Selama pandemi Corona, tidak sedikit jumlah tenaga medis termasuk dokter yang berguguran. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) bahkan menyebut jumlah tenaga medis yang meninggal persentasenya sudah melebihi negara-negara lain di Asia.
"Tugas dan fungsi tim mitigasi dokter yang dibentuk untuk merespons bertambahnya jumlah tenaga medis yang meninggal yang hingga kini presentasinya telah melebihi negara-negara lain di Asia dan termasuk 10 besar di dunia," demikian penjelasan Ketua Tim Mitigasi PB IDI, dr Adib Khumaidim SpOT, dalam rilis yang diterima detikcom Rabu (23/9/2020).
"Upaya perlindungan dan keselamatan para tenaga medis menjadi fokus utama kami di IDI dalam peperangan melawan COVID-19 ini. Kami juga berharap kebijakan pemerintah harus seimbang antara pendekatan ekonomi dan kesehatan, karena jika ada salah satu yang dikorbankan akan berdampak bagi kemaslahatan seluruh rakyat," lanjutnya.
IDI terus menyoroti peran tenaga medis dalam penanganan pandemi Corona. Ditegaskan, harus ada keseimbangan di antara kebijakan pemerintah terkait ekonomi dan kesehatan. Jika tidak, hal ini bisa mengorbankan lebih banyak nyawa dan berpengaruh terhadap banyaknya keselamatan masyarakat.
"Tenaga medis dan tenaga kesehatan harus menjadi perhatian serius dari pemerintah karena berkurangnya satu tenaga medis atau tenaga kesehatan akan berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan yang saat ini dibutuhkan oleh Negara," kata Adib.
Selain menyoroti pendataan terkait wafatnya tenaga medis, IDI pun menerbitkan pedoman dan protokol perlindungan bagi tenaga medis demi keselamatan mereka, di saat banyaknya tenaga medis yang telah berguguran.
https://cinemamovie28.com/the-fk-it-list/
Kandidat Vaksin Corona Pfizer Tunjukkan Efek Samping Ringan, Apa Saja?
Salah satu perusahaan yang mengembangkan vaksin, Pfizer Inc, menyebut partisipan vaksin menunjukkan efek samping ringan saat diberi vaksin COVID-19 atau plasebo dalam studi tahap akhir yang sedang berlangsung.
Dikutip dari Strait Times, kelelahan adalah efek samping yang paling sering dilaporkan relawan vaksin. Setelah pemberian dosis kedua, sekitar 36 persen kelompok usia 18 hingga 64 tahun dan 27 persen kelompok usia 65 hingga 84 tahun melaporkan kelelahan.
Selain itu efek samping lain yang paling sering dialami adalah sakit kepala, nyeri otot, menggigil, dan nyeri sendi. Beberapa peserta studi juga dilaporkan mengalami demam, termasuk demam tinggi.
"[Peneliti] akan memberi tahu kami jika mereka memiliki masalah keamanan dan belum menemukannya hingga saat ini," kata Dr Kathrin Jansen, kepala penelitian vaksin Pfizer.
Lebih dari 12 ribu orang telah menerima dosis kedua dari kandidat vaksin COVID-19 yang dikembangkan perusahaan tersebut. Pfizer Inc juga telah mendaftarkan lebih dari 29 ribu dari 44 ribu sukarelawan uji klinis vaksin yang bekerjasama dengan BioNTech.
Pfizer mengatakan pihaknya terus meneliti keamanan dan tolerabilitas vaksin dalam studinya.
"Kami yakin, mengingat profil kekebalan yang sangat kuat dan juga profil praklinis, bahwa kemanjuran vaksin kemungkinan besar mencapai 60 persen atau lebih," kata Chief Scientific Officer Pfizer Mikael Dolsten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar