Event Pesona Bau Nyale 2019 digelar dari tanggal 17 hingga 25 Februari 2019. Mandalika Fashion Carnaval pun menjadi bagian dari festival tersebut.
"Parade Mandalika Fashion Carnaval ini satu item dari seluruh rangkaian dari Bau Nyale," ucap Kadispar NTB Lalu M Faozal saat mengikuti karnaval di depan Kantor Bupati Lombok Tengah, Jumat (23/2/2019) lalu.
Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menjadikan daerah Jember sebagai partner dan mentor semua event karnaval di Indonesia.
Di satu sisi event ini telah masuk kalender nasional. Event ini meruparakan ke 8 dari 14 event Pesona Bau Nyale 2019. Istimewanya event tahun ini juga mendatangkan koreografer Denny Malik.
Pesona Bau Nyale digelar sejak 17 Februari lalu. Beberapa item kegiatannya yaitu pemilihan Putri Mandalika, presean, dialog kreatif, kontes surfing, photo, dan
Mandalika Fashion dan Parade Budaya diikuti oleh 12 kecamatan se-Lombok Tengah, selain dari seluruh kontingen kabupaten dan kota yang ada di NTB.
"Tahun ini karena sekaligus dalam rangka coba bangkitkan pariwisata Lombok pascagempa, makanya kita awali dengan doa dan zikir bersama yang sudah kita lakukan di Masjid Nurul Bilad. Sedangkan acara yang lain relatif sama," kata Kadispar Lombok Tengah Lalu Putria.
Pemerintah daerah telah menetapkan target kunjungan wisatawan datang ke NTB di tahun 2019 ini ada 4 juta turis. "Untuk Lombok Tengah karena kita ada BIL (Bandara Internasional Lombok) jadi kita yang paling besar, 750 ribu turis," katanya.
Kisah Sedih dari Lereng Gunung Lemongan
Mendaki Gunung Lemongan menyisakan kisah sedih soal pembalakan hutan yang terjadi di bagian lerengnya. Seperti apa kisahnya?
Gunung Lemongan, memang sudah cukup lama aku tahu nama dan keberadaannya namun tak pernah ada niat untuk berkunjung kesana. Hati ini seakan memilih gunung di sekitarnya yang lebih familiar, sebut saja Gunung Argopuro atau Gunung Semeru untuk didaki.
Hanya sering kali aku mendengar kabar jika gunung setinggi 1651 mdpl ini mempunyai trek yang sadis dan tak kalah dengan gunung setinggi 3.000 mdpl. Rasa penasaran yang akhirnya membawaku ke Gunung Lemongan, menapaki jalur terjalnya, hingga cerita cerita miris tentang sosial yang berada di kaki kaki Gunungnya.
Bulan januari sebenarnya bulan yang kurang begitu pas untuk melakukan pendakian gunung. Cuaca pada bulan ini cenderung ekstrim dan selalu hujan setiap hari. Hasrat untuk berpetualang pun rasanya memudar dengan jatuhnya rintik hujan sebuah ajakan dari kawan lama datang untuk mendaki gunung di sekitar Jawa timur membawa semangat mendakiku kembali memanas.
Dia selalu meyakinkan mendaki gunung pada musim hujan seperti ini relatif cukup aman jika dilakukan dengan cara 'Tek Tokan' atau mendaki naik turun dalam sehari tanpa camp.
Sebelum benar benar pergi kami sempat observasi dahulu mencari informasi tentang status jalur buka atau tutup dan kondisi cuaca disana. Dan kemudian meminta anggota basecamp untuk menjemput kami esok hari di Klakah Lumajang dan mengantar ke Basecamp Gunung Lemongan.
Laskar Hijau begitulah tulisan yang melekat pada rumah mas Ilal Hakim yang juga digunakan sebagai basecamp dan tempat perizinan pendakian. Sepi, tenang, dan nyaman sekilas terlihat dari basecamp ini.
Di depan kaca jendela penuh dengan tempelan tempelan stiker dari komunitas atau mapala yang sudah pernah berkunjung. Disamping basecamp pun tertempel dengan jelas peta jalur pendakian dan himbauan untuk para pendaki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar