Pada awal Januari ini, muncul berita LG akan menyetop bisnis ponsel. Awalnya, LG menepis laporan tersebut dan menyebutnya tak berdasar. Tapi akhirnya mereka mengakui tengah mempertimbangkan untuk keluar dari bisnis ponsel pada 2021, setelah mengalami kerugian sekitar USD 4,5 miliar selama lima tahun ke belakang.
Dilansir detiKINET dari Ubergizmo, dalam laporan baru dari Business Korea, tampaknya LG sudah memiliki calon pembeli untuk divisi smartphone yang tidak kunjung bangkit itu.
Laporan tersebut mengklaim bahwa LG mungkin tertarik untuk menjual bisnis smartphone mereka ke konglomerasi asal Vietnam yang bernama Vingroup.
Perusahaan ini cukup besar di Vietnam di mana diperkirakan mereka menyumbang 14% dari total kapitalisasi pasar perusahaan yang terdaftar di Vietnam.
Vingroup telah berkecimpung di berbagai bisnis, termasuk hotel, real estate, distribusi, konstruksi, mobil, dan juga ponsel yang mungkin menjelaskan mengapa mereka tertarik untuk mengakuisisi bisnis ponsel cerdas milik LG.
Faktanya, Vingroup sebenarnya telah bekerja dengan LG selama beberapa tahun terakhir di bawah kontrak ODM atau sebagai perakit ponselnya. Jadi dengan demikian, mengakuisisi divisi ponsel cerdas LG bisa menjadi langkah besar bagi mereka selanjutnya dan juga dapat membantu perusahaan masuk ke pasar AS.
Belum ada informasi resmi yang diumumkan dari LG terkait kabar ini. Mungkin mereka masih mempertimbangkan tawaran ataupun solusi yang lain bagi divisi ponselnya.
https://tendabiru21.net/movies/skandal-cinta-babi-ngepet/
Tren dan Proyeksi Data Center di Indonesia Tahun 2021
Pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia terus naik, seiring melesatnya jumlah pengguna internet. Namun hal itu juga harus diikuti dengan pembangunan infrastruktur digital yang memadai, termasuk fasilitas data center. Nah, seperti apa trennya di tahun 2021 ini?
"Di masa depan, kita akan memiliki lebih banyak operator data center, khususnya yang terpisah dari operator telekomunikasi karena operator telekomunikasi lebih banyak menyediakan layanan yang terkait 5G dibandingkan dengan layanan dasar infrastruktur IT," kata Elisabeth Simatupang, Country Manager SpaceDC dalam keterangannya.
Berdasarkan laporan dari IDC FutureScape, pada akhir tahun 2021, 80% perusahaan akan menerapkan mekanisme peralihan infrastruktur dan aplikasi IT yang berpusat pada cloud dua kali lebih cepat dari sebelum terjadinya pandemi.
Menurutnya, negara seperti Indonesia memantapkan diri sebagai negara ekonomi digital mandiri dengan munculnya ide-ide lokal untuk menangani permasalahan khas tiap negara. Maka, akan ada pembangunan data center lebih besar di luar kota Jakarta, misalnya Surabaya.
Adapun yang mendorong peningkatan permintaan data center di Indonesia antara lain adalah Internet of Things (IoT) karena layanan digital sudah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita sehari-hari.
Kemudian dengan teknologi berbasis 5G, operator diharuskan menyediakan lebih banyak layanan dibanding sebelumnya. Jaringan teknologi berbasis 5G akan membutuhkan trafik data yang lebih padat dan cepat, yang akan meningkatkan permintaan pada kapasitas data center.
Elisabeth melanjutkan kebutuhan data center suatu negara didorong meningkatnya pengguna internet dan medsos serta konektivitas lebih luas. Nah, permintaan fasilitas internet meningkat eksponensial dengan 150 juta orang Indonesia melek internet tahun 2023 dan di dua tahun terakhir, ada 20 juta pengguna baru medsos.
Kemudian ada pula visi pemerintah 'Go Digital 2020' dan 'Industri 4.0', mendorong kebutuhan lebih banyak data center karena sejuta nelayan dan petani akan mendapat dukungan online dari ribuan startup teknologi terkait upaya mendigitalkan 8 juta Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar