Jumat, 30 Oktober 2020

BPOM Tegaskan Belum Ada Vaksin COVID-19 yang Mendapat Izin Edar

 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI menegaskan bahwa sampai saat ini belum ada vaksin COVID-19 yang sudah mendapatkan izin edar. Semua kandidat vaksin yang ada kini ada masih dalam tahap uji klinik.

"Sampai saat ini, belum ada vaksin covid yang sudah mendapatkan izin edar. Semua kandidat vaksin COVID-19 yang ada masih dalam proses pengembangan uji klinik, baik praklinik maupun uji klinik itu sendiri," jelas Dra Togi J Hutadjulu, Apt, MHA, Plt Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Zat Adiktif BPOM dalam konferensi pers Rabu (28/10/2020).


Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang diperbarui pada tanggal 19 Oktober 2020, sampai saat ini sudah ada 44 kandidat vaksin COVID-19 yang sudah memasuki tahap uji klinik. Sementara, ada juga 154 kandidat vaksin yang sedang menjalani tahapan uji praklinik.


Adapun beberapa nama kandidat vaksin yang sudah memasuki tahap uji klinik fase 3, di antaranya vaksin COVID-19 dari Sinovac, Sinopharm, University of Oxford yang bekerja sama dengan AstraZeneca, Cansino, Gamalea dari Rusia, Janssen Pharmaceutical, Novavax, dan Moderna.


"BPOM sebagai bagian dari komite penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional mendukung persiapan pemerintah dalam pemberian vaksin COVID-19, serta memperhatikan arahan presiden tentang perlunya kehati-hatian terkait rencana vaksinasi COVID-19 pada masyarakat luas," ujarnya.

https://kamumovie28.com/basic-instinct-2-2006/


Peneliti Gunakan 'Rumus' Berburu Alien untuk Prediksi Persebaran COVID-19


Persamaan Drake atau Drake Equation yang terkenal dalam perburuan kehidupan alien telah menginspirasi model baru untuk memprediksi kemungkinan penularan COVID-19.

Model baru ini pada dasarnya merupakan persamaan tunggal dengan beberapa istilah, lalu dikalikan bersamaan. Nantinya, akan keluar risiko penularan COVID-19 melalui udara.


Para peneliti menginginkan untuk bekerja menggunakan rumus matematika sederhana yang signifikan secara historis, yakni dikenal sebagai Persamaan Drake. Model ini pun sebelumnya digunakan untuk mencari kemungkinan adanya kehidupan di luar angkasa.


Persamaan Drake dihitung menggunakan tujuh variabel dan menyediakan kerangka yang mudah dipahami, untuk melihat jumlah peradaban alien.


"Masih banyak kebingungan soal penularan COVID-19. Karena, tidak ada bahasa umum yang mudah untuk memahami faktor resiko yang terlibat," jelas penulis studi dan profesor Departemen Teknik Mesin di John Hopkins University, Rajat Mittal, seperti dilansir dari laman Live Science.


Selain itu, Rajat saat ini tengah sedang mencari tahu bagaimana seseorang bisa terinfeksi COVID-19. Jika dapat memvisualisasikan lebih jelas dan kuantitatif, mereka dapat memutuskan kegiatan mana yang perlu dilakukan dan dihindari.


Model baru ini dipecah dalam tiga tahap. Pertama penularan droplet mengandung virus dari orang yang terinfeksi Corona ke udara. Lalu, tahap penyebaran droplet. Terakhir, droplet dihirup oleh orang yang rentan.


Secara keseluruhan, model tersebut memiliki 10 variabel dalam penularan COVID-19. Termasuk mengenai tingkat pernapasan orang terinfeksi dan rentan, jumlah partikel virus droplet yang dikeluarkan dan jumlah waktu seseorang untuk terpapar.


Para peneliti juga menggunakan model lain yang disebut ketidaksetaraan Contagion Airborne Transmission (CAT).

https://kamumovie28.com/the-unborn-2009/

Rabu, 28 Oktober 2020

Viral Aliansi Dokter Dunia Sebut COVID-19 Tak Ada, Satgas: Misinformasi!

  Dalam sebuah video viral, sekelompok orang mengatasnamakan Aliansi Dokter Dunia mengklaim bahwa COVID-19 sebenarnya tidak ada. Mereka menyamakan COVID-19 dengan flu biasa dan menganggap tes PCR tidak akurat.

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito menegaskan klaim yang disampaikan dalam video viral tersebut adalah misinformasi.


"Konten informasi dalam video ini dapat diidentifikasikan sebagai misinformasi yang muncul dengan menyamakan COVID-19 dengan influenza," kata Prof Wiku saat dihubungi detikcom, Senin (27/10/2020).


"Kita tahu penyebab, dinamika transimisi dan akibat dari keduanya pun berbeda," tegas Prof Wiku.


Dokter jantung yang juga relawan COVID-19, dr Vito A Damay, SpJP(K) juga mempertanyakan klaim Aliansi Dokter Dunia bahwa tes PCR (polymerase chain reaction) tidak akurat. Terlepas dari akurasi tes, penyakit ini menurut dr Vito telah memicu berbagai komplikasi pada pasien.


"Pertanyaannya tugas mereka selama ini di mana sebagai dokter. Masa sih nggak tahu kalau virus ini bikin pneumonia," kata dr Vito.


"Bagaimana menjelaskan timbulnya penyakit pneumonia dengan gambaran GGO (ground glass opacity) pada pasien pasien yang terkonfirmasi COVID-19? Kalau belum bisa dijelaskan, artinya ya kita tetap harus waspada," tegas dr Vito.


Maraknya hoax dan misinformasi seperti disampaikan Aliansi Dokter Dunia dikhawatirkan berpengaruh pada respons individu dalam menyikapi pandemi. Di antaranya jadi tidak patuh lagi pada protokol pencegahan, serta tidak percaya pada vaksin maupun guideline pengobatan medis yang berlaku.


"Masyarakat harus didorong untuk mengevaluasi kredibilitas informasi serta merujuk informasi tentang COVID-19 kepada lembaga yang dapat dipercaya seperti WHO, PBB, CDC," pesan Prof Wiku.


"Di Indonesia tentunya sumber terpercaya diperoleh dari Kemenkes dan Satgas COVID-19," tegasnya.

https://indomovie28.net/nice-guys-2016/


Ayah Khabib Nurmagomedov Meninggal Karena Corona? Berikut Faktanya


UFC champion Khabib Nurmagomedov memang telah pensiun dari arena kompetisi dan memegang gelar juara dunia tak terkalahkan. Namun berita tentang atlet ini masih menarik perhatian, termasuk meninggalnya sang ayah Abdulmanap Nurmagomedov.

Dikutip dari CNN, Abdulmanap ternyata positif virus corona sebelum meninggal dunia. Kabar meninggalnya Abdulmanap pada usia 57 tahun telah dikonfirmasi manajemen Khabib Nurmagomedov dalam pernyataan yang dikirim ke redaksi CNN.


Abdulmanap meninggal di rumah sakit di Moskow, akibat komplikasi terkait infeksi COVID-19. Pada Mei 2020 Khabib mengatakan ayahnya dalam kondisi serius dan kembali ke rumahnya di Dagestan, Rusia, saat diterapkan lockdown.


Pada Juni 2020, kondisi Abdulmanap sempat dikabarkan membaik. Dalam wawancara dengan ESPN, Ali Abdelaziz yang merupakan manajer Khabib mengatakan, Abdulmanap mulai memberi respon meski terbatas.


"Khabib sangat kuat, keluarganya juga sangat kuat. Ayahnya sangat kuat dengan kondisi yang terus membaik. Dia membuka matanya dan sedikit merespon, sebuah tanda yang baik. Allah SWT dalam kontrol," kata Ali.


Situs RT.com melaporkan, Abdulmanap mengalami serangan jantung usai didiagnosa COVID-19. Dia kemudian menjalani operasi bypass dalam kondisi emergency dan dua kali mengalami koma.


Terkait COVID-19, Abdulmanap kemungkinan terinfeksi virus corona pada April 2020. Saat itu dia telah berada di Dagestan bersama keluaganya. Abdulmanap sempat dirawat di rumah sakit setempat dengan diagnosa pneumonia.


Namun selama perawatan kondisi Abdulmanap justru makin buruk, hingga dipindahkan ke rumah sakit militer. Selain COVID-19 dan operasi jantung, Abdulmanap juga dua kali mengalami stroke.


"Mereka bisa merawat jantungnya tapi tidak dengan otaknya. Sehingga dia tidak pernah sadar dari koma. Situasinya sudah sangat serius dan terlambat," kata Ramazan Rabadanov yang merupakan saudara keluarga Nurmagomedov.


Dikutip dari Insider, Rabadanov mengatakan dokter telah melakukan hal terbaik untuk kesembuhan ayah Khabib Nurmagomedov. Namun situasinya sudah sangat buruk hingga Abdulmanap akhirnya meninggal dunia pada 3 Juli 2020.


Dalam wawancara pada Mei 2020, Khabib pernah mengatakan sedikitnya 20 orang dalam keluarganya terinfeksi virus corona. Sebagian masih menjalani perawatan namun yang lain telah meninggal dunia.

https://indomovie28.net/operation-chromite-2016/