Wings Air melakukan uji coba terbang awal dari Tanjung Karang ke Krui, Lampung. Uji coba dilaporkan berjalan lancar.
Dalam keterangan resminya, Wings Air mengoperasikan salah satu armada tipe ATR 72-600 dengan membawa 4 kru, meliputi dua flight operation officer (FOO), dua perwakilan dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kepala Bandar Udara Internasional Radin Inten II, Asep Kosasih dan perwakilan Otoritas Bandar Udara Wilayah I.
Pesawat registrasi PK-WGU berangkat pukul 13.30 WIB dari Radin Inten II, Tanjung Karang, Lampung (TKG) dan tiba pukul 14.15 WIB di Bandar Udara Muhammad Taufik Kemas di Krui, Pekon Serai, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung (KXI).
Rute kembali, Wings Air lepas landas dari Krui pukul 15.15 WIB dan mendarat dengan mulus di Tanjung Karang pukul 16.00 WIB, dengan total waktu tempuh sekali jalan berkisar 45 menit.
"Wings Air mengucapkan terima kasih atas kerja sama kru pesawat, pengelola bandar udara, pengelola lalu lintas udara atas terlaksanakannya proving flight. Tak lupa Wings Air juga memberikan apresiasi kepada pihak terkait yang telah mendukung penuh operasional ini," demikian pernyataan resmi Wings Air yang diterima detikTravel, Selasa (14/5/2019).
Uji coba ini dilakukan dalam rangka menjajaki potensi pasar internal Lampung terutama permintaan layanan penerbangan berjadwal. Wings Air menyambut baik kehadiran Bandar Udara Muhammad Taufik Kiemas dengan panjang landas pacu 1.300 meter sebagai komersial.
Dengan adanya bandara tersebut diharapkan mampu mendorong pengembangan area Liwa-Krui sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru di koridor barat Pulau Sumatera.
Perlu diketahui, Krui dikenal salah satu lokasi paling hits di kalangan peselancar. Kawasan itu pernah menjadi tuan rumah bagi kompetisi kejuaraan selancar internasional. Tak heran bila semakin popular dan menonjolkan destinasi andalan berbasis kelestarian alam dan bahari berwilayah pesisir.
Apabila di waktu mendatang Wings Air melayani rute berjadwal di Krui, maka akan menghadirkan alternatif terbaru bagi traveler untuk melakukan perjalanan lebih efektif guna menghubungkan setiap daerah dalam mempercepat serta mempermudah mobilitas di intra-Sumatera bagian selatan (Sumbagsel) maupun dari dan ke Lampung.
Tersedianya pilihan jadwal penerbangan ini juga semakin mempercepat koneksi dari dan ke Lampung.
Kota di Jepang Ini Larang Turis Makan Sambil Berjalan
Jalan-jalan mencari street food, jadi salah satu aktivitas wisata menyenangkan. Tapi, di kota ini, makannya pas pulang saja ya!
Sebuah wilayah di Jepang, Kamakura, tepatnya berada di Prefektur Kanagawa akan memberlakukan peraturan bagi turis yang datang ke berbagai tempat dengan jajanan pinggir jalan untuk makan sambil berjalan. Peraturan ini mulai efektif mulai 1 April lalu.
Seperti dikumpulkan detikcom dari berbagai sumber, Selasa (14/5/2019) kegiatan makan atau bersantap memang dianggap salah satu cara melihat tindakan orang lain di Jepang. Mereka menganggap makan merupakan sebuah hal yang harus dilakukan secara serius.
Rupanya, tindakan makan sambil berjalan ternyata dianggap tidak sopan di Jepang. Budaya di Jepang, umumnya seseorang makan sambil duduk dengan kondisi yang nyaman dan tenang.
Namun, hal lainnya yang juga jadi pertimbangan adalah banyaknya sampah yang menumpuk. Ditambah, perilaku turis yang kadang membuat orang lain resah. Seperti makanan tersenggol, saus tumpah, dan lainnya.
Nyatanya, pemberlakuan aturan ini menjadi kontradiksi. Menurut Norikazu Takahasi, ketua asosiasi pedagang di Komachi malah tidak setuju dengan aturan ini. Karena street food adalah sebuah atraksi wisata yang ditawarkan Jepang.
"Kita tidak bisa melarang tindakan makan sambil berjalan, karena ini adalah salah satu cara berwisata. Kami ingin menjadikan jalanan ini tempat di mana wisatawan dan penghuni bisa merasa nyaman," ujarnya kepada Japan Times.
Sebenarnya, aturan ini pun sebenarnya hanya sebatas 'pengingat'. Lantaran aturan hanya akan dipasang di berbagai jalan. Namun apabila turis melanggar, tidak dikenakan denda atau penalti.
Aturan ini sebenarnya juga sudah berlaku di Pasar Nishiki, Kyoto. Mereka melarang orang makan sambil berjalan lantaran alasan yang sama, sampah dan dapat mengaggu satu sama lain.
Jajanan pinggir jalan atau street food menjadi salah satu atraksi wisata paling dicari di Jepang. Namun di satu sisi, makan sambil berjalan bersinggungan dengan budaya lokal, meski ternyata sebagian besarnya 'memaklumi' turis. Toh, mereka cuma sekadar jalan-jalan.
Bagaimana menurut traveler?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar