Pendidikan seks penting diajarkan oleh orang tua kepada anaknya sejak dini karena hal ini berkaitan dengan kesehatan reproduksi mereka. Tapi kadang kala, ada orang tua yang malu-malu memberi pendidikan seks pada sang anak dan akhirnya, si anak pun mencari informasi terkait hal ini lewat temannya.
Menanggapi hal ini, psikolog dra Ratih Andjayani Ibrahim M.Psi mengatakan anak bisa saja memiliki pemahaman yang salah. Contohnya terkait hubungan seksual. Bukan tak mungkin anak bisa menganggap seks sebagai hal yang menyebabkan dosa.
Padahal, menjadi hal yang berbeda ketika hubuhgan seksual dilakukan setelah pasangan menikah. Namun hal tersebut tidak perlu diambil pusing oleh orang tua. Karena Ratih mengatakan kesalahpahaman tersebut dapat diperbaiki dengan memberikan informasi yang benar.
"Cara memberikan informasi yang benar adalah orang tua memiliki banyak referensi misalnya dari membaca buku," ucap psikolog sekaligus CEO Personal Growth ini kepada detikHealth.
Selain dengan banyak memiliki informasi, Ratih mengingatkan kepada orang tua untuk tetap memantau pergaulan anak. Hal ini dapat dilakukan dengan cara merangkul dan mengoreksi kesalahan informasi yang anak miliki.
Persiapan Orang Tua Menghadapi Masa Puber Anak
Pubertas pasti akan dialami anak seiring dengan perkembangannya menjadi dewasa. Nah, untuk menghadapi pubertas anak ada yang perlu dipersiapkam orang tua. Apa itu? https://bit.ly/2OS0Yh7
Persiapannya adalah dengan memberi 'bekal' pada anak, antara lain melalui pendidikan kesehatan seksual. Sebaiknya kapan diberikan? Bisa diberikan sejak dini, ketika anak mulai mengenal organ-organ tubuhnya.
Namun secara detail diberikan sesuai usia dan perkembangan anak. Umumnya bisa dilakukan di usia 7-9 tahun, saat anak belum memasuki pubertas.
"Jadi lihat responsnya. Karena biasanya pubertas terjadi di 10-15 tahun," kata Ratih dalam acara talkshow di Kinokuniya Book Strore, Plaza Senayan, Jakarta Selatan, Sabtu (14/1/2016).
Ratih memberi contoh penyampaian pendidikan seks yang bisa orang tua katakan pada anak. Misalnya seperti 'ada saatnya kamu nanti mengalami pubertas misalnya haid dan hal itu normal merupakan bagian dari kehidupan'.
"Selanjutnya sampaikan dan ajarkan anak bagaimana ia harus menjaga tubuhnya saat mengalami pubertas. Misalnya 'makan harus yang bergizi karena nanti ada beberapa perubahan yang terjadi pada tubuh kamu'," sambung psikolog sekaligus CEO Personal Growth ini.
Dikenalkan juga bahwa dalam usianya itu, pada perempuan ada sel telur yang bila dibuahi sperma maka bisa terjadi pembuahan dan bisa terjadi anak. Pemahaman ini sebaiknya dilakukan dengan pendekatan biologi. Ini penting agar anak tidak terjerumus seks bebas ataupun hubungan seks coba-coba.
Perlu ditekankan kepada anak bahwa hubungan seks hanya boleh dilakukan saat usia sudah matang dan sudah menikah, di mana sebelum menikah pun harus melakukan pemeriksaan dulu. Karena jika dilakukan sembarangan bisa memicu terjadinya infeksi menular seksual, penyakit tertentu lainnya, bisa hamil dan belum tentu anak yang dilahirkan sehat karena ibunya masih terlalu kecil.
Nah selain pendidikan seks melalui penyampaian, orang tua juga dapat menjadi contoh pendidikan seks pada anaknya. "Anak membutuhkan role model orang tuanya. Sehingga anak dapat mengikuti contohnya, jika anak seorang laki-laki maka dari ayahnya dan jika perempuan maka dari ibunya" imbuh Ratih.
Dalam acara tersebut, berlangsung pula talkshow mengenai buku 'I Am Me' yang merupakan buku seri cerita anak. Buku ini menggambarkan proses seorang anak yang menjadi remaja dan menuju dewasa dengan penuhnya informasi mengenai pendidikan seks. https://bit.ly/2KZYgVH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar