Perusahaan yang dibesarkan Jack Ma, Alibaba serta Ant Financial, sedang jadi sasaran investigasi pemerintah China. Hal itu sedikit banyak membuat sebagian investor yang menyalurkan uangnya ke China jadi ketakutan. Alibaba misalnya terus mengalami penurunan harga saham.
Kabar terbaru, bank sentral China meminta Ant Group Co Ltd mengganti skema pinjaman dan praktik keuangan lainnya. Ant disebut tak memiliki mekanisme tata kelola yang baik, menentang persyaratan kepatuhan regulasi, dan terlibat dalam arbitrase regulasi. Perusahaan menggunakan posisi pasarnya untuk monopoli dan merugikan hak serta kepentingan konsumen.
Adapun Alibaba tengah menghadapi investigasi dari regulator. Nilai saham perusahaan Jack Ma itu terus anjlok menyusul laporan bahwa regulator China akan menyelidiki perusahaan raksasa teknologi itu atas dugaan perilaku monopoli.
Bahkan seperti dikutip detikINET dari TechCrunch, Selasa (29/12/2020) saham Alibaba sudah menurun sampai sekitar 30% dari nilai tertinggi yang dicatatkan pada bulan Oktober silam.
Zhang Zihua selaku manajer di Beijing Yunyi Asset, menyatakan bahwa investor cemas penyelidikan oleh Beijing pada perusahaan Jack Ma bakal terus berlanjut bahkan walaupun regulasi baru sudah ditaati. "Investigasi antitrust pada Alibaba belum secara spesifik menyebut sanksinya, yang sangat mencemaskan investor," katanya.
Sedangkan analis industri Li Chengdong menyebut aksi terhadap Ant juga ikut berdampak pada perusahaan pesaing. Maka nilai saham mereka pun ikut terkena imbasnya.
"Regulasi baru juga berdampak pada platform internet besar, jadi Tencent dan perusahaan teknologi lain mengalami penurunan saham. Alibaba sekarang jadi incaran sehingga reaksinya bertambah kuat," papar dia.
Bahkan terindikasi investor sudah mulai kabur dan memindahkan investasinya dari berbagai perusahaan teknologi raksasa China. Kalkulasi dari Bloomberg menyebut Alibaba, Tencent, JD.com sampai Meituan sudah kehilangan nilai total sebanyak USD 200 miliar.
https://tendabiru21.net/movies/dangerous-beauty/
Perkuat Teknologi Mobile Imaging, Vivo Bikin Pusat Riset Bareng ZEISS
Vivo dan ZEISS belum lama ini mengumumkan kemitraan strategis jangka panjang untuk mempromosikan dan mengembangkan terobosan inovasi dalam teknologi mobile imaging. Keduanya pun merencanakan pembangunan program R&D bersama, yaitu Vivo ZEISS Imaging Lab.
Senior Brand Director Vivo Indonesia, Edy Kusuma menyebut sebagai brand teknologi global, kompetensi Vivo berfokus pada dua manfaat utama, yaitu fotografi seluler profesional dan estetika desain. Dalam fotografi seluler profesional, pencapaian teknologi Vivo terwakilkan melalui V Series yang merupakan salah satu seri utama Vivo di Indonesia dan X Series untuk flagship, yang kembali hadir di pasar Indonesia pada tahun ini.
Ia menyatakan investasi pengembangan teknologi fotografi Vivo secara global terbagi atas kebutuhan spesifik, dan kebutuhan jangka panjang konsumen.
"Dalam kebutuhan jangka panjang, fokus Vivo salah satunya adalah mobile imaging yang ikut menggali aspek teknis pengembangan hardware untuk pengalaman fotografi profesional. Fokus ini salah satunya kami hadirkan melalui Vivo X50 Pro dengan Gimbal Stabilization Technology dan Extreme Night Mode," ujar dia dalam keterangan tertulis, Senin (28/12/2020).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar