Saat Indonesia masih berwujud Sundaland, planet Bumi lagi dingin-dinginnya. Apakah ada es dan salju di Indonesia?
Untuk menjawab hal ini, detikINET berbincang dengan ahli Paleontologi ITB, Profesor Yahdi Zaim. Dia mengatakan pada Periode Last Glacial sekitar 18.000 tahun lalu, es memang menutupi sebagian Bumi.
Yahdi memberikan gambaran bahwa es di Kutub Utara dan Kutub Selatan jauh lebih luas dari es yang ada hari ini. Es di Kutub Utara meluas sampai Kanada dan Skandinavia.
Sedangkan es di Kutub Selatan, meluas sampai hampir ke Afrika Selatan dan ujung Amerika Selatan. Indonesia yang ada di khatulistiwa dan masih berwujud Sundaland, aman dari es tapi hawanya dingin banget.
"Meskipun, khatulistiwa tetapi relatif dingin. Suhunya (Indonesia-red) rata-rata 5-10 derajat Celcius, kalau rata-rata dunia saat itu -8 derajat Celcius," kata Yahdi, Sabtu (15/8/2020).
Apakah ada es dan salju di Indonesia? Yahdi mengatakan salju abadi di Pegunungan Jayawijaya Papua, sudah ada sejak Zaman Es.
"Saya tidak punya data soal es di Indonesia. Tapi yang signifikan itu di Papua. Es di Papua dulu lebih luas dari sekarang," kata Yahdi.
Para ilmuwan pun sempat menduga ada salju di pegunungan perbatasan Kalimantan dan Malaysia saat Zaman Es. Namun hal itu belum pernah terbukti secara ilmiah.
Sementara itu, embun es seperti yang sekarang terjadi di Dieng, menurut Yahdi kemungkinan juga sudah terjadi sejak Zaman Es di Sundaland. Sejak 2-3 juta tahun lalu, posisi Indonesia sudah di Khatulistiwa, sehingga kondisi iklim tidak jauh beda dengan sekarang.
"Kondisi embun es seperti Dieng mestinya sama. Puncak-puncak gunung ya sama kondisinya," pungkasnya.
Misteri Benua Tenggelam di Indonesia
Kita hanya tahu Indonesia mau berumur 75 tahun. Tapi sejatinya negeri ini sangat tua, dan ilmuwan memastikan ini adalah benua Sundaland yang tenggelam.
Banyak orang tahu Zaman Es, dan mungkin menonton film animasi Ice Age. Tapi, tampaknya hanya sedikit orang yang memahami betapa Zaman Es ratusan juta tahun lalu mengubah sebuah negeri yang kini menjadi Indonesia.
Yang mengejutkan dunia adalah, fakta adanya benua yang tenggelam di Indonesia. Benua tenggelam ini lantas dikait-kaitkan dengan legenda Atlantis, seperti dalam beberapa buku yang laris di pasaran.
Lalu, satu persatu ilmuwan membuktikan keberadaan benua tenggelam ini. Tapi, legenda Atlantis dan fakta ilmiah benua tenggelam, tidak sama ceritanya. Masyarakat umum di luar komunitas akademik, sepertinya perlu tahu lebih banyak.
Untuk itu, detikINET pun berdiskusi dengan Ahli Paleontologi ITB, Profesor Yahdi Zaim. Dia mengungkap betapa Zaman Es mengubah total kehidupan di masa silam.
"Zaman Es itu dari 300-500 juta tahun lalu dengan puncaknya 250 juta tahun lalu. Suhu Bumi kita dalam kondisi yang sangat turun. Daratan es di kutub bertambah dan laut kita berkurang volumenya," kata Yahdi, Sabtu (15/7/2020).
Zaman Es ini pelan-pelan berakhir dalam periode yang disebut Last Glacial Period pada 18 ribu tahun lalu. Indonesia pun mengalami Zaman Es. Apa yang terjadi di Indonesia saat itu?
"Permukaan laut turun 120 meter dari posisi sekarang. Laut Jawa cuma 90-100 meter, akibatnya Laut Jawa menjadi daratan," kata Yahdi.
Bukan cuma Laut Jawa, tapi juga Selat Malaka dan Laut Natuna. Indonesia menjelma menjadi sebuah benua besar. Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Semenanjung Malaysia bersatu.
Benua satu lagi muncul di Indonesia Timur. Laut Arafura juga menjadi daratan sehingga Papua dan Australia bersatu. Laut dalam di Indonesia tengah tetap memisahkan Sulawesi, Flores dan Maluku dari dua benua di kanan dan kirinya.
"Akhirnya ini disebut Paparan Sunda dan Paparan Sahul," kata Yahdi.
Misteri benua yang tenggelam pun terungkap sudah dan diakui secara ilmiah. Ada apa saja di dalam benua ini, siapakah manusia yang menghuninya, bagaimana peradaban mereka? Jangan lewatkan artikel-artikel selanjutnya hanya di detikINET.
https://indomovie28.net/sexy-voice-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar