Danau Linouw adalah danau cantik yang berada di Tomohon. Traveler sudah pernah ke sini belum? Keindahan danau ini sungguh memukau.
Suasana sejuk langsung menyambut kami, sesampainya di gerbang Danau Linouw. Setelah membeli tiket masuk yang bisa ditukar dengan minuman di restoran, kami pun memasuki area danau. Bagian pertama yang kami jumpai adalah sebuah restoran besar dengan nuansa kayu.
Setelah memarkir kendaraan, kami pun masuk ke restoran. Ruangan yang luas dengan bangku-bangku tersusun rapi nampak di bagian dalam, belum lagi jendela besar di sekelilingnya yang memperlihatkan pemandangan Danau Linouw yang indah.
Restoran ini terdiri dari dua lantai, dengan lantai satu yang lebih dekat ke arah danau. Kami pun turun dan langsung terpesona dengan pemandangan yang ada. Selain tempat duduk dalam ruangan, terdapat juga bangku-bangku di luar ruangan. Tentu saja dengan pemandangan lebih leluasa ke arah Danau Linouw.
Melihat pemandangan danau yang hijau tenang, langsung saja para pengunjung tak henti-hentinya mengabadikan pemandangan indah itu. Antara restoran dengan danau dibatasi pohon bambu yang nampak baru ditanam. Menurut saya, kehadiran pohon bambu ini malah mengganggu pemandangan ke arah danau yang cantik.
Setelah mengambil beberapa foto, kami pun duduk menikmati minuman hangat. Kala itu kami memilih saraba, jahe merah yang hangat dengan campuran susu, cocok dinikmati di tengah kesejukan alam Danau Linouw.
Tidak lupa juga kami memesan pisang goreng. Jenis pisang yang disajikan adalah pisang sepatu dengan rasa gurih yang lezat. Kami juga memesan menu makan siang. Terasa nikmat makanan saat itu. Entah karena lapar atau karena menikmati makanan di tengah pemandangan alam yang indah.
Perjalanan kami lanjutkan menuju restoran yang lebih kecil yang terletak persis di tepi Danau Linouw. Bau belerang sesekali tercium. Ya, karena danau ini adalah danau vukanik yang masih mengeluarkan gas dari dalam bumi sehingga di sekitar danaupun terdapat beberapa lokasi yang mengeluarkan asap.
Awalnya saya menduga ada orang yang membakar sampah, tetapi ternyata itu adalah asap yang keluar dari dalam bumi. Sungguh luar biasa keindahan alam Indonesia!
Di restoran yang lebih dekat ke danau, suasananya juga cukup menarik. Pemandangan danau dengan airnya yang kehijauan nampak jelas. Bahkan di bagian bawah terdapat bangku-bangku kayu yang terletak persis d tepi danaunya sehingga pengunjung dapat melihat danau dan berfoto dari jarak yang sangat dekat. Tetapi harus berhati-hati ya saat berada di dekat danau.
Keindahan dan ketenangan yang dijumpai di sini seperti membius para pengunjung sehingga betah rasanya berada di tempat ini. Beberapa bus wisata yang baru datang membawa turis asing kami temui saat kami meninggalkan tempat ini.
Berkaca Soal Pengelolaan Sampah Plastik dari Jepang
Terkait pengelolaan sampah plastik, sepertinya Indonesia harus belajar lebih banyak dari Jepang. Pengelolaan sampah plastik di sana sudah amat maju.
Sampah plastik tak hanya menjadi masalah bagi Indonesia saja. Berbagai negara di dunia juga menghadapi masalah yang sama. Tak terkecuali Jepang. Cuma bedanya pengelolaan sampah plastik di Jepang sudah sangat maju bila dibandingkan dengan Indonesia.
Taichi Matsui, Outbound Director H.I.S Travel Indonesia yang asli Jepang, pun menceritakan sedikit contoh soal pengelolaan sampah plastik di negaranya. Menurut Taichi, dulu Jepang juga menghadapi masalah sampah plastik yang sama seperti di Indonesia.
"Kondisi di Jepang, di convenience store atau supermarket, plastik masih dibagikan secara gratis. Hanya saja di beberapa tempat sudah mulai menjual 200 rupiah per plastiknya. Di Indonesia saya rasa sudah dimulai di beberapa tempat sudah tidak lagi menggratiskan plastik. Setelah 2020 nanti, Pemerintah Jepang akan mulai tidak menggratiskan lagi kantong plastik," jelas Taichi di Kantor H.I.S Travel, Gandaria City Mall Lantai 2 Jakarta.
Di Jepang sendiri, kampanye pengurangan sampah plastik sudah dimulai sejak tahun 2007, alias sudah 12 tahun yang lalu. Berbagai cara dan media kampanye dilakukan, hasilnya sekarang ada salah satu prefektur di Jepang yang 95% penduduknya menggunakan kantong belanja sendiri.
"Di Jepang sudah dari 2007, 12 tahun yang lalu ada kampanye mengurangi sampah plastik. Ada istilahnya ecobag dan mybag. Warga disarankan menggunakan kantong belanja sendiri. Sampai saat ini ada prefektur di Jepang yang 95% penduduknya punya ecobag. Salah satu alasannya karena selama 12 tahun mereka mempromosikan itu terus menerus. Pemerintah Daerahnya terus melakukan campaign lewat TV, media-media cetak, flyer, semuanya. Memang tidak mudah, tapi sebenarnya bisa," tegas Taichi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar