Selasa, 22 Desember 2020

Masuk Blacklist AS, Begini Tanggapan DJI

 Sejumlah perusahaan asal China masuk dalam daftar hitam Kementerian Perdagangan Amerika Serikat, termasuk DJI. Apa tanggapan mereka?

DJI masuk daftar Entity ini karena dianggap sebagai risiko keamanan nasional AS, dan juga dianggap ikut serta dalam pelanggaran HAM di China. Dampaknya adalah perusahaan yang berbasis di AS dilarang berbisnis dengan DJI.


Meski masuk dalam daftar Entity, DJI menyebut bahwa warga yang tinggal di AS masih tetap membeli drone buatan mereka. Mereka pun menyatakan kekecewaannya karena dimasukkan ke dalam daftar tersebut.


"DJI kecewa dengan keputusan Kementerian Perdagangan AS. Namun konsumen di Amerika tetap bisa membeli dan menggunakan produk DJI secara normal," tulis DJI dalam pernyataannya.


"DJI bakal tetap berkomitmen untuk mengembangkan produk paling inovatif di industri ini yang menjadi ciri dari perusahaan kami dan menguntungkan dunia," tambahnya.


Namun mereka menolak memberikan perkiraannya tentang apa yang akan terjadi di masa depan setelah mereka masuk ke dalam daftar Entity ini. karena biasanya perusahaan yang masuk ke dalam daftar ini artinya perusahaan AS dilarang berbisnis dengan DJI.


Itu termasuk teknologi yang dibuat oleh perusahaan asal AS, yang tak bisa lagi dipakai oleh DJI. Sementara itu DJI tak cuma menjual produk ke konsumen mainstream, karena teknologinya juga dipakai oleh bermacam perusahaan yang membutuhkan drone ataupun kamera handheld.


Ini bukan pertama kalinya drone asal China menjadi 'target' pemerintah AS. Sebelumnya Kementerian Pertahanan AS pun sudah melarang pembelian drone buatan asing menggunakan anggaran mereka, yaitu sejak Oktober lalu.


Tudingan semacam ini sudah berulang kali ditepis oleh DJI, menurut mereka, tuduhan membahayakan ancaman nasional itu adalah tuduhan yang tak berdasar, demikian dikutip detikINET dari The Verge, Senin (21/12/2020).

https://maymovie98.com/movies/the-night-comes-for-us/


Optimisme Perusahaan Global ke Perusahaan Teknologi RI Saat Pandemi


Belakangan ini perusahaan raksasa global ramai-ramai mengucurkan dana segar ke perusahaan teknologi atau e-commerce Indonesia. Misalnya Tokopedia yang belum lama ini mendapat pendanaan dari Google dan Temasek.

Padahal pada saat yang sama, ekonomi Indonesia sedang lesu dan bahkan masuk ke jurang resesi. Resesi didefinisikan sebagai kontraksi dalam dua kuartal berturut-turut yang menyebabkan penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi.


Resesi juga berdampak ke banyak hal, seperti yang paling sering diberitakan yaitu pengurangan gaji hingga banyak orang kehilangan pekerjaan. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam mengantisipasi dampak negatif dari resesi ialah dengan penanam modal asing.


E-commerce Indonesia menjadi satu dari beberapa sektor yang banyak dilirik investor. Pasalnya banyak analisis dan studi yang memprediksi Indonesia akan menjadi pemain e-commerce terbesar di Asia Tenggara beberapa tahun kemudian yang memiliki potensi pasar digital yang besar.


Pandemi yang berdampak buruk terhadap kesehatan dan ekonomi, ternyata juga memiliki dampak yang positif terkait akselerasi digitalisasi semua sektor di Indonesia. CEO & Co-Founder Tokopedia, William Tanuwijaya saat mengumumkan masuknya Google dan Temasek bahkan menyebut kalau pandemi melahirkan generasi transformasi.


Dalam unggahan Instagram-nya, ia menyebut dalam setiap tantangan dan krisis yang dihadapi bangsa Indonesia, lahir generasi-generasi penentu yang paling diingat oleh sejarah. Dari pandemi ini, kita menyaksikan kelahiran generasi transformasi.

https://maymovie98.com/movies/tembang-lingsir/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar