Sabtu, 26 Juni 2021

Ahli Khawatirkan Infeksi Jamur Hijau-Varian Delta, Risiko Kematian 3X Lipat

 Para ilmuwan memperingatkan bahwa infeksi jamur hijau yang belum lama terdeteksi ini berkaitan dengan varian Delta, yang disebut tiga kali berisiko menyebabkan kematian. Kasus pertama infeksi jamur hijau atau aspergillus ini terdeteksi di India pada minggu lalu.

Tetapi, para ahli khawatir banyak kasus infeksi jamur ini yang tidak terdeteksi. Para ilmuwan di Woon Chong dari Albany Medical Center di Negara Bagian New York menemukan bahwa aspergillus ini ditemukan pada 13,5 persen pasien, dengan infeksi COVID-19 parah yang dirawat di rumah sakit.


Dikutip dari The Sun, para ahli mengamati 19 penelitian di seluruh dunia. Mereka mendeteksi 1.421 pasien dengan infeksi jamur aspergillus atau aspergilosis paru berkaitan dengan virus Corona. Kondisi ini juga bisa disebut dengan istilah CAPA.


CAPA merupakan infeksi paru yang bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan benar. Ini bisa didiagnosis menggunakan sampel antigen paru dan saluran napas.


Para ahli mengatakan hampir setiap pasien yang sakit kritis akibat COVID-19 dan CAPA harus menggunakan ventilator. Tetapi, mereka juga menyoroti sebanyak 12,5 persen pasien itu juga menderita penyakit lain, seperti leukemia.


Artinya, orang dengan riwayat penyakit sebelumnya lebih berisiko mengalami masalah kesehatan ini. Meski begitu, para ahli tidak memberikan indikasi pasien CAPA bisa terlindungi dari COVID-19 atau tidak pasca divaksinasi.


Risiko kematian CAPA lebih tinggi dari COVID-19

Berdasarkan tinjauan para ahli di Institute of Medical Education and Research, Chandigarh, India, risiko kematian akibat CAPA 2,9 kali lebih tinggi dibandingkan pasien dengan infeksi COVID-19 yang parah.


Melihat itu, pakar aspergillosis di Universitas Manchester dan Kepala Eksekutif Dana Aksi Global untuk Infeksi Jamur, Prof David Denning, khawatir bahwa banyak kasus jamur hijau yang mungkin tidak terdeteksi di India. Menurutnya, hal ini cukup mengkhawatirkan.


"Kesadaran mengenai ancaman CAPA ini sudah disorot para ahli sejak tahun 2020 lalu. Tapi, nampaknya tidak ada kesiapan untuk mendiagnosisnya sejak pandemi Corona kian memburuk di India," kata Profesor David.


"Mengingat meluasnya penggunaan kortikosteroid dan sifat jamur hijau yang yang ada di mana-mana, mungkin ada puluhan ribu kasus. Aspergillosis yang tidak diobati hampir selalu berakibat fatal," lanjutnya.


Selain itu, berdasarkan tinjauan para ahli di Institute of Medical Education mengungkapkan pasien Corona dengan CAPA biasanya akan menjalani perawatan di RS lebih lama.


"Pasien dengan CAPA juga memiliki risiko kematian yang lebih tinggi, sehingga diagnosis dini dengan terapi yang cepat harus dipastikan," pungkasnya.

https://maymovie98.com/movies/eight-hundreds-march-to-beipo/


Kapan Harus Tes COVID-19? Begini Ketentuannya


Di tengah lonjakan kasus COVID-19 saat ini, banyak orang yang khawatir dan mulai melakukan tes Corona untuk memastikan dirinya tidak terinfeksi. Tetapi, kapan harus tes COVID-19?

Kondisi pademi COVID-19 yang mulai meningkat membuat masyarakat semakin waspada dan melakukan berbagai pencegahan. Mulai dari menggunakan masker dobel, tetap berada di rumah, hingga melakukan tes COVID-19 seperti swab antigen secara berkala.


Tes swab antigen hingga PCR yang ada saat ini berfungsi memastikan secara akurat apakah seseorang terinfeksi COVID-19 atau tidak. Tetapi, kapan harus tes COVID-19 yang tepat?


1. Saat melakukan kontak erat dengan pasien COVID-19

Jika seseorang telah melakukan kontak erat dengan orang yang positif COVID-19, dianjurkan untuk segera melakukan tes COVID-19. Untuk mengetahui kapan harus tes COVID-19, idealnya bisa langsung melakukan tes PCR 3-5 hari pasca kotak itu terjadi.


"Idealnya (melakukan pemeriksaan) 3-5 hari setelah kontak erat dengan pasien positif, atau langsung ketika ada gejala," jelas dokter spesialis paru sekaligus pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI), dr Erlang Samoedro, SpP(K), yang dikutip dari CNN Indonesia, Sabtu (26/6/2021).


Dalam jangka waktu tersebut, seseorang sedang dalam masa inkubasi (jika memang terinfeksi). Jika terlalu awal melakukan tes bisa membuat hasil yang tidak akurat, sebab jumlah material genetik (CT Value) virusnya lebih sedikit sehingga tidak terdeteksi.

https://maymovie98.com/movies/i-spit-on-your-grave/

Kadinkes Kudus Ceritakan Kondisinya Saat Terinfeksi Corona Varian Delta

   Kabupaten Kudus menjadi daerah satu-satunya ditemukan virus Corona varian Delta asal India di Jawa Tengah. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, Badai Ismoyo pun mengaku ternyata menjadi bagian sampel orang yang positif COVID-19 varian Delta. Lalu bagaimana ceritanya?

"Tetap dilakukan tracing (saat ditanya upaya tracing terhadap orang positif Corona varian Delta), boleh dikatakan termasuk saya, istri saya itu yang terperiksa dalam spesimen itu tersebut, saya positif COVID-19 varian Delta," kata Badai kepada wartawan di sela-sela meninjau vaksinasi di Kudus, Sabtu (26/6/2021).

https://maymovie98.com/movies/the-mole-song-hong-kong-capriccio/


Badai menjelaskan sebelum terkonfirmasi positif COVID-19 dan hasil whole genome sequencing (WGS) terkena varian Delta, dia tidak pergi ke mana-mana. Dia mengaku hanya rutinitas bekerja ke kantor dan pulang ke rumah.


"Sementara masa inkubasi selama 14 hari. Selama 14 hari itu saya tidak kemana-mana saya berada di rumah saja, rumah kantor, saya ngurusi rusunawa (tempat isolasi terpusat) saat itu ya," ungkapnya.


"Itu saja, terus itu saja. Tidak keluar kota. Setelah itu saya isolasi, sampai jalan tidak pernah tahu, karena di rumah," ungkapnya.


Dia menjelaskan sekitar 1 Juni 2021 lalu dikonfirmasi positif COVID-19. Dia pun mengaku spesimen dirinya kemudian dikirim untuk diteliti kemungkinan ada varian baru. Disebutkan hasilnya pun positif COVID-19 varian Delta pada 12 Juni 2021 bersama 28 sampel lainnya.


"Saya positif varian delta, saya membuktikan saya sendiri yang terkena delta itu dalam posisi tidak kemana-mana. Memang sumbernya dari mana tidak tahu. Sementara waktu sumber lain, hampir sama, tidak ada kontak yang ke mana-mana. Kontak mungkin itu lebaran, itu pun lokalan. Peristiwa mudik, pemudik tenaga kerja yang berasal dari sana kurang lebih waktu yang TKI sempat melintas bukan berasal dari India. Dan saat melintas juga disarankan untuk dilakukan tes swab perjalanan tidak ada dalam positif, tidak ada," ungkapnya.


Kadinkes Kudus juga menyebut gejala yang ia alami saat terinfeksi Corona varian Delta. Apa saja?


Gejala yang dialami

Badai mengatakan dirinya termasuk orang tanpa gejala. Pada saat dinyatakan positif Corona Badai menjalani isolasi mandiri di rumah. Meski demikian, Badai mengaku sempat mengalami gejala pusing hingga telinga tuli.

"Yang saya alami, gejalanya itu pusing, berbeda sedikit telinga agak tuli. Saya kena baru itu," lanjut Badai.


Badai menjelaskan bahwa dirinya menjadi salah satu tenaga kesehatan yang sudah divaksin. Sehingga menurutnya saat terkonfirmasi Corona tidak berdampak secara signifikan. Kini dia pun mengaku bersyukur karena sudah dinyatakan sembuh dari Corona.


"Saya sudah divaksin, bersama sebanyak 7.000 nakes telah mendapatkan vaksin lengkap, yang terpapar (Corona) 700 an nakes, artinya sudah divaksin yang kalau sampai terpapar cuman 10 persen saja (700 nakes). Lha kemudian mereka 10 persen 700 nakes itu dalam posisi tanpa gejala, hanya 19 nakes itu dirawat dengan gejala ringan," jelasnya.


"Terus pada Minggu kemarin bahwasannya 90 persen sudah selesai isolasi, yang dirawat sudah sembuh. Karena sudah divaksin agak terhindar terburuk," sambung Badai.


"Artinya ada efektivitas vaksin punya manfaat daripada tidak, memang vaksin bukan Tuhan, tapi setidaknya perintahnya untuk berikhtiar," pungkas dia.

https://maymovie98.com/movies/my-friends-daughter/