Selasa, 28 Juli 2020

Kata Psikolog Soal Rehabilitasi bagi Pelaku Seks BDSM

 Ramai diperbincangkan soal draf RUU Ketahanan Keluarga yang mengatur pelaku seks bondage, dominance, sadism, dan masochism (BDSM). Dalam RUU tersebut, dijelaskan bahwa pelaku BDSM wajib direhabilitasi.
Dalam draf RUU Ketahanan Keluarga yang dikutip detikcom pada Selasa (18/2/2020), Pasal 74, pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib melaksanakan penanganan kerentanan keluarga. Penanganan yang dimaksud ialah upaya membantu dan mendukung keluarga agar memiliki kepentingan keluarga dalam menghadapi krisis keluarga.

Menanggapi hal ini, Diana Mayorita, psikolog klinis, dari Maragama Consulting menjelaskan perlu atau tidaknya rehabilitasi untuk pelaku seks BDSM perlu ditelaah lebih lanjut.

"Itu sudah mengganggu dia secara psikologis atau nggak, dan mengganggu orang lain atau nggak, dan setiap orang kan punya preference masing-masing ya, itu kan bagian dari hak seksual sebenarnya. Kalau saya penyimpangan ibarat penyimpangan eksibisionis kaya yang memamerkan alat kemaluan di depan umum, nah yang seperti itu kan merugikan orang kan, saya lebih setujunya yang seperti itu, terus kaya ibaratnya pelecehan-pelecehan seksual," katanya saat dihubungi detikcom.

"Jadi kalau misalnya BDSM sudah langsung dimasukkan BDSM oh ini direhab nih, BDSM yang mana dulu, jadi memang harus pemeriksaan lebih lanjut," tambahnya.

Tak Harus CrossFit, Ini Olahraga yang Disarankan untuk Pasien Jantung

 Suami artis Bunga Citra Lestari (BCL), Ashraf Sinclair, meninggal dunia karena serangan jantung di usia 40 tahun. Ia dikenal sebagai sosok yang rajin olahraga, terutama olahraga intensitas tinggi CrossFit.
Terkait hal tersebut ahli jantung dr Dede Moeswir, SpPD, KKV, dari OMNI Hospitals Pulomas menjelaskan olahraga yang terlalu berat sebetulnya tidak baik dilakukan. Bila seseorang sudah memiliki masalah pembuluh darah maka olahraga di luar batas fisik bisa saja memicu serangan jantung.

Hanya saja yang jadi masalah masyarakat awam sering kali tidak tahu apakah dirinya termasuk yang berisiko melakukan olahraga intensitas tinggi. Alasannya karena jarang atau bahkan tak pernah cek kesehatan menyeluruh.

"Kalau usia sudah 40 terus ada faktor risiko ya memang harusnya rutin medical check up dan olahraga yang dianjurkan dokter," kata dr Dede pada detikcom, Selasa (18/2/2020).

Olahraga apa saja yang dianjurkan? Berikut contohnya:

1. Gowes sepeda
Bersepeda adalah olahraga yang sehat, rendah risiko dan dapat dinikmati oleh semua orang dari segala usia, dari anak hingga dewasa. Bersepeda ringan secara rutin dapat memperkuat otot jantung, menurunkan denyut nadi dan mengurangi kadar lemak dalam darah. Beberapa penelitian menunjukkan orang yang bersepeda secara teratur akan terlindungi dari bahaya serangan jantung.

2. Renang
Berenang adalah olahraga low-impact yang menggerakan seluruh tubuh secara koheren. Berenang melibatkan hampir setiap otot dalam tubuh sehingga mampu membantu melancarkan sirkulasi darah dan memperkuat jantung.

3. Joging
Joging atau lari-lari pelan mampu melatih ritme denyut jantung. Intensitas joging bisa diatur tergantung dari kondisi fisik seseorang.
https://kamumovie28.com/astro-boy-tetsuwan-atom-episode-10/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar