Setiap pekerjaan pasti mempunyai tantangan. Termasuk bagi pramugari, ada risiko perut kembung dan kentut-kentut karena terus berada dalam penerbangan.
Kamu yang pernah naik pesawat, pasti pernah merasakan perut menjadi kembung dan buncit seketika bukan? Rasanya perut begitu penuh dan sesak, serta mau buang angin terus.
Kalau kita yang sebagai penumpang pesawat saja pernah merasakan seperti itu, apalagi pramugari yang pekerjaannya setiap hari di dalam penerbangan. Perut kembung dan kentut-kentut menjadi tantangan yang kadang dinilai 'menyiksa' pramugari.
"Perut kembung di pesawat disebabkan karena tekanan udara di sekitar tubuh berkurang, maka gas di usus akan menggembang sekitar 30 persen," kata seorang ahli gizi, Lily Soutter seperti ditulis media asal Inggris, Express saat dilihat detikcom, Rabu (15/5/2019).
Meski perut menjadi kembung saat penerbangan, pramugari tetap harus bekerja maksimal melayani penumpang. Mandy Smith, penulis buku Cabin Fever yang juga dulu bekerja sebagai pramugari mengungkapkan beberapa trik mengatasi hal tersebut.
"Lepaskan saja (buang angin) di lorong kabin, jangan ditahan," katanya.
Oleh sebab itu, pramugari harus siap siaga dengan parfum supaya bisa membuatnya tetap wangi dan menjaga situasi kondusif. Tentu jangan sampai, bau kentut mengganggu penumpang.
Untuk pencegahan perut kembung, disarankan untuk mengonsumsi obat pencahar sebelum melakukan penerbangan. Obat pencahar dapat membuang bakteri di dalam usus.
Pramugari juga harus menjaga asupan makanan sebelum terbang. Hindari memakan brokoli, asparagus, jamur dan susu supaya tidak kebanyakan gas di dalam perut. Pramugari pun dianjurkan tidak minum kopi sebelum penerbangan dan menggantinya dengan teh peppermint.
Sudah ke 144 Negara, Ini Destinasi yang Tak Disukai Pendiri Lonely Planet
Di kalangan traveler dunia, nama Tony Wheeler dikenal sebagai pendiri buku perjalanan populer Lonely Planet. Namun, ada satu destinasi yang tak disukainya.
Dikenal lewat buku panduan Lonely Planet bertajuk Across Asia on the Cheap yang pertama kali dicetak tahun 1973, pasangan Tony Wheeler beserta istrinya Maureen Wheeler bisa dibilang sebagai tokoh yang pertama kali mengenalkan istilah traveling dan keliling dunia.
Semenjak buku pertamanya tersebut, tak terhitung berapa banyak buku panduan perjalanan yang diterbitkan oleh perusahaan Lonely Planet buatan pasangan tersebut.
Tak hanya menulis buku panduan perjalanan, Tony diketahui telah melanglang buana ke 44 negara dunia yang diakui oleh Persekutuan Bangsa-Bangsa atau PBB. Ya, Tony telah mengunjungi semua negara di dunia. Termasuk juga yang tak tercatat secara resmi.
Di usia senjanya, Tony pun masih gemar membagikan cerita perjalanannya dalam berbagai wadah. Salah satu yang terbaru adalah di Sydney Writer's Festival yang diselenggarakan dari 29 April hingga 5 Mei 2019.
Sambil promosi buku terbarunya yang berjudul On The Road, Tony juga berbagi cerita seputar destinasi yang tak disukai olehnya. Dikumpulkan detikcom, Selasa (14/5/2019), ternyata Maldives adalah satu destinasi yang tak disukainya sepeti dikutip dari News Australia.
"Maldives luar biasa populer. Jika kamu terbang di antara Australia dan Dubai, kamu pasti ingin berkunjung ke sana, tapi saya belum pernah ke sana sampai tahun ini," ujar Tony.
Dikatakan oleh Tony, ia baru berkesempatan mengunjungi Maldives tahun 2019 ini. Namun, ia merasa kalau satu kunjungan itu sudah lebih dari cukup.
"Saya akhirnya sampai sana (Maldives) dan saya tak ingin pergi lagi ke sana," ujar Tony.
Dikenal populer sebagai destinasi romantis untuk bulan madu, nyatanya Tony malah tak menyukai Maldives. Pendapatnya pun kontra dengan mayoritas orang Aussie yang diketahui suka liburan ke sana.
Dijelaskan oleh Tony, ia telah melihat banyak pantai yang jauh lebih bagus. Hanya saja, ia jauh lebih suka diving di Great Barrier Reef Australia ketimbang di Maldives.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar