Gedung vertikal sudah biasa, tapi bagaimana kalau horizontal? Kabarnya China tengah membangun sebuah gedung horizontal tertinggi di dunia.
Adalah The Crystal, sebuah gedung horizontal di China yang tengah dibangun di Chongqing City. Dikumpulkan detikTravel dari berbagai sumber, Selasa (5/3/2019), rencananya gedung itu akan memiliki panjang 250 meter ke samping seperti diberitakan media The Sun.
Secara teknis, gedung yang merupakan bagian dari Raffles City Chongqing tersebut akan dibuat memanjang di puncak gedung pencakar langit dengan 60 lantai. Gedung itu pun akan menyambungkan empat gedung pencakar langit yang terpisah layaknya jembatan.
Selain berfungsi menyambung keempat gedung pencakar langit, nantinya The Crystal juga akan dilengkapi dengan hotel, restoran, toko, kantor hingga hunian pribadi.
Tak hanya itu. Rencananya juga akan dibangun observatory deck, infinity pool hingga sky walk di The Crystal. Di malam hari, gedung itu akan mempertontonkan pertunjukan cahaya di atas kota.
Diketahui, gedung itu dibangun oleh arsitek bernama Moshe Safdie yang jugaa membangun gedung Marina Bay Sands di Singapura. Tidak heran.
Keempat gedung pencakar langit di bawah The Crystal pun dibuat sedikit miring, menyerupai layar perahu yang dahulu berjaya dalam perdagangan di Kota Chongqing.
Apabila semua berjalan sesuai rencana, The Crystal akan rampung pada akhir tahun ini. Penasaran nanti jadinya akan seperti apa.
Jejak Sejarah Perang di Negeri Ginseng, Korea Selatan
Korea Selatan tidak sekedar menyimpan romantisme maupun keindahan negaranya, tapi juga mengenai cerita ironi tentang perang yang jadi jejak sejarah.
Saya mengunjungi Museum War Memorial of Korea di suatu pagi menjelang tengah hari kala kebosanan menikmati metropolitan kota Seoul. Seorang teman asal Jepang menyarankan untuk ke museum yang akhirnya membawa langkah kaki ini museum perang tersebut.
Beroperasi sejak tahun 1994, museum ini terletak di Yongsan-dong,Yongsan-gu yang tak jauh dari kawasan Itaewon. War Memorial of Korea merupakan museum sejarah militer Korea yang dibangun di atas bekas situs markas tentara kala itu. Selain bertujuan untuk mengenang cerita sejarah perang yang memilukan, juga sebagai tempat belajar untuk mencegah terjadinya perang. Dan, tentunya terselip harapan untuk bisa kembali hidup damai antara Korea Utara dan Korea Selatan.
Memasuki gerbang museum, saya disambut dengan Statue Of Brothers, atau lebih tepatnya tugu anggota tentara kakak-adik yang sedang berpelukan. Tugu tersebut mempresentasikan kakaknya sebagai anggota tentara Korea Selatan sementara si adik dari Korea Utara. Sebuah simbolik yang membuat saya cukup tertegun lama teringat pada perang saudara yang masih menyisakan cerita luka mendalam hingga saat ini.
kaki saya mulai menelusuri halaman museum yang terbentang luas dengan pepohonan rindang dan bangku taman. Saya pun mengambil waktu sejenak untuk beristirahat di bangku taman, melempar pandangan lepas. Ada banyak tugu anggota tentara, alat transportasi yang digunakan saat perang dari mulai kapal, pesawat tempur, tank dan lain sebagainya. Di depan saya terbentang kolam yang cukup luas diantara kemegahan bangunan yang berdiri dengan kokoh.
Ditengah terik mentari musim gugur namun masih menyisakan semilir angin yang membuat tubuh mengigil kedinginan, saya kembali melangkah dan terhenti sesaat. Terpaku pada satu prasasti yang menceritakan secara singkat mengenai perang korea. "The Tragedy of the Korean war, which began early in the morning of june 25 1950 with North Korea's ilegal invasion of the south.Resulted over 4 million casualties, 10 million dispersed family members, and $23 billion in property damage across the nation." Begitu yang tertulis di prasasti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar