SARS-CoV-2, virus Corona penyebab COVID-19, sangat mudah menular dari orang ke orang. Para ilmuwan berlomba-lomba menemukan cara untuk menghentikan penularan virus Corona yang hingga kini belum juga teratasi.
Wakil kepala Bidang Penelitian Fundamental Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Herawati Sudoyo menjelaskan, sesuai namanya virus Corona memiliki bentuk seperti 'corona' atau mahkota. Tonjolan dalam mahkota tersebut dinamakan 'spike' karena mirip paku.
"Tonjolan itulah yang nantinya menempel dan menghubungkan virus dengan sel manusia, sehingga protein spike tersebut yang harus dilemahkan," jelas Prof Hera dalam diskusi via Zoom, Jumat (24/07/2020).
"Kalau kita bisa buat spike yang merupakan protein dari virus tidak berdaya, maka virus itu tidak akan menginfeksi manusia," lanjutnya.
Prof Hera menambahkan bahwa di dalam virus Corona terdapat genom yang terdiri dari empat protein aktif, yaitu spike protein (untuk memasukkan virus), membran protein (melindungi DNA virus), small envelope protein (terdapat di dalam membran), dan Nucleocapsid protein (bagian paling dalam). Di antara keempatnya, protein spike jadi target pengembangan vaksin.
Terpopuler Sepekan: Riset Ungkap 3 Gejala COVID-19 yang Paling Banyak Dikeluhkan
Meski semakin banyak gejala Corona yang dilaporkan, pakar menjelaskan ada tiga gejala virus Corona yang paling sering dikeluhkan pasien. Salah satu di antaranya termasuk batuk.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mensurvei 164 pasien Corona. Pasien Corona ini diteliti gejalanya sejak 14 Januari hingga 4 April 2020.
Dikutip dari laman CNN, hasil penelitian menyebut tiga gejala Corona yang paling sering dialami adalah gejala umum seperti demam, batuk, dan sesak napas.
Analisis ini diterbitkan pada Kamis lalu dalam Morbidity and Mortality Weekly Report CDC. Para peneliti saat itu meminta seluruh peserta secara rutin melaporkan gejala klinis yang dirasakan. Batuk menjadi gejala yang paling sering dialami pasien Corona yaitu sebanyak 84 persen.
Sementara, gejala Corona lainnya yaitu sesak napas ternyata lebih sedikit dialami pasien Corona. Banyak yang mengalami gejala sesak napas adalah pasien Corona yang membutuhkan perawatan rumah sakit.
Namun, gejala diare malah dirasakan 50 persen pasien Corona. Ada beberapa pasien yang juga yang dilaporkan mengalami gejala seperti sakit perut, mual, dan muntah.
CDC menegaskan hasil survei ini tidak mewakili hasil umum. Sebab, pasien virus Corona yang mengikuti survei CDC terbatas.
Begini Penampakan Ventilator COVENT-20 Buatan FT UI
Ventilator atau alat bantu pernapasan menjadi salah satu kebutuhan penting dalam merawat pasien virus Corona COVID-19. Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FT UI) juga memproduksi alat ini.
COVENT-20 buatan FT UI bekerja dengan memberikan ventilasi tekana positif dengan CMV (Continuous Mandatory Ventilation) untuk pasien yang kesulitan bernapas dan perlu dikontrol dengan mesin.
Alat ini juga dilengkapi dengan mode CPAP (Continuous Positive Airway Pressure) untuk memberikan oksigen pada pasien yang masih sadar dan bernapas spontan.
Manager legal PT Ceria Nugraha Indotama (CNI), Moch Kenny Rochlim, menjamin kualitasnya saat bantuan ventilator tersebut ke Rumah Sakit Benjamin Guluh Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
"Ventilator COVENT-20 ini telah dinyatakan lulus uji klinis manusia untuk mode ventilasi CMV (Continuous Mandatory Ventilation) dan CPAP (Continuous Positive Airway Pressure) dari Kementerian Kesehatan," kata Kenny.
https://kamumovie28.com/fairy-tail-episode-312-subtitle-indonesia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar