Sebuah rangkaian penelitian baru mengungkap bahwa ditemukannya tanda-tanda kekebalan atau antibodi yang kuat dan bisa bertahan lama, pada tubuh pasien Corona yang mengalami infeksi atau gejala ringan. Hal ini menjadi harapan baru tentang adanya antibodi untuk menjaga tubuh dari infeksi virus tersebut.
Penelitian itu menemukan bahwa antibodi dan sel kekebalan yang mampu mengenali virus Corona muncul beberapa bulan setelah infeksi selesai. Adanya penemuan bisa mematahkan kekhawatiran sebelumnya yang meragukan tubuh tidak bisa membentuk antibodi untuk menangkal virus.
"Ini sesuai seperti apa yang diharapkan," kata Marion Pepper, ahli imunologi di Washington University sekaligus penulis penelitian tersebut, dikutip dari Fox News, Selasa (18/8/2020).
"Semua memiliki respons kekebalan yang sangat protektif," lanjutnya.
Meskipun para ilmuwan ini belum memperkirakan berapa lama kekebalan tubuh itu akan bertahan, mereka sudah memantau ini sejak awal dan percaya bahwa penemuan ini bisa menjadi berita yang menggembirakan.
Saat tubuh memiliki mekanisme pertahanan tubuh tersebut, bisa menjadi peluang yang baik untuk mencegah tubuh terinfeksi virus itu lagi.
"Ini sangat menjanjikan. Ini membutuhkan optimisme tentang kekebalan kawanan, dan kemungkinan vaksin," kata ahli imunologi di California University, Smita Iyer.
Namun, penelitian ini belum ditinjau oleh para rekan sejawat sehingga butuh pemantauan lebih lanjut.
Sebagai langkah selanjutnya, Pepper akan mengkonfirmasi dan mendapatkan bukti kuat apakah orang-orang bisa menangkal virus setelah terpapar untuk kedua kalinya.
3 Fakta Lazarus Syndrome, Fenomena 'Bangkit' dari Kematian
Kematian seorang gadis 12 tahun di Probolinggo jadi perbincangan karena hidup lagi saat jenazahnya hendak dimandikan. Ia sempat mendapat perawatan selama 1 jam sebelum akhirnya meninggal lagi.
Fenomena 'bangkit' lagi dari kematian, meski terbilang langka, sebenarnya bukan hal yang asing di dunia medis. Ada banyak kemungkinan penyebabnya, salah satunya terkait lazarus syndrome.
Beberapa fakta tentang sindrom ini terangkum sebagai berikut.
1. Diambil dari cerita kitab suci
Dikutip dari Medicalnewstoday, nama sindrom ini diambil dari cerita kitab suci yang mengisahkan Lazarus dibangkitkan lagi setelah 4 hari meninggal dunia. Didefinisikan sebagai tertundanya return of spontaneous circulation (ROSC) atau kembali berdenyutnya sistem sirkulasi setelah pemberian CPR (Cardiopulmonary Resuscitation).
Sejak pertama kali dideskripsikan dalam literatur medis pada 1982, tercatat ada sekitar 38 kasus yang dilaporkan. Sekitar 82 persen ROSC terjadi 10 menit setelah CPR dihentikan dan 45 persen pasien mengalami pemulihan sistem saraf yang baik.
Diyakini kasusnya lebih banyak dari yang dilaporkan.
2. Penyebabnya misterius
Ada berbagai spekulasi tentang penyebabnya. Salah satunya adalah tekanan yang menumpuk di dada ketika CPR diberikan. Saat CPR dihentikan, secara bertahap tekanan itu bekerja dan membuat jantung kembali berdetak.
Teori lain menyebut adanya efek tertunda dari obat-obatan yang dipakai untuk resusitasi. Misalnya adrenalin. Hiperkalemia atau kadar kalium yang tinggi dalam darah juga disebut-sebut sebagai kemungkinan penyebab.
3. Penentuan batas hidup dan mati makin menantang
Ada dua jenis kematian yang dikenal dalam medis yakni kematian klinis dan kematian medis. Kematian klinis didefinisikan sebagai tidak adanya denyut jantung, nadi, dan pernapasan. Kematian biologis ditetapkan ketika tidak ada aktivitas otak.
Dalam praktiknya, ada banyak kondisi yang membuat seseorang 'tampak' mengalami kematian. Misalnya hipotermia, yakni ketika tubuh mengalami penurunan suhu inti yang drastis akibat paparan dingin yang ekstrem dan lama.
Hipotermia menyebabkan denyut jantung dan pernapasan melambat, bahkan sampai pada titik sulit dideteksi. Diyakini hipotermia berada di balik kesalahan diagnosis kematian seorang bayi baru lahir di Kanada pada 2013.
https://indomovie28.net/jazzy-misfits/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar