Rabu, 29 April 2020

Serumah dengan Perokok Aktif Bisa Tingkatkan Risiko Infeksi Virus Corona

Pengendalian wabah COVID-19 tidak dapat dilakukan oleh aparat pemerintah saja, masyarakat juga harus berpartisipasi dalam gerakan penanggulangan virus Corona. Masyarakat bertanggung jawab langsung kepada keluarga, lingkungan terdekat mereka, untuk melakukan segala upaya dalam rangka menghentikan penularan COVID-19.
Dengan adanya PSBB, seluruh warga telah diminta untuk menjaga jarak dan melakukan sebagian besar aktivitas di rumah. Rumah saat ini menjadi pusat dari segala aktivitas selama masa pandemi. Jadi betapa pentingnya menjaga lingkungan rumah bersih dan sehat untuk seluruh anggota keluarga.

"Stay at home di rumah ditujukan untuk memutus rantai penyebaran COVID-19 dan melindungi diri dan keluarga. Tapi coba dibayangkan apabila salah satu anggota keluarga adalah perokok. Rumah yang seharusnya berfungsi sebagai tempat perlindungan dari virus Corona menjadi tidak aman lagi bagi anggota keluarga lain," sebut Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia Esti Nurjadin, dalam webinar yang diselenggarakan Selasa (28/4/2020).

Dijelaskan bahwa reseptor yang mengikat virus Corona, atau ACE2, ditemukan tak hanya pada perokok aktif, tapi juga perokok pasif. Risiko tertular virus Corona bagi keduanya sangat tinggi terutama jika tinggal bersamaan.

Spesialis paru dari RSUP Persahabatan, dr Agus Dwi Susanto SpP(K), mengatakan, paparan rokok maupun asap rokok dapat mengganggu sistem imunitas saluran napas dan paru. Pada prinsipnya dampak kesehatan baik perokok aktif dan pasif sama-sama berbahaya jika dikaitkan dengan risiko COVID-19.

"Sama-sama menurunkan imunitas tubuh, mulai dari silianya terganggu sehingga risiko infeksi lebih tinggi," sebut dr Agus.

Perlu ada penekanan bahwa anggota keluarga yang tinggal bersama-sama dengan perokok juga akan meningkat risiko terkena virus Corona. Padahal kita tahu di rumah ada anak-anak, ada orang tua yang sepuh, yang semuanya masuk dalam kelompok rentan terinfeksi virus Corona.

"Anak-anak memiliki hak hidup sehat. Di sini lah tugas pemerintah memberikan perlindungan terhadap mereka. Oleh karena itu kami mengimbau pemerintah untuk menekankan KTR sampai ke rumah dan mengeluarkan aturan rumah tanpa rokok untuk memastikan rumah tempat yang aman untuk melakukan segala aktivitas dalam masa pandemi," pungkas Esti.

Pandemi Corona Diprediksi Dongkrak Angka Kehamilan

Pandemi virus Corona atau COVID-19 berdampak pada turunnya angka akseptor Keluarga Berencana (KB) di Kabupaten Sragen. Imbasnya, angka kehamilan diperkirakan mengalami kenaikan hingga 10 persen.
"Kenaikan angka kehamilan kami prediksi di kisaran 10 persen. Ini kan kita banyak di rumah, banyak PUS (pasangan usia subur) yang terkendala untuk keluar rumah. Pelayanan pemasangan alat KB juga terbatas," ujar Ketua Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana (IPeKB) Sragen, Suwanto, dihubungi detikcom, Selasa (28/4/2020).

Suwanti menjelaskan, kebijakan social dan physical distancing menjadi faktor utama penyumbang potensi naiknya angka kehamilan. Ditambah dengan terkendalanya sosialisasi para penyuluh KB karena pertemuan-pertemuan yang bersifat mengumpulkan banyak orang, saat ini tidak bisa dilakukan.

"Di puskesmas, klinik dan rumah sakit, pelayanan pemasangan alat KB juga terbatas, paling-paling hanya maksimal 10 pasien per hari. Dan masyarakat kan juga sedang membatasi aktivitas keluar rumah," terangnya.

Berbagai faktor ini, lanjut Suwanto, membuat jumlah akseptor KB mengalami penurunan hingga 45 persen. Para penyuluh, kini harus memutar otak untuk menekan angka kehamilan serta mengatur jarak kehamilan.

"Prediksi kenaikan angka kehamilan ini menggunakan logika psikologi dalam menganalisa masyarakat. Mereka kesulitan ber-KB karena memang terbatas keluar. Kenaikan ini nanti akan kelihatan kalo sudah berjalan tujuh hingga sembilan bulan," imbuh dia.

Ilmuwan India Temukan Jenis Mutasi Virus Corona yang Paling Berbahaya

 Para ilmuwan di India telah mengidentifikasi jenis mutasi dari virus Corona COVID-19, yang disebut cepat menyebar dan menjadi dominan di seluruh dunia. Menurut mereka, virus ini setidaknya telah bermutasi menjadi 10 jenis yang berbeda, salah satu di antaranya disebut lebih berbahaya.
Jenis mutasi yang dinamai A2a oleh para ilmuwan ini dilaporkan jadi jenis yang berhasil cepat menyebar luas di tengah populasi manusia. Para ilmuwan di National Institute of Biomedical Genomics (NIBMG) India menyebut A2a ini jadi jenis yang lebih dominan muncul di dunia.

Strain A2a ini disebut jauh lebih berbahaya dibandingkan jenis virus asli dari China yang mereka sebut sebagai tipe O. Seorang ahli genetika senior di NIBMG, Partha Majumder, mengatakan bahwa mutasi A2a lebih efektif dalam menginfeksi manusia dibandingkan jenis mutasi lain.

"Kami percaya, bahwa jenis mutasi virus yang dominan menyebar di belahan dunia dan menyusup di tengah populasi manusia ini adalah A2a," kata Partha.

Dikutip dari Daily Star, Majumder mengatakan strain virus ini sudah diidentifikasi dan akan difokuskan oleh para ilmuwan untuk mendapatkan vaksin penangkalnya. Berdasarkan studi yang mereka lakukan, urutan genom atau jenis virus yang ditemukan dari 3.636 pasien COVID-19 di 55 negara, 51 persennya adalah strain A2a.

Bahkan pada bulan Februari dan Maret, studi NIBMG ini juga menunjukkan strain A2a ini lebih dominan ditemukan di Brasil, Kongo, Islandia, Italia, Spanyol, Inggris, dan Amerika Serikat. Namun, data dari China belum tersedia sejak akhir Februari lalu, sehingga para ilmuwan belum bisa memastikan apakah strain A2a ini juga menyebar di sana.

Serumah dengan Perokok Aktif Bisa Tingkatkan Risiko Infeksi Virus Corona

Pengendalian wabah COVID-19 tidak dapat dilakukan oleh aparat pemerintah saja, masyarakat juga harus berpartisipasi dalam gerakan penanggulangan virus Corona. Masyarakat bertanggung jawab langsung kepada keluarga, lingkungan terdekat mereka, untuk melakukan segala upaya dalam rangka menghentikan penularan COVID-19.
Dengan adanya PSBB, seluruh warga telah diminta untuk menjaga jarak dan melakukan sebagian besar aktivitas di rumah. Rumah saat ini menjadi pusat dari segala aktivitas selama masa pandemi. Jadi betapa pentingnya menjaga lingkungan rumah bersih dan sehat untuk seluruh anggota keluarga.

"Stay at home di rumah ditujukan untuk memutus rantai penyebaran COVID-19 dan melindungi diri dan keluarga. Tapi coba dibayangkan apabila salah satu anggota keluarga adalah perokok. Rumah yang seharusnya berfungsi sebagai tempat perlindungan dari virus Corona menjadi tidak aman lagi bagi anggota keluarga lain," sebut Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia Esti Nurjadin, dalam webinar yang diselenggarakan Selasa (28/4/2020).

Dijelaskan bahwa reseptor yang mengikat virus Corona, atau ACE2, ditemukan tak hanya pada perokok aktif, tapi juga perokok pasif. Risiko tertular virus Corona bagi keduanya sangat tinggi terutama jika tinggal bersamaan.

Spesialis paru dari RSUP Persahabatan, dr Agus Dwi Susanto SpP(K), mengatakan, paparan rokok maupun asap rokok dapat mengganggu sistem imunitas saluran napas dan paru. Pada prinsipnya dampak kesehatan baik perokok aktif dan pasif sama-sama berbahaya jika dikaitkan dengan risiko COVID-19.

"Sama-sama menurunkan imunitas tubuh, mulai dari silianya terganggu sehingga risiko infeksi lebih tinggi," sebut dr Agus.

Perlu ada penekanan bahwa anggota keluarga yang tinggal bersama-sama dengan perokok juga akan meningkat risiko terkena virus Corona. Padahal kita tahu di rumah ada anak-anak, ada orang tua yang sepuh, yang semuanya masuk dalam kelompok rentan terinfeksi virus Corona.

"Anak-anak memiliki hak hidup sehat. Di sini lah tugas pemerintah memberikan perlindungan terhadap mereka. Oleh karena itu kami mengimbau pemerintah untuk menekankan KTR sampai ke rumah dan mengeluarkan aturan rumah tanpa rokok untuk memastikan rumah tempat yang aman untuk melakukan segala aktivitas dalam masa pandemi," pungkas Esti.