Wajah wanita ini menjadi berbintik-bintik menyerupai hewan cheetah usai berciuman dengan pria tak dikenal yang baru ditemuinya. Bintik-bintik pada wajah wanita bernama Aimee Godden ini sulit disembuhkan.
DIketahui, ternyata pria yang berciuman dengannya itu mengidap penyakit tonsilitis atau radang amandel, dan menularkannya. Hal ini membuat Aimee meminta dukungan banyak orang terkait kondisinya yang terjangkit penyakit yang sulit disembuhkan itu melalui media sosial.
Di media sosialnya, ia pun menceritakan bahwa dirinya sudah pernah mengalami psoriasis atau kondisi sel-sel kulit yang menumpuk dan muncul bercak bersisik yang gatal serta kering.
"Saya pertama kali menderita psoriasis ringan di usia 14 tahun. Saat itu muncul beberapa bercak di tubuh saya, tetapi bisa disembunyikan di balik pakaian," kata Aimee, yang dikutip dari The Sun, Selasa (18/8/2020).
"Saya pun tidak terlalu mengkhawatirkan itu, sampai pada tahun 2018 saya mengalami penyakit yang parah. Itu dipicu saat saya berciuman dengan orang yang tidak saya kenal saat malam tahun baru, dan ternyata dia mengidap tonsilitis," lanjutnya.
Setelah ciuman itu, ternyata Aimee tertular penyakit itu dan membuat timbul bercak kulit kering pada bagian dahi, pipi, dan dadanya. Bercak itu juga muncul pada seluruh lengannya, pada, hingga punggung.
Dokter mendiagnosis Aimee mengalami psoriasis guttate, dan tonsilitis yang didapatkannya setelah ciuman itulah yang memicu penyakit tersebut. Ia merasa terpukul setelah tahu bahwa penyakit ini belum ada obatnya.
Kondisi ini membuat Aimee pindah lagi untuk tinggal bersama ibunya. Ia tidak mau keluar rumah, bertemu teman, bahkan ia tidak mau untuk bercermin. Ia memilih untuk menceritakan kondisinya di media sosial Instagram, dan dari situlah ia mendapat banyak tanggapan positif.
"Menurut orang-orang yang mengalami kondisi seperti saya, mereka mengatakan saya telah memberi mereka kepercayaan diri. Kami saling membantu,"
Menurut Aimee, psoriasis ini membuatnya tidak nyaman, gatal, dan muncul rasa terbakar pada kulitnya. Bahkan ia tidak bisa menggunakan bra karena bisa memperburuk kondisi kulitnya.
Psoriasis yang dialaminya juga membuat rambut Aimee rontok hingga ia terpaksa harus menggunakan wig. Untuk perawatannya, Aimee harus rutin memotong kukunya, menggunakan krim kulit, sampai melakukan terapi cahaya.
Daftar Riset Obat COVID-19 di Berbagai Negara yang Diklaim Menjanjikan
Riset obat COVID-19 di berbagai negara tengah dikembangkan. Tidak sedikit di antaranya yang diklaim menunjukkan efek menjanjikan.
Salah satunya remdesivir dari perusahaan Gilead AS yang disetujui secara darurat oleh Food and Drug Administration (FDA). Remdesivir sendiri sebelumnya dinilai Gilead sudah berhasil diuji klinis dan kini juga digunakan beberapa negara termasuk di Jepang.
Berikut rangkuman obat yang dinilai menjanjikan, dikutip dari New York Times.
1. Obat kombinasi Corona, REGN-COV2
Peneliti dari perusahaan farmasi Regeneron Amerika Serikat (AS) tengah mengembangkan obat yang dirancang untuk mencegah dan mengobati infeksi akibat virus Corona. Penelitian ini pun sudah masuk pada tahap akhir, yaitu uji klinis pada manusia.
Obat ini dikenal dengan nama REGN-COV2. REGN-COV2 ini merupakan kombinasi dari dua antibodi yang menempel dan membantu menetralkan virus Corona, serta menghambat kemampuannya untuk menginfeksi sel sehat manusia.
"Kami menjalankan uji coba adaptif simultan untuk bergerak secepat mungkin memberikan solusi potensial untuk mencegah dan mengobati infeksi COVID-19, bahkan di tengah pandemi global yang berlangsung saat ini," jelas Co-Founder, presiden, sekaligus Kepala Staf Ilmiah Regeneron, Dr George Yancopoulos, yang dikutip dari Live Science, Rabu (8/7/2020).
2. Favipiravir
Salah satu temuan potensial untuk pengobatan infeksi Corona adalah favipiravir. Favipiravir merupakan kandungan aktif dalam obat flu Avigan dari Jepang.
Sebuah penelitian kecil pada bulan Maret menunjukkan bahwa obat tersebut dapat membantu menangani virus Corona pada saluran napas, tetapi hasil dari uji klinis yang lebih besar masih belum diketahui.
3. Dexamethasone
Steroid yang murah dan tersedia secara luas telah lama digunakan untuk mengobati alergi, asma, dan peradangan. Pada bulan Juni, dexamethasone menjadi obat pertama yang terbukti mengurangi kematian akibat COVID-19.
Penelitian terhadap lebih dari 6.000 orang, yang diterbitkan di New England Journal of Medicine, menemukan bahwa dexamethasone mengurangi kematian hingga sepertiga pada pasien yang menggunakan ventilator, dan seperlima pada pasien yang menggunakan oksigen. Namun, dexamethasone mungkin kurang membantu dan bahkan mungkin membahayakan pasien yang berada pada tahap awal infeksi COVID-19.
https://indomovie28.net/doraemon-nobitas-secret-gadget-museum/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar