Ada banyak masjid cantik yang menarik perhatian dunia, yang bikin beda adalah sejarahnya. Inilah masjid cantik Maroko yang mirip kastil dan pernah terbaikan.
Maroko di Afrika Utara punya banyak masjid cantik yang bisa traveler kunjungi. Namun hanya ada 2 masjid yang membuka pintunya untuk wisatawan non muslim, salah satunya Tin Mal, Marrakesh seperti yang diintip detikcom dari berbagai sumber, Rabu (15/5/2019).
Tin Mal Mosque atau disebut juga Tin Mel adalah sebuah masjid di kota kecil Tin Mal. Kota ini didirikan oleh Ibn Tumart. Ibn Tumart adalah seorang pendiri dan pemimpin spiritual Almohads sekitar tahun 1124.
Dahulu kala, kawasan ini menjadi ibukota kerajaan dari Mali ke Tunisia dan Spanyol. Sehingga Tin Mal menjadi pusat budaya dan agama kekaisaran. Masjid Tin Mal dibangun pada tahun 1156 untuk menghormati Ibn Tumart.
Namun pada tahun 1270an, Dinasti Merinid datang dan Tin Mal mengalami kehancuran. Tak ada ang tersisa kecuali Masjid Tin Mal.
Selama periode panjang masjid ini pun terabaikan. Namun pada tahun 1990an, akhirnya Masjid Tin Mal mengalami renovasi.
Tak ada yang berubah dari masjdi ini. Semuanya dibuat sama persis seperti sediakala.
Berada di atas sebuah bukit yang menghadap ke pedesaan, Tin Mal terlihat sangat menonjol. Bentuk masjid ini pun sangat khas.
Sebagai peninggalan abad pertengahan, Tin Mal Mosque memiliki menara di atas Mihrab. Kalau dilihat dari desa akan mirip kastil.
Interior masjid ini diperlihara dengan baik. Di bagian yang tak beratap, ada sejumlah pilar-pilar instagenik yang berwarna merah muda.
Warna dari masjid ini alami. Karena bangunan Tin Mal Mosque didominasi oleh batu-bata dan pilar batu. Sehingga Masjid Tin Mal masuk ke dalam situs warisan dunia UNESCO pada tahun 1995.
Untuk bisa berkunjung ke masjid ini, traveler harus agak sedikit berkorban. Walau sulit dijangkau, namun perjalanan melalui Tizi n'Test di High Atlas jadi pemandangan yang eskotis.
Jarak Tin Mal dari Marrakesh sekitar 100 km. Di sana akan ada penjaga masjid yang bersedia untuk menceritakan era keagungan Masjid Tin Mal di abad pertengahan.
Jalan Panjang Menuju Puncak Binaiya
Gunung Binaiya jadi gunung favorit para pendaki beberapa tahun belakangan. Ada jalan panjang yang perlu dilalui traveler sebelum sampai ke Puncak Binaiya.
Binaiya menjadi gunung favorit para pendaki Indonesia beberapa tahun belakangan. Itu dikarenakan gunung-gunung di Pulau Jawa sudah mulai sangat ramai. Bahkan jika dianalogikan sudah seperti pasar pagi hari yang dikerumuni ibu-ibu.
Eksotisme dan kesunyian Gunung Binaiya yang benar-benar masih alami menjadi daya tarik utama yang diincar para pendaki. Namun untuk menggapai puncak Binaiya, diperlukan usaha yang cukup ekstra baik dari segi finansial maupun segi fisik sebab Binaiya berbeda dengan gunung pada umumnya.
Untuk orang-orang yang berasal dari luar Maluku, start perjalanan dimulai dari Kota Ambon, baik dari pelabuhan maupun dari bandara. Perjalanan dilanjutkan menuju Kota Tulehu untuk menyebrang ke Pulau Seram.
Akses yang lebih susah ketika sudah berada di Masohi, kota utama di Pulau Seram, karena untuk menuju Desa Pilliana, desa terakhir sebelum pendakian di Gunung Binaiya harus menggunakan carter mobil dengan melewati medan yang berat.
Sebelum melakukan pendakian setiap orang diwajibkan mengisi data diri dalam surat ijin mendaki yang disediakan oleh Balai Taman Nasional Manusela dengan tujuan untuk meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan. Setelah melakukan pengisian data maka perjalanan menuju Desa Pilliana pun dapat dilakukan.
Perjalanan dapat ditempuh dari Kota Masohi deangan jarak tempuh 3 jam. Perjalanan ini tidak akan terasa karena akses yang dilalui adalah wilayah pesisir pantai di Kepulauan Maluku yang terkenal keeksotisannya.
Sesampainya di Desa Pilliana pendaki akan disambut dengan hangat oleh masyarakat Desa Pilliana. Bagi mereka tamu adalah raja yang harus dimuliakan. Para pendaki dianjurkan untuk melaksanakan upacara adat dengan dipimpin oleh bapak adat.
Tujuan dari upacara adat ini agar para pendaki yang melakukan perjalanan naik Gunung Binaiya selalu dalam lindungan Tuhan dan terhindar dari hal-hal yang membahayakan keselamatan para pendaki Gunung Binaiya. Perlu diketahui pula di desa ini listrik tidak begitu bisa diandalkan dan hanya beberapa rumah saja yang menggunakan bantuan genset.
Setelah upacara adat selesai, para pendaki dipersilahkan untuk melakukan perjalanan yang harus didampingi warga lokal sebagai Guide agar tidak tersesat mengarungi rimbunnya hutan belantara Binaiya. Jarak tempuh dari desa Pilliana Menuju Pos 1 atau warga lokal menyebutnya dengan nama 'yamhitala' adalah sekitar 3 jam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar