Selasa, 25 Februari 2020

Sampah Plastik Masih Dominasi Gunung dan Taman Nasional

 Indonesia menyambut Hari Peduli Sampah Nasional pada hari ini, Kamis (21/2). Sampah plastik masih jadi masalah besar di gunung dan taman nasional di Indonesia.

Dalam press release yang diterima detikTravel dari Kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KemenLHK), Kamis (21/2/2019), soal sampah di gunung dan taman nasional masih mendapat perhatian dalam Rapat Kerja Nasional, Pusat dan Daerah, serta Launching Gerakan Indonesia Bersih yang bertempat di KemenLHK, Manggala Wanabakti, Jakarta, Kamis (21/2/2019).

Dibuka oleh Menko Kemaritiman, Luhut B Pandjaitan, ia menyoroti akan pentingnya gerakan Revolusi Mental Kebersihan serta manfaat dari hidup sehat. Menteri KLHK, Siti Nurbaya masih menyoroti perihal sampah plastik di Indonesia yang jadi perhatian nasional mau pun internasional.

"Perhatian nasional dan internasional pada sampah juga tertuju pada sampah plastik, dengan segala potensi akibatnya kepada manusia dan satwa. Sampah plastik di laut ukuran mikro atau marine debris sangat berbahaya karena menganggu kesehatan apabila debris masuk dalam pencernaan ikan dan masuk dalam sistem rantai pangan. Pemerintah Indonesia bertekad untuk kita bersama dapat mengatasi masalah sampah laut dan plastik di Indonesia," ujar Siti.

Berdasarkan paparan dari KemenLHK yang bertajuk 'Pengelolaan Sampah Sektor Lingkungan Hidup dan Kehutanan,' sampah plastik adalah sampah yang dominan dihasilkan di destinasi wisata seperti TN Bromo Tengger Semeru (Data Non Fisik Adipura 2015-2016-red). Sampah plastik banyaknya sebesar 56%, dibandingkan sampah organik yang hanya sebesar 14%.

Sampah lain yang mengotori gunung dan taman nasional Indonesia adalah sampah kertas (12%), kaca (7%), kain (6%) dan sampah B3 (5%).

Sedangkan apabila dilihat dalam skala nasional, lebih dominan sampah organik sebesar 57%. Sedangkan sampah plastik adalah sebesar 15%. Walau begitu, sampah plastik tetap jadi momok di tempat wisata.

Milenial, Sosial Media & Traveling (Masih) Tidak Bisa Dijauhkan

Pergerakan milenial untuk pergi traveling kini menjadi sesuatu yang tidak ada habisnya. Begitupun dengan aktivitas di media sosial.

Tidak bisa dipungkiri, aktivitas milenial di media sosial jadi mayoritas pengguna. Apalagi, saat mereka pergi traveling ke berbagai tempat dan spot menarik, atau yang biasa disebut 'instagenic'.

Seperti yang diutarakan oleh Gaery Undarsa, Co-Founder & Chief Marketing Officer tiket.com, bahwa kebiasaan milenial ini berpengaruh kepada tren traveling yang terus berjalan.

"Tren wisata selalu berkembang dari tahun ke tahun. Misalnya saja saat mudik yang jadi bagian dari liburan, karena media sosial pun kita jadi tahu mau ke mana. Memilih destinasi, tempat dan sebagainya," kata Gaery saat ditemui detikTravel di Artotel Jakarta, Kamis (21/2/2019).

Menurut Gaery, industri pariwisata juga berkembang diiringi oleh program pemerintah yang semakin gencar menumbuhkan pariwisata lebih besar.

"Industri pariwisata saat ini juga paling digencarkan pemerintah. Kalau industri lain pertumbuhannya tidak signifikan, pariwisata jadi salah satu yang dinaikkan. Apalagi destinasi domestik," tambahnya.

Tambah Gaery, hal ini mempermudah milenial dengan aktivitas traveling yang terus naik. Terlebih, beberapa milenial menjadikan traveling sebagai kebutuhan utama.

"Ini jadi tren tiap tahun. Zaman dahulu, milenial traveling mungkin susah sekarang lebih mudah. Bahkan, jalan-jalan sudah jadi kebutuhan utama. Misalnya saja di kantor ya, sudah keburu beli tiket tapi belum cuti," katanya.

Namun, terkadang milenial masih sulit untuk menabung dan membagi pengeluaran untuk traveling. Menurut Aakar Abyasa, Founder & CEO Jouska Indonesia, hal ini patut dipertimbangkan lebih lanjut.

"Kita harus tahu dulu mana pengeluaran wajib mana bukan. Misalnya saat ini, disisihkan sebagian untuk menabung di masa depan. Jangan semuanya dipakai dahulu. Jadi, beberapa tahun lagi, ketika ingin traveling, kita ambil dari tabungan hura-hura tersebut. Lebih menjadi investasi untuk hiburan," papar Aakar. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar