Kamis, 28 November 2019

Nonton Video Porno, Otak Jadi Lebih 'Toleran' pada Perilaku Kekerasan

Perilaku bejat incest oleh M (45) dan dua orang anaknya berinisial SA (23) dan YF (15) yang menyetubuhi AG (18) yang merupakan anak kandung serta adik dan kakak para pelaku yang menyandang keterbelakangan mental sudah menyentuh ranah hukum. Akan tetapi ada fakta mengejutkan yang mengikuti kasus tersebut.

Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Tanggamus Ipda Primadona Laila, kepada detikNews menuturkan niat SA dan YF menyetubuhi korban karena dipicu seringnya nonton film porno di handphone milik SA. Korban bahkan kerap diajak menonton film porno bersama.

"Dari dua pelaku lainnya yaitu kakak kandung dan adik kandungnya motifnya hanya berdasarkan seringnya atau lazimnya mereka nonton video porno yang ada di handphone. HP itu merupakan milik kakak kandungnya yang saat ini kondisinya telah rusak," jelasnya.

Dr William Struthers, profesor psikologi di Wheaton College menuturkan kepada Fox News bahwa penelitian mengenai pornografi seperti air yang keruh.

"Banyak penelitian yang dipublikasikan pada 20 sampai 25 tahun lalu, dan ini sangat berbeda dari pornografi yang dikonsumsi anak muda sekarang. Kebenaran yang disayangkan adalah kita tidak bisa memantau pornografi yang diproduksi," kata Struthers.

Akan tetapi, satu hal yang diyakini Struthers yaitu sains psikologis dasar menunjukkan seringnya terpapar pada sesuatu seperti pornografi dapat menyebabkan normalisasi perilaku berbahaya dan menyakiti.

"Semakin kamu terpapar pada sesuatu, semakin kamu cenderung melihatnya sebagai sesuatu yang dapat diterima, apakah itu kekerasan, perjudian, atau seksualitas," jelasnya.

Waduh bahaya banget ya, apalagi mengingat jenis video porno yang ditawarkan industri juga semakin beragam. Semisal saja BDSM (salah satu fantasi seksual yang menggabungkan antara bondage (perbudakan), domination (dominasi), sadism (sadisme), dan masochism (masokisme)) atau MILF yang sangat mengandung kontroversi.

Di sini Struthers sangat mengkhawatirkan efek psikologis yang sering terpapar konten porno pada pengembangan otak. https://bit.ly/2OsIN2T

"Saya pikir pertanyaan yang benar-benar perlu kita tanyakan adalah, 'Apa efek sekunder yang dimiliki video porno, bukan pada apa yang mereka lakukan untuk perilaku seksual seseorang, tetapi apakah menonton porno memengaruhi kemampuan kita untuk mendeteksi isyarat seksual non-konsensual, atau instrumen seksual objektivitas?'"

4 Hal yang Kamu Perlu Tahu tentang Incest, Hubungan Seks dengan Kerabat Sendiri

Miris. Satu kata yang cukup menggambarkan kejadian incest yang dialami di Lampung yang menyeret M (45) dan dua orang anaknya berinisial SA (23) dan YF (15) yang menyetubuhi AG (18) yang merupakan anak kandung serta adik dan kakak para pelaku yang menyandang keterbelakangan mental.

Hingga saat ini, kasus masih terus didalami. Baik tersangka dan korban akan diperiksa lebih lanjut pada Senin (25/2) besok dengan mendatangkan ahli dan psikolog.

Incest adalah hal yang tabu dan mengundang banyak kontroversi. Dikutip dari berbagai sumber, berikut ini fakta-fakta mengejutkan incest.

Incest adalah hubungan seksual atau tindakan seksual lainnya seperti cumbuan, penganiayaan, eksibisionisme dan pelecehan seksual, baik secara fisik atau emosional, ketika itu terjadi antara anggota keluarga. Ini dapat mempengaruhi laki-laki dan perempuan atau bahkan lebih dari satu anggota keluarga bisa menjadi korban dari perilaku ini.

Dilansir Athlone (Midlane) Rape Crisis Center, korban anak-anak biasanya tidak menyadari apa yang dialaminya adalah hal yang salah. Mereka kerap tertipu dan diyakinkan dengan cara pelaku akan merahasiakan hal ini kepada orang lain. Anak-anak tidak memberi tahu karena berbagai alasan semisal ketakutan, ancaman bahwa mereka atau orang lain yang mereka cintai akan dirugikan jika mereka memberi tahu, takut tidak percaya atau takut jika pelaku yang mereka cintai dalam kesulitan.

Terkadang satu-satunya kontak 'penuh kasih' yang dimiliki anak adalah kontak yang kasar dan mereka mungkin tidak ingin kehilangan ini. Terkadang anak kecil tersebut tidak menyadari bahwa apa yang terjadi itu salah sampai di kemudian hari ketika mereka mulai tumbuh lebih dewasa.

Ditulis List Verse, ketika berhubungan dengan seseorang dengan kumpulan gen yang sama sekali berbeda, peluang kita untuk mewariskan gen resesif hanya 50 persen. Sering kali, gen-gen itu tetap tidak aktif, tetapi ketika orang-orang yang berbagi banyak gen yang sama, peluang untuk lewat pada kondisi yang dikenal sebagai gangguan resesif autosom meningkat secara signifikan. https://bit.ly/2rvMYBW

Tidak ada komentar:

Posting Komentar