Kamis, 28 November 2019

Kursus Pranikah Akan Diwajibkan, Mantan Menkes Ini Titip Pesan

Menikah adalah harapan setiap orang. Banyak harapan yang digantungkan ketika menuju jenjang pernikahan. Seperti mendapatkan kebahagiaan, hingga mendapatkan keturunan.

Namun, pernikahan yang kurang persiapan perlu diwaspadai. Mengingat banyaknya kasus perceraian akibat pernikahan yang sebenarnya belum dipersiapkan. Baru-baru ini wacana untuk mewajibkan kursus pranikah dilontarkan sebagai bentuk solusi pencegahan hal tersebut.

Tak hanya mengenai tingkat perceraian, masalah kesehatan reproduksi juga menjadi salah satu fokus dalam kursus pranikah ini. Banyak pasangan yang menikah kemudian mendapatkan dirinya malah terkena Infeksi Menular Seksual (IMS) dari pasangannya sendiri.

Dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH, Mantan Menteri Kesehatan RI tahun 2012-2014, menegaskan pentingnya persiapan pranikah bagi calon suami dan istri. Ada banyak permasalahan yang perlu dipersiapkan sebelum menikah. Seperti aspek psikologis, kesehatan reproduksi, hak reproduksi antara suami dan istri hingga masalah kesetaraan gender.

"Misalnya waktu itu dalam bidang saya, ada calon suami yang sudah positif (HIV-AIDS) tapi mereka jatuh cinta atau calon istrinya, dan mereka tidak berani membuka diri, ini bisa dibantu dengan persiapan pernikahan," ujarnya saat ditemui detikcom di gedung PKBI, Jakarta Selatan, Jumat (15/11/19).

Melihat banyaknya permasalahan yang akan dihadapi ketika kurangnya persiapan. Kursus pranikah ini tepat jika dilaksanakan dan disosialisasikan dengan luas. Dengan mempersiapkan pernikahan masalah IMS bisa terhadang karena adanya keterbukaan sebelum menikah.

Ia juga menjelaskan bahwa jikalau ada salah satu pasangan yang positif terkena HIV-AIDS, dengan persiapan pranikah inilah dapat dicari cara agar menghindari penularan pada pasangannya.

"Itu bisa diberikan dari tim persiapan pernikahan, tidak hanya dari segi agama tapi juga dari segi kesehatan, kesehatan psikologis, dan sebagainya," pungkasnya. https://bit.ly/2QXgNGc

Kenapa Tak Boleh Kawin Usia Belasan? Ini Strategi BKKBN Edukasi Remaja

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, berencana memasukkan materi pelajaran kesehatan reproduksi ke bangku sekolah. Untuk itu akan disusun modul khusus oleh tim BKKBN.

"Saya akan memprogramkan untuk kerjasama dengan Menteri Pendidikan, saya akan programkan untuk masuk ke sekolah-sekolah dalam bentuk modul kesehatan reproduksi," jelas Hasto kepada wartawan di Kepatihan Yogya, Kamis (7/11/2019).

Menurutnya, materi kesehatan reproduksi perlu diajarkan kepada para siswa. Ia memastikan pemberian materi itu bukan dimaksudkan untuk mengajari cara berhubungan seks, melainkan agar para siswa paham dengan kesehatan reproduksi.

"Jadi sebagai contoh kenapa orang nggak boleh kawin usia 16-17? Karena mulut rahimnya orang yang usia 16-17 itu masih menghadap keluar. Jadi kalau usianya 16-17 itu mulut rahimnya 'mekrok', itu mudah terjadi kanker kalau berhubungan seks," terangnya.

"Tapi kalau sudah 20 tahun mulut rahimnya itu 'mendelep' bahasa Jawa-nya. Itu kalau berhubungan seks tidak mudah kena kanker mulut rahim. Itu yang harus dikenalkan di sekolah-sekolah. Jadi bukan semata-mata mengajari seks, bukan," lanjutnya.

Hasto menerangkan, pemberian materi kesehatan reproduksi penting dilakukan sejak dini. Upaya itu dilakukan supaya para siswa tersebut paham dan menjauhi berbagai potensi terjangkit penyakit akibat berhubungan seks yang menyimpang.

"Karena mereka bukan tenaga kesehatan, pasti lupa kalau terlalu lama. Jadi saya lebih ke sana, persiapan pernikahan itu. Hari ini cerai banyak lho, itu juga pembangunan keluarga menjadi tugas saya, perceraian tinggi sekali, di mana-mana," sebutnya.

"Kalau perlu kami akan mengusulkan Kantor-kantor Kementerian Agama untuk persiapan nikah itu konselingnya harus lebih lama, untuk mencegah perceraian, untuk mempersiapkan agar tidak terjadi stunting dan seterusnya," pungkas dia. https://bit.ly/37HrGSk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar