Hari Raya Nyepi di Bali identik dengan ogoh-ogoh, patung raksasa. Kian tahun pembuatan ogoh-ogoh ini makin kreatif, menggunakan teknologi dan berbahan dasar ramah lingkungan. Keren!
Salah satu ogoh-ogoh yang memanfaatkan teknologi itu dibuat oleh Sekaa Teruna Satwika, Banjar Jematang, Dauh Puri Kauh, Denpasar Barat. Ogoh-ogoh yang mereka buat mengambil tema Bima Bhaksa dengan tokoh Rsi Drona, Bima, serta raksasa kembar bernama Rukmakala dan Rukmuka.
"Tertarik mengangkat tokoh Bima karena kesetiannya kepada gurunya. Apapun yang dikatakan (instruksi) tetap menajalankan tugas dari gurunya," kata Ketua Panitia Ogoh-ogoh Banjar Jematang, AA Ngurah Tresna Adnyana di Denpasar, Bali, Minggu (3/3/2019).
Ogoh-ogoh ini dijalankan menggunakan perintah suara, dengan perintah 'Hidupkan Bima' kepala ogoh-ogoh Bima itu bisa bergerak ke kanan maupun kiri. Begitu juga ketika perintah 'Hidupkan Rsi Drona maupun Rukmakala atau Rukmuka' kepala ogoh-ogoh itu lalu berputar-putar.
Tak hanya itu, ketika diperintah 'putar' keempat ogoh-ogoh itu bisa berputar 360 derajat. Teknologi itu menurut Ngurah dan Ketua ST Satwika, Gde Putu Artha Jaya dibuat dari bahan-bahan yang ada di bengkel.
"Kami belajarnya otodidak, lihat dari Youtube. H-2 jam penilaian mesinnya rusak. Kita langsung perbaiki dan finish jam 11.00 WITA dan langsung dinilai jam 14.00 WITA," cetus Gde.
Ogoh-ogoh setinggi 4,5 meter itu memiliki berat mencapai 300 kg dan menelan biaya kurang lebih Rp 36 juta. Ngurah menyebut pembuatan ogoh-ogoh itu tidak menggunakan bahan dasar styrofoam.
"Pembuatannya dari 4 Desember 2018 terakhir finishnya tanggal 27 Februari 2019. Ogoh-ogoh itu dibuat dari bahan ramah lingkungan seperti bambu, kertas koran, rotan, pokoknya no styrofoam," ujar Ngurah.
"Habisnya kurang lebih Rp 36 juta akai dana dari desa, bansos dan penggalangan dana. Dikerjakan kurang lebih 30 orangan," sambungnya.
Ngurah dan Gde kompak menyebut para pemuda banjar sampai lembur untuk menyelesaikan ogoh-ogoh tersebut. Kerja keras mereka pun terbayar karena ooh-ogoh itu mendapatkan penilaian tertinggi untuk wilayah Denpasar Barat dengan skor 87.
"Puji syukur ke Tuhan yang memberi anugerah, terima kasih ke temen-temen juga yang sudah membantu. Ini secara tidak langsung, dari orang tua maupun teman-teman Seka Teruna bangga," ujarnya.
Anak-anak di Banjar Jematang juga dilibatkan dalam pembuatan maupun pawai ogoh-ogoh di malam sebelum Nyepi yaitu tanggal 6 Maret 2019 mendatang. Saat parade ogoh-ogoh, sejumlah anak-anak bakal dilibatkan untuk menabuh gamelan pengiring.
"Karena kan sudah dilarang pakai sound system, anak-anak ini dilibatkan jadi (pasukan) pemain gamelan," ujar Ngurah
3 Destinasi Ini Dijuluki Raja Ampat 'KW', Tapi Tetep Cantik
Beberapa provinsi di Indonesia punya spot-spot yang disebut mirip Raja Ampat. Ada 3 jumlahnya dan dinamai oleh penduduk setempat.
Memang tidak sama persis dengan Raja Ampat yang ada di Papua. Oleh karenanya kita sebut saja sebagai Raja Ampat KW. Meskipun begitu, jangan pandang sebelah mata. Pemandangannya juga unik dan keren lhoo.
Cara menuju ke tempat-tempat tersebut juga relatif mudah. Selain itu, biaya yang dikeluarkan juga jauh lebih murah bila dibandingkan dengan Raja Ampat asli di Papua. Dan yang paling penting, cukuplah buat bikin kamu bahagia.
Ini adalah catatan pribadi saya yang kebetulan berkesempatan mengunjungi 3 tempat yang disebut Raja Ampat KW. Ketiganya berada di provinsi yang berbeda. Selain itu, ketiganya juga saya kunjungi pada waktu dan kesempatan yang berbeda. Berikut rangkumannya:
1. Tanjung Bongo, Halmahera Utara, Maluku Utara
Tanjung Bongo teretak di Wilayah Indonesia Bagian Timur, tepatnya di Kecamatan Galela, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara. Di sana, terdapat sebuah tanjung yang berisi gugusan batu dipadu dengan air yang berwarna hijau terang dan jernih. Mirip Dengan Raja Ampat.
Tak terasa sudah setahun saya dan istri menuju ke tempat ini. Tepatnya di awal tahun 2018. Untuk menuju ke tempat ini bisa melalui 3 jalur, yaitu darat, laut dan udara.
Untuk jalur udara, kita bisa berangkat ke Ternate lebih dahulu. Lalu, melanjutkan penerbangan ke Galela. Setibanya di Bandara Galela, bisa menggunakan jasa ojek atau jasa mobil menuju ke Pelabuhan Galela.
Tak jauh dari Pelabuhan ini, ada sebuah pantai dan orang-orang yang menyewakan perahu untuk berkeliling ke gugusan batu yang mirip dengan Raja Ampat itu. Dulu di awal 2018, destinasi ini masih cukup sepi. Kami pun hanya membayar sewa perahu Rp 20 ribu per orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar