GUM jelas menjadi salah satu spot yang harus dikunjungi di Red Square. Mal terbesar di Rusia ini tak hanya memiliki arsitektur yang indah, tapi juga mewah.
GUM sebenarnya adalah department store utama di negara bekas Uni Soviet. GUM membentang sepanjang 242 meter dan memiliki sekitar 200 toko yang sebagian besar merupakan butik mewah. Mal ini terdiri dari 3 lantai ini memiliki atap berlapiskan kaca.
Pembangunannya sendiri berlangsung selama 3 tahun (1890-1893) oleh arsitek Alexander Pomerantsev dan ahli teknik Vladimir Sukhov.
Salah satu yang menarik dari bangunan ini adalah terdapat toilet yang berbeda dengan toilet biasa lain yang terdapat di sini.
Toilet bersejarah ini merupakan replika toilet di era Kekaisaran Rusia sehingga berkesan mewah. Namun, untuk masuk ke sini kita akan dikenakan biaya tertentu. Yang juga khas dari GUM adalah dijualnya es krim ala Soviet dalam wafel berbentuk kerucut.
GUM dibuka setiap hari mulai dari pukul 10 pagi hingga 10 malam. Walapun kita tidak berbelanja di mal ini, kita bisa mencicipi makanan kantin lantai 3 dengan berbagai pilihan termasuk masakan Chinese dengan harga yang terjangkau.
Menikmati Kearifan Lokal Banyuwangi di Desa Wisata Osing
Sedang di Banyuwangi? Jangan lewatkan untuk singgah di Desa Wisata Osing. Di sini traveler bisa belajar banyak soal budaya asli Banyuwangi.
Desa yang berbeda dengan desa-desa lain di Banyuwangi ini menjadi salah salah satu tujuan wisata yang diminati pengunjung. Selain warga yang ramah dan lingkungannya yang nyaman, unsur-unsur tradisional juga masih melekat.
Di bagian utara desa terdapat sebuah anjungan wisata dengan mengusung konsep miniatur Desa Wisata Osing. Di anjungan wisata terdapat miniatur rumah adat Suku Osing dan seni pertunjukan yang sudah dijadwalkan. Selain itu, di wisata anjungan juga dilengkapi dengan fasilitas rekreasi berupa kolam renang.
Jangan lupa menikmati kopi khas Desa Osing yang dibuat secara tradisional oleh warga. Kalau ingin belajar membuat kopi secara tradisional, kita dapat belajar secara langsung dengan warga. Mulai dari menyangrai sampai menyeduh kopi yang nikmat.
Jakarta Kota Paling Berpolusi Tahun 2018 di Asia Tenggara
Kualitas udara di suatu destinasi menjadi salah satu faktor penting saat traveling. Tahun 2018 lalu, Jakarta jadi yang paling berpolusi di Asia Tenggara.
Setiap tahunnya situs kontrol kualitas udara Air Visual merilis daftar kota yang sarat polusi udara. Dilihat detikTravel dari laporan Air Visual 2018, Jumat (8/3/2019), ternyata Jakarta jadi kota yang paling berpolusi di Asia Tenggara tahun lalu.
Diurutkan, Jakarta jadi kota yang paling berpolusi di peringkat satu Asia Tenggara dengan total skor 45,3. Peringkat kedua kota paling berpolusi di Asia Tenggara disusul oleh Hanoi di Vietnam dengan skor 40,8.
Seterusnya didominasi oleh kota-kota di Thailand seperti Samut Rakhon, Nakchon Ratchasima, Tha Bo dan Saraburi secara berurutan. Dilanjut oleh Meycauyan City, Filipina di peringkat ketujuh.
Selain situs Air Visual, LSM Greenpeace Indonesia juga turut menyorot soal Jakarta sebagai kota paling berpolusi di Asia Tenggara tahun 2018 lewat laman Instagramnya.
Menurut pihak United States Air Quality Index atau disingkat US AQI yang diakui di seluruh dunia, poin 0-50 masih dianggap good atau baik. Namun, sedikit mengancam kesehatan.
Masih dari situs yang sama, hari ini Air Visual merilis kualitas udara aktual di Jakarta dengan poin 196 yang diidentikkan dengan warna merah. Dalam poin, angka tersebut menandakan kondisi udara tak sehat yang dapat berdampak pada jantung dan paru-paru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar