Jalur Neraka Pendakian Gunung Lemongan
Tepat pukul 10 pagi kami pun memulai langkah. Jalanan awal masih membentang di dalam hutan hasil reboisasi Komunitas Laskar Hijau. Semakin jauh melangkah jalur akhirnya terbuka keluar dari hutan dan didominasi oleh padang ilalang hijau. Jika memandang ke depan Gunung Lemongan yang menjulang lancip sudah dapat kita pandangi dengan leluasa.
Nafas mulai menderu, keringat pun berjatuhan akibat terik matahari yang bersinar tanpa penghalang apapun. Jalur masih terasa landai dengan beberapa tanjakan kecil sebelum kita mencapai Pos 1.
Jalur pendakian yang ada di Gunung Lemongan ini pun beragam mulai dari pada savanna kering, jalur berpasir yang mirip dengan Gunung Guntur di Jawa Barat sana, jalur hutan basah dengan tanjakan yang luar biasa persis dengan Gunung Latimojong dan satu hal yang selalu sama adalah tanjakan selepas pos 2 (Watu Gede) selalu memiliki kemiringan yang curam nan tajam.
Ketika sampai di Pos 4 (Guci) kami dapat memenuhi botol air minum kami yang telah habis, karena di pos 4 ini terdapat sebuah Guci penampungan tetesan tetesan air yang merembes dari dinding tebing batu.
Dari penuturan Mas Putut tetesan air di sini tergantung dari musim juga. Jika musim kemarau datang tetesan air akan menjadi sangat kecil dan tak terkadang pula bisa kering. Oleh karena itu para pendaki Gunung Lemongan disarankan untuk mempersiapkan persediaan air mulai dari bawah.
1 jam lagi kita sampai puncak begitu kata Mas Putut begitu beranjak dari Pos 4. Namun jalur yang ada semakin menjadi jadi. Kemiringan semakin curam, kecepatan melangkah pun semakin melambat, ditambah kabut yang mulai mendekap. Berkali kali aku pun bertanya berapa lama lagi kita sampai di puncak, berkali kali juga Mas Putut menjawab "Sebentar lagi mas kita sampai,"
Dan akhirnya tepat jam 14.15 kami tiba di Puncak Lemongan yang ditandai dengan tiang besi dengan plakat bertuliskan Puncak. Kabut begitu pekat, angin pun begitu kuat menerjang, begitulah sambutan awal ketika kami bertiga sampai di puncak.
Kawah Lemongan hanya terlihat samar dibalik pekatnya kabut. Kami benar benar memanfaatkan waktu untuk mengabadikan momen sebelum cuaca berubah menjadi semakin kelabu dengan hujannya yang begitu deras.
Berani mendaki Gunung Lemongan berarti berani juga untuk menerima resiko terberat dari mendaki gunung ini yaitu perjalanan turunnya. Karena perjalanan turun dari puncak Lemongan adalah salah satu hal terberat karena jalurnya yang begitu curam ditambah dengan medan yang berpasir dan berbatuan.
Mewajibkan kita untuk selalu berhati hati dalam melangkah turun. Jika tidak resiko terjatuh dan luka siap mengintai, itulah mengapa perjalanan turun Gunung Lemongan jangka waktunya hampir atau bisa melebihi waktu pada saat kita mendaki ke Puncak. Kami waktu itu dari basecamp ke puncak membutuhkan waktu 4 jam, sedangkan turun gunung perlu setidaknya 5 jam hingga tiba di basecamp.
Mungkin, suatu saat jika diberi waktu dan kesempatan aku akan kembali lagi ke Gunung Lemongan dengan harapan cerita cerita negatif tentang alih guna lahan sudah tak ada lagi, hutan hutan gundul di lereng gunung sudah kembali lebat, hingga cerita ranu yang selalu indah dengan airnya yang tak pernah kering. Atau bisa jadi saat aku kembali cerita masih tetap sama, Alam Gunung Lemongan masih tetap terluka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar