Banyak pasien virus Corona terkena stigma negatif dari masyarakat. Hal ini diungkap oleh sebuah survei Kelompok Peminatan Intervensi Sosial Psikolog Universitas Indonesia.
Hasil survei dilakukan secara daring, melibatkan 181 responden dengan kriteria umur 18 tahun ke atas dan mereka pernah atau sedang terinfeksi Corona. Survei dilaksanakan pada tanggal 7 hingga 16 Agustus 2020. Stigma sendiri bisa mengganggu kesehatan mental bagi mereka yang mengalami.
"Dampak stigma bisa mengganggu terhadap kesehatan mental atau kesehatan jiwa mereka yang terstigma," jelas Dicky Pelupessy, PhD, salah satu anggota dari laporCovid-19 dalam Webinar, Kamis (27/8/2020).
"Stigma adalah suatu pandangan, suatu prasangka emosional negatif, kemudian sering kali diikuti oleh dengan tindakan-tindakan negatif," tambahnya.
Hasil survei menunjukkan sebanyak 33 persen wanita dijauhi dan dikucilkan. Sementara itu, 27 persen pasien Corona pria juga dijauhi dan dikucilkan.
Berikut hasil detail survei:
Ditolak untuk mendapatkan dan menggunakan layanan fasilitas umum:
- Perempuan 2 persen
- Pria 6 persen
Diusir dari lingkungan tempat tinggal:
- Wanita 2 persen
- Pria 4 persen
Diberhentikan dari pekerjaan:
- Pria 1 persen
Dibiarkan tidak menerima bantuan:
- Wanita 5 persen
- Pria 3 persen
Dijuluki pembawa atau penyebar virus:
- Wanita 30 persen
- Pria 15 persen
Menjadi buah bibir dan digosipkan:
- Wanita 53 persen
- Pria 41 persen
Dirundung di media sosial:
- Wanita 11 persen
- Pria 6 persen
Lainnya:
-Wanita 31 persen
- Pria 28 persen
Bukannya Puas, Pria Ini Justru 'Alergi' Setiap Kali Orgasme
Umumnya pria akan merasa bahagia ketika mencapai klimaks saat berhubungan seks. Namun seorang pria berusia 25 tahun justru bernasib malang lantaran setiap orgasme ia akan mengalami alergi.
Dikutip dari Daily Star, pria yang tak ingin disebut namanya ini mengaku mengalami gejala seperti kelelahan, cemas, dan sakit kepala layaknya sedang terkena flu.
Kejadian ini pertama kali dipublikasikan oleh dokter Jose Bolanos, di jurnal Urology Case Reports. Setelah melalui serangkaian tes untuk memeriksa kondisinya, Bolanos pun mendiagnosa bahwa pria tersebut mengalami post orgasmic illness syndrome (POIS).
"POIS merupakan kasus yang jarang diidap oleh pria, terlebih gejalanya terjadi pada saat ejakulasi. Gejalanya yaitu meliputi kelelahan, mata terbakar, sulit konsentrasi, depresi, dan lemas," tuturnya.
Menurut Bolanos efek dari POIS bisa biasa dialami sang pria sampai satu minggu. Karena alasan itu sang pria memilih untuk tidak masturbasi atau berhubungan seks.
"Gejala bermula saat usianya 16 tahun bersamaan dengan matangnya sisi seksualitas dan berjalan terus sepanjang waktu. Setiap mengalami ejakulasi, baik pada saat masturbasi atau pun penetrasi dengan pasangannya," ucap Bolanos.
Pada akhirnya sang pria diberikan terapi hormon. Setelah 6 bulan menjalani terapi ia dilaporkan sudah membaik dan gejala POIS-nya hilang.
https://nonton08.com/bodyguard/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar