Ilmuwan membuktikan adanya kaitan hormon kortisol dengan risiko kematian pada pasien virus Corona COVID-19. Hormon ini dikenal sebagai hormon stres karena kadarnya meningkat dalam situasi tertekan.
Dalam penelitiannya, para ilmuwan dari Imperial College London mengamati 535 pasien di tiga rumah sakit di London. Sebanyak 403 di antaranya terinfeksi virus Corona.
Kadar kortisol meningkat hingga 3.241 nm/l pada pasien yang terinfeksi, yang dikategorikan mengkhawatirkan. Pada orang sehat, kadarnya berkisar antara 100-200 nm/l dan mendekati nol saat tidur.
Pasien dengan kadar kortisol 744 nm/l atau lebih rendah mampu bertahan hidup rata-rata 36 hari. Sementara pasien dengan kadar kortisol lebih dari 744 nm/l hanya bertahan selama 15 hari.
Temuan ini dipublikasikan di jurnal The Lancet Diabetes and Endocrinology.
"Sekarang, ketika orang tiba di rumah sakit, kita punya penanda sederhana lain untuk dipakai bersama saturasi oksigen, untuk membantu mengidentifikasi pasien mana yang butuh dirawat sesegera mungkin," kata Waljit Dhillo, profesor endokrinologi dari Imperial College London, dikutip dari Metro.
Ilmuwan Bandingkan Virus Corona Indonesia dengan Virus di Wuhan, Hasilnya?
SARS-CoV-2, jenis virus Corona yang menyebabkan COVID-19, terus bermutasi. Namun yang mewabah di Indonesia diyakini tidak jauh berbeda dibanding virus yang mewabah di Wuhan, tempat pandemi berawal.
Hal ini diungkap oleh ahli virus Universitas Udayana, Prof Ngurah Mahardhika. Menurutnya ada berbagai varian virus Corona di Indonesia saat ini.
"Kita lihat bahwa ada beberapa virus yang bahkan persis dengan Wuhan, ada yang beda tetapi tidak banyak," jelas Prof Ngurah di siaran langsung BNPB melalui kanal YouTube Kamis (18/6/2020).
Kalaupun berbeda, perbedaan tidak terletak pada binding site sehingga tidak membuat virus jadi lebih ganas. Meski demikian, bukan berarti bisa diremehkan. Protokol kesehatan tetap harus dipatuhi karena hingga kini belum ada vaksin maupun obatnya.
Kabar baiknya lagi adalah, vaksin apapun kelak yang ditemukan kemungkinan akan bisa digunakan di Indonesia. Adanya kemiripan virus Corona yang ada di Indonesia dengan virus lain di dunia membuat bibit vaksin manapun akan bermanfaat.
Waktu Terbaik Main Layangan dan Tips Lain Agar Kulit Tak Gosong Kepanasan
Musim layangan telah tiba, baik anak-anak maupun orang dewasa berlomba-lomba saling mengadu layangan di udara. Tetapi, tanpa disadari jika terlalu lama terpapar sinar ultraviolet (UV), kulit dan mata pun bisa menjadi rusak.
Sinar ultraviolet merupakan radiasi gelombang elektromagnetik dari matahari. Sinar ini bisa bermanfaat bagi tubuh jika terpapar pada waktu tertentu, tetapi bisa juga menyebabkan masalah kesehatan.
Karena itu, sebaiknya jika ingin bermain layangan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kesehatan kulit dan mata tetap terjaga. Dirangkum detikcom, berikut adalah tips sehat saat bermain layangan.
1. Main saat pagi atau sore
Dokter kulit dari Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin Pramudia, Jakarta Barat, dr Anthony Handoko, SpKK, mengatakan sebaiknya hindari bermain layangan saat sinar ultraviolet sedang terik-teriknya, yaitu antara pukul sebelas sampai empat belas siang. Karena itu, pagi atau sore hari bisa jadi waktu pilihan untuk bermain layangan.
"Kalau main outdoor tentu tidak disarankan disaat teriknya sinar ultraviolet," kata dr Anthony kepada detikcom, Jumat (19/6/2020).
"Efek yang paling buruk kepada kulit dan yang paling sering terjadi adalah kulitnya terbakar, penuaan dini jadi berkerut kulitnya kering, sampai terjadi kanker kulit," lanjutnya.
2. Waktu terbaik di bawah jam 9 pagi
Menurut dr Anthony, waktu terbaik untuk bermain layangan adalah di bawah pukul sembilan pagi. Sebab, berbagai macam manfaat dari sinar ultraviolet bisa didapatkan pada waktu tersebut.
"Mainlah sebelum jam sembilan, jadi Anda tetap mendapatkan manfaat yang baik, dan juga Anda tidak terpapar manfaat yang buruk," jelasnya.
"Manfaat positifnya untuk pertumbuhan tulang, dia bagus untuk pertumbuhan imunitas kita, pembentukan vitamin D, pembentukan otot, jadi itu fungsinya ultraviolet," lanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar