Minggu, 26 Januari 2020

Tawarkan Kemewahan, Hotel Ini Justru Tidak Punya Restoran

Sebuah hotel di Jepang menawarkan liburan mewah dengan cara yang berbeda. Penginapan yang ditawarkan memakai barang daur ulang dan tak punya restoran. Lho?

Bicara soal liburan pasti tak lepas dari akomodasi penginapan. Kali ini Jepang menawarkan sebuah hotel dengan konsep kemewahan yang berbeda, Shishi-Iwa House, seperti diintip detikcom dari situs resminya, Selasa (21/5/2019).

Shishi-Iwa House berada di area Pegunungan Karuizawa, prefektur Nagano di Jepang. Hotel butik ini didesain oleh Shigeru Ban, pemenang Pritzker Prize, sebuah ajang kenamaan arsitek dunia.

Seperti yang sudah dijelaskan sedikit di atas, Shishi-Iwa memiliki konsep mewah yang berbeda. Kalau properti lain mewah karena perabotan, Shishi-Iwa dibuat khusus untuk menikmati kemewahan alam.

Shishi-Iwa Hotel dibangun dengan konsep ramah lingkungan. Perabotannya bahkan terbuat dari bahan daur ulang seperti kardus. Lantas mewah apanya?

Ban, sang arsitektur menyebutkan bahwa penginapan ini dengan konsep minimalis dari perabotan. Sehingga memaksimalkan desain ruangan untuk wisatawan.

Penginapan ini terbuat dari kayu dengan banyak jendela besar. Ada 10 kamar dengan 3 tipe ruangan dalam 2 lantai. Tiap tipe kamar dikelompokkan dan memiliki ruang kumpul sendiri.

Yang membuat berbeda adalah penginapan ini tidak memiliki restoran. Yang ada yaitu dapur, seperti guest house. Fasilitas lain seperti ruang tengah, perpustakaan dan outdoor area dibuat dengan sangat apik dan minimalis.

Sang pemilik hotel ingin para tamunya bisa akrab terhadap orang baru selama liburan. Bukan cuma datang ke tempat cantik dan mewah, para tamu juga diajak untuk bersosialisasi dan bertukar ide. Jadi jangan harap ada tv atau hiburan elektronik ya.

Sekeliling penginapan diselimuti dengan pepohonan maple. Bangunan ini sengaja dibuat dengan jendela yang besar dan sirkulasi udara yang bagus, sehingga tak ada AC.

"Bagi saya, kemewahan adalah kualitas ruang, bukan kualitas material. Kemewahanku bisa diraih tanpa menggunakan bahan yang mahal," kata Ban dilansir dari South China Morning Post.

Tiap kamar hanya diisi dengan kasur, kursi, meja kecil dan lampu daur ulang dari kardus. Tamu hotel akan dimanjakan dengan suasana minimalis yang mewah.

Wisatawan yang ingin menikmati kemewahan dan ketenangan bisa mengeluarkan kocek sebesar Rp 5,7 juta per malamnya. Bagaimana menurutmu, traveler?

Panas Pilpres di Indonesia, Apakah Berpengaruh Pada Pariwisata?

Pilpres mencapai garis akhir, dengan situasinya yang sedang panas. Apakah hal itu berpengaruh pada kegiatan pariwisata?

Seperti kita ketahui, kini situasi sedang panas perihal pilpres. Bahkan, beberapa negara sudah mengeluarkan Travel Advice ke Indonesia dalam waktu dekat ini, untuk berhati-hati menghindari aksi demonstrasi.

Lantas, apakah hal seperti itu berpengaruh pada kegiatan pariwisata di Indonesia, khususnya Jakarta?

"Kegiatan politik tidak ada hubungannya dengan pariwisata," ujar Menpar Arief Yahya pada jumpa pers Pesona Mudik 2019 di Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, Jakarta, Selasa (21/5/2019).

Menpar memberikan contoh kasus pemilihan gubernur Jakarta kemarin. Dari data disebutkan tak ada pengaruh isu politik dengan jumlah wisman yang datang ke Indonesia.

"Kemarin waktu heboh pemilihan gubernur Jakarta tidak berpengaruh ke jumlah wisman (wisatawan mancanegara). Jadi sekarang saya rasa juga tidak ada," tutup Arief Yahya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar