Pengendalian wabah COVID-19 tidak dapat dilakukan oleh aparat pemerintah saja, masyarakat juga harus berpartisipasi dalam gerakan penanggulangan virus Corona. Masyarakat bertanggung jawab langsung kepada keluarga, lingkungan terdekat mereka, untuk melakukan segala upaya dalam rangka menghentikan penularan COVID-19.
Dengan adanya PSBB, seluruh warga telah diminta untuk menjaga jarak dan melakukan sebagian besar aktivitas di rumah. Rumah saat ini menjadi pusat dari segala aktivitas selama masa pandemi. Jadi betapa pentingnya menjaga lingkungan rumah bersih dan sehat untuk seluruh anggota keluarga.
"Stay at home di rumah ditujukan untuk memutus rantai penyebaran COVID-19 dan melindungi diri dan keluarga. Tapi coba dibayangkan apabila salah satu anggota keluarga adalah perokok. Rumah yang seharusnya berfungsi sebagai tempat perlindungan dari virus Corona menjadi tidak aman lagi bagi anggota keluarga lain," sebut Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia Esti Nurjadin, dalam webinar yang diselenggarakan Selasa (28/4/2020).
Dijelaskan bahwa reseptor yang mengikat virus Corona, atau ACE2, ditemukan tak hanya pada perokok aktif, tapi juga perokok pasif. Risiko tertular virus Corona bagi keduanya sangat tinggi terutama jika tinggal bersamaan.
Spesialis paru dari RSUP Persahabatan, dr Agus Dwi Susanto SpP(K), mengatakan, paparan rokok maupun asap rokok dapat mengganggu sistem imunitas saluran napas dan paru. Pada prinsipnya dampak kesehatan baik perokok aktif dan pasif sama-sama berbahaya jika dikaitkan dengan risiko COVID-19.
"Sama-sama menurunkan imunitas tubuh, mulai dari silianya terganggu sehingga risiko infeksi lebih tinggi," sebut dr Agus.
Perlu ada penekanan bahwa anggota keluarga yang tinggal bersama-sama dengan perokok juga akan meningkat risiko terkena virus Corona. Padahal kita tahu di rumah ada anak-anak, ada orang tua yang sepuh, yang semuanya masuk dalam kelompok rentan terinfeksi virus Corona.
"Anak-anak memiliki hak hidup sehat. Di sini lah tugas pemerintah memberikan perlindungan terhadap mereka. Oleh karena itu kami mengimbau pemerintah untuk menekankan KTR sampai ke rumah dan mengeluarkan aturan rumah tanpa rokok untuk memastikan rumah tempat yang aman untuk melakukan segala aktivitas dalam masa pandemi," pungkas Esti.
Pandemi Corona Diprediksi Dongkrak Angka Kehamilan
Pandemi virus Corona atau COVID-19 berdampak pada turunnya angka akseptor Keluarga Berencana (KB) di Kabupaten Sragen. Imbasnya, angka kehamilan diperkirakan mengalami kenaikan hingga 10 persen.
"Kenaikan angka kehamilan kami prediksi di kisaran 10 persen. Ini kan kita banyak di rumah, banyak PUS (pasangan usia subur) yang terkendala untuk keluar rumah. Pelayanan pemasangan alat KB juga terbatas," ujar Ketua Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana (IPeKB) Sragen, Suwanto, dihubungi detikcom, Selasa (28/4/2020).
Suwanti menjelaskan, kebijakan social dan physical distancing menjadi faktor utama penyumbang potensi naiknya angka kehamilan. Ditambah dengan terkendalanya sosialisasi para penyuluh KB karena pertemuan-pertemuan yang bersifat mengumpulkan banyak orang, saat ini tidak bisa dilakukan.
"Di puskesmas, klinik dan rumah sakit, pelayanan pemasangan alat KB juga terbatas, paling-paling hanya maksimal 10 pasien per hari. Dan masyarakat kan juga sedang membatasi aktivitas keluar rumah," terangnya.
Berbagai faktor ini, lanjut Suwanto, membuat jumlah akseptor KB mengalami penurunan hingga 45 persen. Para penyuluh, kini harus memutar otak untuk menekan angka kehamilan serta mengatur jarak kehamilan.
"Prediksi kenaikan angka kehamilan ini menggunakan logika psikologi dalam menganalisa masyarakat. Mereka kesulitan ber-KB karena memang terbatas keluar. Kenaikan ini nanti akan kelihatan kalo sudah berjalan tujuh hingga sembilan bulan," imbuh dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar