Enam bulan sejak terjadinya pandemi COVID-19, India menjadi salah satu episentrum dunia dengan 5,7 juta kasus akumulatif. Dengan angka ini, India menempati urutan kedua jumlah kasus terbanyak di dunia.
Tidak heran jika jumlah kasusnya begitu tinggi, India dalam beberapa pekan terakhir melakukan hampir 1 juta pemeriksaan spesimen perhari. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibanding Indonesia yang ada di angka 30-40 ribu spesimen perhari.
Secara nasional, organisasi kesehatan dunia WHO menetapkan standar pemeriksaan 1/1.000 dari jumlah penduduk. Ini artinya, Indonesia minimal melakukan 267.700 tes per minggu atau 38.100 per hari.
Data per 14-20 September, jumlah tes yang dilakukan di RI berada di angka 272.544 spesimen. Meski melampaui standar yang ditetapkan WHO, masih ada beberapa daerah yang kapasitas tesnya cukup rendah.
Jika dibandingkan, jumlah tes di Indonesia masih tertinggal jauh dari India. India secara masif melakukan pengetesan spesimen COVID-19. Per 23 September, data dari situs Worldometer mencatat India telah menguji 67 juta spesimen COVID-19.
Kenapa India begitu masif melakukan pemeriksaan? India menargetkan 1 juta pemeriksaan perhari, mengingat jumlah penduduk di sana mencapai lebih dari 1,3 miliar.
Sebagai dampak tingginya angka pemeriksaan, India menghadapi lonjakan kasus Corona sejak negara tersebut memberlakukan lockdown pada Maret lalu. Dari sekitar 10.000 sampel yang dites pada 8 April, jumlah tes mencapai 1 juta pada 3 Mei, lalu meningkat menjadi 5 juta pada 10 Juni, naik lagi 10 juta pada 7 Juli.
Secara rata-rata, India telah melakukan hampir satu juta tes setiap hari selama hampir empat minggu. Ada dua tes COVID-19 yang dilakukan di India yakni RT-PCR dan tes antigen cepat atau RAT.
Berikut perbandingan testing India dan Indonesia:
Total testing
Indonesia: 1.799.563 spesimen (data per 23 September 2020)
India: 67,436,031 spesimen (data per 23 September 2020)
Rekor tes harian terbanyak
Indonesia: 44.543 spesimen
India: 1,2 juta spesimen
Jumlah lab
Indonesia: 246 laboratorium
India: 1.504 laboratorium
Mantan Pria Terberat Sedunia Berhasil Sembuh dari COVID-19
Juan Pedro Franco (36) dari Meksiko dikabarkan terinfeksi virus Corona COVID-19. Pria yang sempat disebut sebagai pria terberat sedunia pada tahun 2017 ini berjuang melawan COVID-19 hingga akhirnya bisa sembuh.
Berbicara pada AFP, Franco mengaku gejala yang ia alami cukup berat karena tubuhnya sudah harus melawan berbagai kondisi. Dengan bobot badan yang dulu sempat mencapai 595 kilogram, Franco memiliki riwayat kondisi penyerta diabetes, hipertensi, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
"COVID-19 ini penyakit yang sangat agresif. Saya mengalami sakit kepala, nyeri di seluruh badan, sulit bernapas, demam. Saya termasuk orang yang sangat berisiko," kata Franco seperti dikutip dari France 24, Kamis (24/9/2020).
Franco percaya upayanya menjaga kesehatan dan berat badan lewat diet, olahraga, dan operasi telah membantunya bisa bertahan hidup. Karena tanpa upaya itu maka kondisi diabetes serta hipertensi yang tidak terkendali mungkin akan memperparah gejala infeksi COVID-19.
"Pasien yang diabetik, punya hipertensi, dan penyakit jantung lebih rentan mengalami komplikasi serius karena virus... Kemungkinannya bisa bertahan hidup minim," komentar Jose Antonio Castaneda, salah satu dokter yang menangani Franco.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar