap menuju ke sana. Perjalanan pertama saya ke sana sekitar tahun 2013, sebelum penetapan Ciletuh menjadi Geopark. Ya, untuk menjaga kelestarian alamnya, Ciletuh baru saja memulai suatu usaha konservasi berkelanjutan melalui konsep Taman Bumi (Geopark). Geopark Ciletuh telah diresmikan menjadi Geopark nasional pada tanggal 22 Desember 2015.

Perjalanan menuju Ciletuh dilakukan dengan menelusuri dari Pantai Pelabuhan Ratu. Saya bersama 4 teman lainnya mengendarai mobil pribadi. Saat itu menggunakan dua mobil dengan menelusuri jalur pantai Pelabuhan Ratu.

Teman saya mengordinasi dalam pendaftaran perjalanan. Perjalanan pertama saya ke Ciletuh sekitar tahun 2013.

Saat itu, jalan belum beraspal seperti sekarang. Perjalanan yang menjadi tantangan sekaligus membuat deg-degan, karena suasana malam yang menjadi pilihan saat menuju ke Ciletuh. Sepi, Kami beristirahat di warung yang sudah tutup untuk sekedar berbaring meluruskan badan.

Jalanan masih berdebu dan banyak lubang. Sekarang, jalanan ke sana sudah di hotmix atau beraspal bagus.

Kami beristirahat beberapa kali karena supir butuh istirahat. Waktu terasa lama dan Panjang. Untuk menuju ke sana, saya sempat beberapa kali bertanya ke penduduk ketika kami singgah di warung. Menjelang janari leutik atau sekitar jam 3 pagi, kami sampai tujuan di dekat Bale Desa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar