Selasa, 28 Juli 2020

Tak Harus CrossFit, Ini Olahraga yang Disarankan untuk Pasien Jantung

 Suami artis Bunga Citra Lestari (BCL), Ashraf Sinclair, meninggal dunia karena serangan jantung di usia 40 tahun. Ia dikenal sebagai sosok yang rajin olahraga, terutama olahraga intensitas tinggi CrossFit.
Terkait hal tersebut ahli jantung dr Dede Moeswir, SpPD, KKV, dari OMNI Hospitals Pulomas menjelaskan olahraga yang terlalu berat sebetulnya tidak baik dilakukan. Bila seseorang sudah memiliki masalah pembuluh darah maka olahraga di luar batas fisik bisa saja memicu serangan jantung.

Hanya saja yang jadi masalah masyarakat awam sering kali tidak tahu apakah dirinya termasuk yang berisiko melakukan olahraga intensitas tinggi. Alasannya karena jarang atau bahkan tak pernah cek kesehatan menyeluruh.

"Kalau usia sudah 40 terus ada faktor risiko ya memang harusnya rutin medical check up dan olahraga yang dianjurkan dokter," kata dr Dede pada detikcom, Selasa (18/2/2020).

Olahraga apa saja yang dianjurkan? Berikut contohnya:

1. Gowes sepeda
Bersepeda adalah olahraga yang sehat, rendah risiko dan dapat dinikmati oleh semua orang dari segala usia, dari anak hingga dewasa. Bersepeda ringan secara rutin dapat memperkuat otot jantung, menurunkan denyut nadi dan mengurangi kadar lemak dalam darah. Beberapa penelitian menunjukkan orang yang bersepeda secara teratur akan terlindungi dari bahaya serangan jantung.

2. Renang
Berenang adalah olahraga low-impact yang menggerakan seluruh tubuh secara koheren. Berenang melibatkan hampir setiap otot dalam tubuh sehingga mampu membantu melancarkan sirkulasi darah dan memperkuat jantung.

3. Joging
Joging atau lari-lari pelan mampu melatih ritme denyut jantung. Intensitas joging bisa diatur tergantung dari kondisi fisik seseorang.

Sama-sama Sadis, Ini Bedanya Perilaku Seks BDSM dengan Psikopat

Beredar draft RUU Ketahanan Keluarga yang menyebutkan pelaku seks BDSM perlu direhabilitasi. Pelaku seks BDSM ini dikategorikan pada seks kasar. Karena perilaku kasarnya, tak jarang orang sering mengira pelaku BDSM ini sama seperti 'psikopat'. Benarkah begitu?
Menanggapi hal ini, Diana Mayorita, psikolog klinis dari Maragama Consulting menegaskan pelaku seks BDSM tidak sama dengan psikopat.

"Kalau psikopat sih beda ya, kalau menurut saya sih kalau memang benar-benar orang yang dikategorikan BDSM itu nggak, karena misalnya orang yang punya power ini mereka tahu limit dari pasangannya itu seberapa," jelasnya saat dihubungi detikcom, Selasa (18/2/2020)

"Karena kan kaya yang saya bilang rasa sakitnya itu kan ada level-levelnya, misalnya oke dia level mentoknya itu di level tiga, atau nanti kalau sudah kerasa sakit banget kasih tanda teriak atau apa, si pasangannya itu nanti kalau orangnya sudah ngerasain sakit itu dia akan berhenti, kalau psikopat kan beda," lanjutnya.

Menurutnya, seorang psikopat tidak mungkin peduli dengan rasa sakit pasangannya. Psikopat hanya berfokus pada kesenangannya saja, hal ini jelas berbeda dengan pelaku seks BDSM.

"Psikopat itu kalau dia mau minta tolong ya bodo amat asal dia seneng, kalau psikopat itu nggak ada empatinya," katanya.
https://kamumovie28.com/astro-boy-tetsuwan-atom-episode-9/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar