Jumat, 26 Juni 2020

Facebook Tak Mau Lagi Jualan Oculus Murah

 Facebook berencana untuk berhenti menjual Oculus Go, headset virtual-reality harga terjangkau yang semula menyasar para pemula virtual reality (VR) yang mencari headset VR entry-level.
Raksasa media sosial itu berencana memusatkan perhatiannya pada headset VR yang lebih canggih dan mahal yakni Oculus Quest. Tentunya ini sebuah keputusan yang kurang populer.

Di saat pandemi, di mana banyak produsen perangkat berusaha membuat versi murah dari perangkat yang dijualnya agar bisa terjangkau konsumen, Facebook malah melakukan hal sebaliknya.

Namun Facebook punya alasan untuk itu. Oculus Quest seharga USD 399 (sekitar Rp 5,6 juta) dianggap sebagai sistem gaming all-in-one pertama untuk VR.

Perangkat ini sangat direkomendasikan oleh pakar VR bagi mereka yang tidak mampu membeli headset VR high-end, tetapi juga merasa nanggung kalau membeli headset yang murah dan sederhana. Maka, Facebook pun memilih fokus mengembangkan Oculus Quest.

Game-game yang dioptimalkan untuk headset tersebut. Oculus Go yang lebih murah (harga USD 200), di sisi lain mungkin kurang menarik bagi calon pembeli headset VR karena hanya menawarkan fungsi three-degrees of freedom (3DOF), yang berarti headset hanya melacak sejumlah sinyal gerakan-kepala secara terbatas.

Sebaliknya, seperti dikutip dari Laptop Mag, Oculus Quest menawarkan fungsi six-degrees of freedom (6DOF) yang menampilkan visual yang lebih dalam dan nyata di dunia virtual.

"Itulah sebabnya kami akan melakukan yang terbaik, dan kami tidak akan menjual produk VR 3DOF lagi. Kami akan mengakhiri penjualan headset Oculus Go tahun ini karena kami meningkatkan kualitas penawaran kami untuk Quest and Rift," tulis Oculus di blognya.

Facebook akan berhenti menjual Oculus Go setelah stok yang saat ini habis. Buat para pemilik Oculus Go, jangan khawatir karena Facebook berjanji akan tetap mengupdate sistem operasi untuk perangkat ini serta berbagai perbaikan bug hingga 2022. Namun, Facebook tidak akan menambahkan aplikasi baru untuk Oculus Go setelah 18 Desember 2020.

Chip Skylake Diduga Jadi Puncak Kekesalan Apple ke Intel

Keputusan Apple meninggalkan prosesor buatan Intel untuk perangkat Mac dan beralih ke Apple Silicon diduga sudah ada sejak Intel merilis Skylake, tepatnya pada 2015 lalu.
Prosesor dengan arsitektur Skylake jadi puncak kekesalan Apple terhadap performa yang dihasilkan oleh chip buatan Intel tersebut. Appe tak puas dengan performa yang dihasilkan oleh prosesor keluaran 2015, yang kemudian dipakai di jajaran iMac keluaran 2015 dan MacBook dan MacBook Pro keluaran 2016.

Hal ini diutarakan oleh François Piednoël, seorang mantan engineer Intel. Menurutnya ada sejumlah keluhan terhadap Intel Skylake saat itu, dan Apple adalah klien Intel yang paling banyak mengeluhkan arsitektur tersebut.

"Jaminan kualitas di Skylake lebih dari sekadar masalah, melainkan keburukannya sangat abnormal. Kami mendapat terlalu banyak keluhan terkait Skylake. Pada dasarnya rekan kami di Apple menjadi pelapor masalah nomor satu di arsitektur tersebut," ujar Piednoël.

"Jaminan kualitas yang sangat buruk dari Skylake jadi penyebab bagi mereka (Apple) untuk meninggalkan platform tersebut. Apple pasti sangat membenci Skylake," tambahnya.

Namun rasanya tak masuk akal jika kegagalan satu generasi arsitektur membuat Apple meninggalkan plaform Intel. Seharusnya Apple punya alasan lain untuk beralih dari chip buatan Intel ke Apple Silicon.

Mungkin salah satu alasan tersebut adalah Apple bisa mengontrol apa saja yang bisa dibenamkan ke dalam Apple Silicon, tak sekadar bergantung pada pabrikan pembuatnya. Sebabnya Apple dikenal sebagai pabrikan yang sangat menghargai integrasi hardware dan software.
https://kamumovie28.com/sword-art-online-alicization-episode-4-subtitle-indonesia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar