Satgas Penanganan COVID-19 mengungkapkan data kabupaten dan kota di Indonesia yang berubah dari zona risiko tinggi atau merah menjadi sedang atau oranye penularan virus Corona. Disebutkan, totalnya ada 28 kabupaten dan kota.
"Kami ingin menyampaikan 28 kabupaten dan kota yang telah berhasil menurunkan risiko dari zona merah menjadi zona oranye," kata juru bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito dalam siaran pers melalui kanal YouTube Selasa (29/9/2020).
Beberapa kabupaten dan kota di Indonesia yang berhasil menurunkan tingkat dari zona risiko tinggi menjadi sedang, di antaranya adalah Kota Bekasi (Jawa Barat), Kota Malang (Jawa Timur), dan Tabanan (Bali).
Berikut daftar 28 kabupaten-kota yang turun dari zona risiko tinggi menjadi zona risiko sedang penularan virus Corona COVID-19.
Aceh:
1. Aceh Selatan
2. Simeulue
3. Kota Banda Aceh
Sumatera Utara:
4. Deli Serdang
5. Kota Medan
6. Kota Tebing Tinggi
Sumatera Barat:
7. Kota Bukittinggi
Riau:
8. Pelalawan
Sumatera Selatan:
9. Lahat
Kepulauan Riau:
10. Kota Batam
Jawa Barat:
11. Karawang
12. Kota Bekasi
Jawa Tengah:
13. Rembang
Jawa Timur:
14. Probolinggo
15. Mojokerto
16. Sumenep
17. Kota Malang
18. Kota Batu
Bali:
19. Tabanan
Kalimantan Tengah:
20. Kotawaringin Timur
21. Barito Selatan
22. Barito Utara
23. Barito Timur
Kalimantan Selatan:
24. Kotabaru
25. Balangan
Sulawesi Selatan:
26. Kepulauan Selayar
Gorontalo:
27. Bone Bolango
Papua Barat:
28. Teluk Bintuni
https://indomovie28.net/central-intelligence-2/
Kenapa Orang Obesitas Lebih Rentan Tertular COVID-19?
Obesitas atau kelebihan berat badan disebut lebih berisiko terinfeksi virus Corona COVID-19. Tapi, sebenarnya apa yang membuat keduanya saling berkaitan?
Wakil Ketua Bidang Apoteker Advance dan Spesialis PP Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Prof dr Kerry Lestari Dandan, Apt, MSi, menjelaskan keterkaitan antara obesitas dengan COVID-19. Jika mereka yang obesitas terinfeksi virus Corona, ini mempunyai risiko terjadinya komplikasi.
"Karena biasanya obesitas ini akan berkaitan dengan penyakit komorbid lainnya, jadi ada kita sebut dengan sindrom metabolik, yang awalnya itu adalah karena obesitas sehingga pemicu resistensi insulin dan akhirnya terjadi gangguan toleransi glukosa dan terjadilah diabetes," jelas Prof Keryy, dalam siaran pers BNPB melalui kanal YouTube, Selasa (29/9/2020).
Prof Kerry menjelaskan, kondisi obesitas akan memicu terjadinya hipertensi, diabetes, asterosklerosis. Sehingga ada hubungannya dengan regulasi metabolisme yang menjamin kondisi tubuh dalam keseimbangan, sehingga mengganggu kemampuan tubuh bertahan terhadap infeksi, termasuk infeksi COVID-19.
Dalam kesempatan yang sama, dr Gaga Irawan Nugraha, dari Departemen Ilmu Kedokteran Dasar, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, menjelaskan alasan lain orang dengan obesitas mudah terkena COVID-19.
"Karena memiliki lemak yang lebih banyak, sehingga reseptor untuk menempelnya virus menjadi lebih luas. Sehingga orang dengan kondisi obesitas lebih mudah tertular," papar dr Gaga.
Dijelaskan dr Gaga, alasan kenapa kondisi obesitas menjadi pemicu penularan Corona kedua yakni dengan lemak yang menempel di mana-mana seperti jantung, dan perut. Sehingga ketika terinfeksi virus Corona COVID-19, kemudian dia sulit bernapas, kesulitan bernafasnya bertambah, retriksi parunya menjadi semakin kecil karena tertekan oleh lemak.
Selain itu dr Gaga juga menambahkan, orang dengan kondisi obesitas akan mengalami kelainan imunitas, yang menyebabkan kondisi ini lebih rentan.