Para pembuat perangkat elektronik mulai dari smartphone, TV, mobil, hingga laptop, sedang mewaspadai ancaman kekurangan pasokan chip. Seretnya pasokan chip secara global ini menyebabkan penundaan produksi perangkat mereka.
Di balik masalah ini, ada beberapa penyebab, antara lain pembelian secara massal oleh Huawei yang terkena sanksi AS, kebakaran di salah satu pabrik chip di Jepang, kebijakan lockdown karena pandemi virus Corona di Asia Tenggara, dan pemogokan di Prancis.
Namun, yang lebih mendasar dari masalah ini adalah kurangnya investasi di pabrik manufaktur chip 8 inch yang sebagian besar dimiliki oleh perusahaan-perusahaan Asia. Itu artinya, mereka berupaya meningkatkan produksi karena permintaan untuk ponsel, laptop, dan perangkat mobile 5G meningkat lebih cepat dari yang diprediksi.
"Seluruh industri elektronik telah mengalami kekurangan komponen," kata Donny Zhang, CEO perusahaan outsource perakitan Sand and Wave yang berbasis di Shenzhen, China, dikutip dari Reuters, Senin (21/12/2020).
Dia mengatakan Sand and Wave sendiri terpaksa menghadapi penundaan untuk mendapat pasokan unit mikrokontroler, komponen kunci dari headphone pintar, produk yang saat ini sedang dikerjakan perusahaannya.
"Kami awalnya berencana menyelesaikan produksi dalam satu bulan, tapi sekarang sepertinya kami harus menyelesaikannya dalam dua bulan," ujarnya.
Selain Sand and Wave, salah satu perusahaan pemasok komponen di Jepang mengatakan kekurangan chip untuk WiFi dan Bluetooth, dan sudah mempersiapkan diri akan mengalami penundaan produksi hingga lebih dari 10 minggu.
Tak hanya itu, industri otomotif di China yang sudah lebih dulu mewanti-wanti akan masalah ini sejak bulan lalu, berupaya mengantisipasi akan dampaknya terhadap sejumlah produsen mobil China yang akan terdampak di kuartal pertama tahun depan.
https://maymovie98.com/movies/love-the-way-u-lie/
Pemanfaatan Robot Tangani COVID-19 Bisa Cegah Kematian Nakes
Pemanfaatan inovasi berupa robot dinilai solusi efektif dalam memberikan layanan kesehatan terhadap pasien COVID-19, seiring ancaman tertularnya tenaga kesehatan (nakes) yang berisiko kematian.
Data Ikatan Dokter Indonesia (IDI) hingga 15 Desember 2020 tercatat ada 202 dokter se-Indonesia meninggal karena virus Corona, yang mana salah satunya diakibatkan kontak erat dengan pasien.
Robot yang bisa digunakan untuk menangani pasien COVID-19 adalah Robot Asisten Medis Autonomous (RAMA), hasil kerja sama Politeknik Negeri (Polines) Semarang dengan Telkom unit Digital Next Business (Telkom DXB). Robot cerdas tersebut segera dioperasikan pada ruang isolasi rumah sakit pemerintahan di Kota Semarang.
Koordinator Eksternal Pengembang RAMA dari Polines Semarang Eni Dwi Wardihani mengatakan, pihaknya sudah mengembangkan dua versi RAMA dimulai dari April 2020 lalu.
Versi pertama diintroduksi ke Gubernur Jateng Ganjar Pranowo per Juli lalu yang memiliki spesifikasi bobot 28 kg, tinggi 150 cm, lebar 60 cm. Sementara versi kedua diperkenalkan Desember ini dengan ukuran lebih praktis yang dilengkapi torsi motor dan teknologi Internet of Things dari Telkom DXB.
"Kedua versi memiliki fungsi sama yakni melayani pasien secara remote. RAMA mampu mengangkut makanan dan obat-obatan untuk pasien, melaksanakan telemedicine yaitu komunikasi audio visual dokter atau perawat dengan pasien, serta mampu bergerak otomatis atau dikendalikan secara jarak jauh," ujar Eni dalam keterangannya.
Selain Eni, RAMA juga dikembangkan dosen Polines Semarang lainnya, yaitu Bambang Supriyo, Wahyu Sulistyo, Bagus Yunanto, dan Amin Suharjono. Ada juga kontribusi mahasiswa antara lain Abbas Kiarostami Permana, Ainur Rofik, dan Wahyu Hidayat.
Eni melanjutkan robot RAMA dirancang berbentuk rak tiga susun yang bergerak menggunakan roda mecanum empat buah. Rak terdiri tiga susun terdiri, yakni rak bawah untuk tempat makanan, rak tengah (minuman), dan rak atas (obat-obatan). Robot dilengkapi sarana komunikasi audio-visual dua arah sehingga pasien dapat berkomunikasi secara baik dengan petugas medis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar